Digital Humanities: Jembatan Inovasi dan Tradisi yang Mendesak Dibangun di Indonesia
Teknologi | 2025-10-03 12:37:36
Penggunaan komputer yang semakin meluas di hampir semua sektor pekerjaan modern telah menciptakan tuntutan akan keterampilan baru yang krusial. Inovasi yang kini marak di kalangan generasi muda, seperti kemunculan kecerdasan buatan (artificial intelligence), semuanya bersumber dari komputasi.
Bahkan, disiplin ilmu yang terbilang lawas, seperti sastra, teologi, filsafat, dan sejarah, kini wajib disentuh oleh pendekatan komputasional. Tuntutan serupa juga berlaku untuk ilmu-ilmu yang lebih baru, seperti pendidikan, komunikasi, media, statistika, hingga matematika. Oleh karena itu, keterampilan komputasional adalah kebutuhan mutlak bagi generasi sekarang dan yang akan datang.
Untuk memenuhi kebutuhan akan keterampilan tersebut, khususnya dalam memperkuat bidang sosial dan humaniora, banyak kampus terkemuka di Eropa, Amerika, dan Australia telah mengambil langkah maju dengan membuka program studi (prodi) baru: Digital Humanities. Program ini sangat diminati oleh mahasiswa, yang notabene adalah generasi muda.
Alasannya jelas: prodi ini dianggap adaptif terhadap perkembangan teknologi namun tetap mempertahankan kekayaan khazanah keilmuan yang sudah mapan. Belakangan ini, prodi Digital Humanities bahkan telah beradaptasi total dengan mengintegrasikan kecerdasan buatan, analisis big data, dan realitas virtual untuk memenuhi tuntutan akademis dan profesional yang terus berkembang pesat.
Sejauh ini, ironisnya, belum banyak universitas di Indonesia yang telah membuka prodi Digital Humanities, baik di jenjang S-1, S-2, maupun S-3. Padahal, potensi yang ditawarkan bukan hanya dari segi minat pasar mahasiswa yang tinggi, melainkan juga potensi kerja sama akademik dengan institusi luar negeri yang sangat terbuka lebar.
Lebih dari itu, Indonesia memiliki aset luar biasa berupa kekayaan ragam hayati dan budaya yang sangat luas, menjadikannya laboratorium ideal dan menarik untuk pengembangan serta praktik di bidang ilmu ini.
Potensi dan Kecakapan Lulusan
Salah satu hal yang membuat prodi ini unik adalah jenis keterampilan yang dihasilkannya. Keterampilan tersebut sangat dibutuhkan di dunia kerja modern, dan secara umum dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Satu. Lulusan prodi ini memiliki kemampuan sebagai analis data yang cakap, fokusnya tidak hanya pada data bisnis, melainkan juga pada data-data sosial, budaya, dan politik. Selain itu, mereka juga mahir dalam pemrograman dan pengkodean, menguasai proses digitalisasi dan pengarsipan, serta piawai dalam visualisasi data. Mereka juga terampil dalam pengembangan web dan desain, dan berbagai keterampilan lain yang sifatnya komputasional. Berbeda dengan prodi ilmu komputer yang cenderung berorientasi pada operasional perangkat keras dan sistem, prodi Digital Humanities ini bersifat lebih aplikatif, sebab ia mengajarkan cara menganalisis dan memahami paradigma sosial budaya dengan kecermatan komputasional.
Dua. Dengan bekal keterampilan yang telah disebutkan, lulusan prodi Digital Humanities memiliki kompetensi yang sangat fleksibel dan dapat bekerja di banyak sektor krusial. Beberapa peluang karir yang terbuka luas antara lain sebagai analis data di berbagai perusahaan, web developer dan pengembang aplikasi, analis pasar, bekerja di sektor penerbitan dan media, desain dan industri kreatif, menjadi pendidik dan pengembang kurikulum, spesialis pemasaran digital, serta bekerja di museum dan arsip.
Peluang-peluang ini hanyalah sebagian kecil dari kesempatan yang tersedia, dan dapat disaksikan bagaimana lulusan prodi ini mampu serta cakap dalam pekerjaan-pekerjaan kekinian yang menuntut perpaduan antara ilmu sosial dan teknologi.
Tiga. Pengelolaan Arsip Digital di Jerman
Muhammad Rokib mengalami pertemuan pertama yang mengesankan dengan lulusan prodi ini pada tahun 2020, saat menjadi fellow di Digital Literary Archive di Marbach, Jerman. Mentornya, Mona Ulrich, adalah lulusan Digital Humanities yang memiliki minat mendalam pada pengelolaan data.
Keahlian Mona yang luar biasa dalam olah data komputasional telah memungkinkannya menciptakan tata kelola baru yang efisien dalam arsip-arsip lama yang baru saja didigitalkan. Di samping itu, ia juga mampu menggunakan komputasi untuk memvisualkan jutaan data yang telah dianalisis secara cepat, sebuah kemampuan vital untuk kepentingan pengambilan keputusan. Muhammad Rokib menyaksikan sendiri bahwa keahlian seperti ini sangat diperlukan dan dihargai dalam konteks pekerjaan yang tersedia di Jerman.
Empat. Analisis Pasar yang Akurat di Amazon
Selain contoh tersebut, Muhammad Rokib memiliki pengalaman lain yang menguatkan urgensi ilmu ini. Pada tahun 2022, Muhammad Rokib bertemu dengan seorang teman sekelas saat belajar digital humanities di Oxford. Konsentrasi teman tersebut terarah pada analisis pasar. Bahkan, sebelum ia resmi lulus, ia sudah direkrut dan bekerja di Amazon.
Tugasnya adalah menyediakan informasi dan data penting tentang kecenderungan calon pembeli produk-produk di Amazon. Pekerjaan ini mencakup analisis karakter dari pembeli dengan prediksi seberapa banyak orang akan membeli produk tertentu pada minggu berikutnya. Menurut pengakuannya kepada Muhammad Rokib, prediksi yang dihasilkan oleh analisisnya nyaris sempurna, dengan fakta bahwa hasil analisanya tidak pernah meleset jauh dari kenyataan.
Lima. Penciptaan Lapangan Kerja Baru dan Inovasi Teks Keagamaan
Muhammad Rokib mengamati bahwa ada banyak lagi lulusan prodi ini yang tidak hanya mengisi lapangan kerja yang ada, tetapi justru menciptakan lapangan pekerjaan baru. Contohnya adalah mereka yang mendirikan start-up dengan fokus pada masalah lingkungan, seperti start-up ocean friendly bag, ada yang menjadi analis gerakan ekstremis dengan big data, dan tentu saja ada yang menjadi analis teks mendalam untuk teks sastra, sejarah, hingga kitab suci.
Di jurusan Islamic Studies yang berada dalam satu fakultas dengan prodi Muhammad Rokib, ilmu digital humanities digunakan untuk menciptakan aplikasi yang dapat memberikan rujukan teks keislaman tertentu secara instan. Misalnya, saat ingin mengetahui teks mana saja yang membahas topik "puasa", aplikasi tersebut akan dengan cepat menjabarkan pembahasan puasa di seluruh ayat Al-Qur'an, Hadis, dan Tafsir, lengkap dengan rujukan sumber teks asli serta halamannya.
Enam. Akselerasi dan Penyempurnaan Kajian Disertasi
Dalam kajian disertasi Muhammad Rokib, penulis mengalami ketakjuban luar biasa saat menerapkan ilmu ini untuk menganalisis data disertasinya. Dengan pendekatan komputasional pada teks sastra, mesin dengan python programming dapat secara cepat dan cermat memetakan topik-topik kunci dalam ribuan data teks esai sastra. Sebelumnya, pemeriksaan data tersebut secara manual membutuhkan waktu dua tahun lebih untuk diselesaikan.
Setelah menempuh training singkat ilmu ini, analisis yang sebelumnya memakan waktu lama dapat dipercepat secara signifikan, dengan hasil yang cenderung lebih akurat secara matematis. Meskipun demikian, perlu diakui bahwa ada kekurangannya, yaitu pada penggalian tafsir atas makna teks yang masih membutuhkan analisis mendalam dari manusia. Di sinilah ilmu humaniora, seperti tafsir teks sastra, diperlukan untuk menyempurnakan hasil analisis yang dilakukan secara komputasional.
Bagaimana Perguruan Tinggi Keagamaan Indonesia Dapat Mengembangkan Digital Humanities
Pengembangan Digital Humanities di Perguruan Tinggi Keagamaan (PTK) memiliki potensi unik dan strategis, mengingat kekayaan khazanah keagamaan di Indonesia. PTK dapat memimpin pengembangan ini melalui beberapa fokus:
Pertama. Digitalisasi Manuskrip dan Khazanah Keagamaan: PTK dapat menjadi pusat utama untuk mendigitalkan dan mengarsip ribuan manuskrip kuno, kitab-kitab kuning, dan teks-teks keagamaan lokal. Lulusan Digital Humanities dapat menerapkan keterampilan pengkodean dan metadata untuk membuat warisan ini dapat diakses secara global, melestarikan, sekaligus memfasilitasi penelitian baru.
Kedua. Analisis Teks Keagamaan Skala Besar: Memanfaatkan Natural Language Processing (NLP) dan text mining untuk menganalisis korpus teks keagamaan (Al-Qur'an, Hadis, Tafsir, Fikih, atau teks keagamaan lainnya) secara tematik dan komparatif, sebagaimana dicontohkan pada studi kasus Muhammad Rokib di Oxford. Ini memungkinkan pemetaan evolusi konsep keagamaan dan penyebaran ide.
Ketiga. Kajian Media Digital dan Isu Keagamaan Kontemporer: Mengembangkan kemampuan analisis big data untuk memantau, menganalisis, dan memvisualisasikan narasi keagamaan di media sosial dan platform digital. Hal ini krusial untuk mengkaji isu-isu sensitif seperti ekstremisme, radikalisme, atau polarisasi dalam konteks masyarakat digital Indonesia.
Keempat. Kurikulum Digital Humanities Berbasis Konteks Keagamaan: PTK perlu merancang kurikulum yang menggabungkan dasar-dasar ilmu komputasi (Python, R, database) dengan mata kuliah humaniora keagamaan (Filsafat Islam/Kristen/Hindu, Studi Teks Klasik, Sejarah Peradaban Islam/Lokal). Tujuannya adalah melahirkan lulusan dengan kecermatan teknologi dan kedalaman spiritual.
Penutup: Membangun Kajian Digital Humanities Indonesia
Prodi Digital Humanities adalah perpaduan yang tak terhindarkan antara ketajaman komputasi dan kedalaman interpretasi humaniora. Berdasarkan bukti dan studi kasus global yang telah dipaparkan oleh Muhammad Rokib, jelas terlihat bagaimana disiplin ilmu ini mampu menghasilkan lulusan yang tidak hanya siap kerja, tetapi juga mampu berinovasi dan memecahkan masalah kompleks sosial-budaya dengan perangkat teknologi mutakhir.
Mengingat kekayaan budaya dan kebutuhan transformasi digital di Indonesia, mendesak bagi perguruan tinggi untuk segera mengadopsi dan mengembangkan prodi ini. Langkah ini adalah kunci untuk menciptakan generasi sarjana yang mampu menjembatani warisan intelektual bangsa dengan tuntutan revolusi industri 4.0.
Bagian utama tulisan ini berasal dari artikel ini: Urgensi Disiplin Digital Humanities di Indonesia: https://wartaptm.id/urgensi-disiplin-digital-humanities-di-indonesia/
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
