Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Edu Sufistik

Berselancar di Atas Skenario Takdir

Agama | 2025-10-02 07:34:22

Oleh: Muhammad Syafi’ie el-Bantanie

(Founder Edu Sufistik)

Ketika kita telah melakukan yang terbaik sesuai dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki, namun ternyata arah kehidupan membawamu ke arus berbeda, itu pertanda skenario takdir Allah sedang bekerja dalam kehidupan kita. Ikuti saja dan lakukan peran terbaik dalam episode kehidupan itu.

Bukankah peti bayi Musa yang Allah ilhamkan kepada Ummu Musa agar dihanyutkan ke sungai Nil (QS. 28: 7), justru malah mengalir mengarah ke istana Fir’aun? Lalu, keluarga Fir’aun mengambil dan membawanya ke istana dan memberikannya kepada Asiyah, istri Fir’aun (QS. 28: 8).

Bukankah manusiawi jika hati Ummu Musa tercekat mendapati fakta peristiwa yang terjadi? (QS. 28: 10). Nalar manusiawinya mungkin berpikir mengapa peti bayi Musa justru malah mengalir ke arah istana Fir’aun? Bukankah secara nalar manusiawi itu artinya bayi Musa menuju kematiannya?

Namun demikian, pada kedalaman hatinya Ummu Musa yakin dengan janji Allah saat mengilhamkan kepadanya agar menghanyutkan ke sungai Nil. Dia akan mengembalikan bayi Musa kepadanya dan menjadikannya seorang rasul (QS. 28: 7). Bagaimanakah skenarionya? Barangkali itulah kecamuk dalam hati Ummu Musa. Namun, kemudian Allah mengokohkan hati Ummu Musa agar menjadi orang yang yakin dengan janji-Nya (QS. 28: 10).

Kisah selanjutnya, kita sama-sama mengetahui Musa disusui oleh ibundanya dengan aman, tumbuh berkembang sehat, kuat, dan cerdas. Kemudian, pada episode selanjutnya Musa diangkat menjadi seorang rasul mulia. Bahkan, termasuk salah seorang rasul ulul ‘azmi.

Jika kita tarik mundur lagi kisahnya, barangkali Asiyah binti Muzahim tidak pernah terbayangkan dalam pikirannya akan bersuamikan Fir’aun. Asiyah adalah perempuan salehah. Kemudian, takdir Allah menjumpainya. Asiyah harus bersuamikan Fir’aun. Pada rasa kemanusiaannya, jelas batinnya menjerit. Namun, keimanannya menenangkannya bahwa ada skenario takdir Allah dibaliknya.

Hikmah takdir itu terjawab saat Musa lahir yang kemudian dihanyutkan ke sungai Nil. Skenario takdir Allah menghendaki bayi Musa harus dijaga dan dirawat oleh Asiyah dalam istana Fir’aun (QS. 28: 9). Inilah ladang amal saleh terbesar bagi Asiyah. Asiyah menjalankan peran itu dengan sangat baik.

Dari peran itulah Asiyah memperoleh tempat mulia di sisi Allah. Allah menyebutnya sebagai contoh yang baik bagi perempuan-perempuan beriman (QS. 66: 11). Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam juga menyebutkan Asiyah binti Muzahim sebagai salah satu dari empat perempuan terbaik bersama Maryam binti Imram, Khadijah binti Khuwailid, dan Fathimah binti Rasulullah.

Karena itu, belajar dari kisah Ummu Musa dan Asiyah, selaiknya kita menginshafkan nalar dan ego kita bahwa ilmu Allah maha meliputi segalanya. Sedangkan, ilmu dan pengalaman kita sangatlah terbatas. Maka itu, berselancarlah dengan indah dan menawan di atas skenario takdir. Wallâhu a’lam

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image