Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhammad Dzaky Fakhruddin

Adaptasi Akademik dan Sosial Mahasiswa Baru: Mengurai Fenomena Homesickness

Info Sehat | 2025-10-02 01:35:45

Mengurai Fenomena Homesickness

Gambar 1. Hasil editan foto oleh penulis, 2025

Mahasiswa yang berasal dari luar kota atau luar pulai biasa disebut mahasiswa rantauan. Mahasiswa Rantau ini sering kesusahan untuk beradaptasi pada lingkukan. Jika pada semester awal adalah masa yang penting bagi mahasiswa untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan akademisnya dan kehidupan lingkungan barunya. Semester awal merupakan fase yang krusial bagi mahasiswa dalam melakukan penyesuaian diri terhadap kehidupan akademik maupun lingkungan sosial yang baru. Pada tahap ini, mahasiswa dituntut untuk mampu beradaptasi dengan pola pembelajaran yang berbeda dari jenjang sebelumnya. Keberhasilan dalam proses adaptasi tersebut sangat menentukan kualitas pengalaman belajar mahasiswa selama menempuh pendidikan tinggi. Namun demikian, tidak sedikit mahasiswa yang mengalami kerinduan terhadap kampung halaman, suatu kondisi yang dikenal dengan istilah homesickness. Homesick sendiri adalah masalah sering dialami mahasiswa baru yang baru kuliah atau merantau. Homesick biasanya disebut dengan rindu rumah, hal ini menyebabkan mental pada mahasiswa baru. Sebagai mahasiswa harus bisa memperhatikan dan mengatasi gejala terjadinya homesick. Homesickness merupakan suatu kondisi emosional ketika individu memiliki keinginan kuat untuk kembali ke kampung halaman, sering memikirkan situasi rumah, serta menunjukkan emosi negatif. Thurber dan Walton (2012) menjelaskan bahwa homesickness adalah pengalaman sulit yang dialami individu akibat terpisah dari lingkungan lamanya. Keadaan ini biasanya muncul karena adanya persepsi kehilangan terhadap suasana atau kondisi lingkungan yang sebelumnya memberikan rasa aman dan nyaman.

Banyak peneliti mengatakan bahwa homesick ini biasa terjadi pada mahasiswa baru yang merantau dari tempat yang berbeda. Hal itu mahasiswa baru sedikit kesusahan dalam hal beradaptasi di lingkungan baru yang mereka tempati. Adaptasi ini harus mengatur pola emosional, perilaku, Kesehatan dan mental.

Hewstone dkk. (2002, dalam Sabila, 2022) mengemukakan bahwa terdapat lima aspek utama dalam mengidentifikasi tingkat homesickness, yaitu kerinduan terhadap keluarga, kerinduan terhadap teman, perasaan kesepian, hambatan dalam proses adaptasi, serta kecenderungan untuk terus-menerus memikirkan rumah. Dari kelima aspek tersebut, penelitian ini memusatkan perhatian pada aspek penyesuaian diri. Bal dan Singh (2015, dalam Sabila, 2022) mendefinisikan penyesuaian diri sebagai suatu proses ketika individu mempelajari perilaku tertentu agar mampu menghadapi situasi yang sesuai dengan lingkungannya.

Homesickness dapat dialami oleh siapa saja tanpa memandang usia maupun latar belakang pendidikan. Penelitian mengenai universalitas homesickness menunjukkan bahwa kondisi ini tersebar luas pada anak-anak, remaja, hingga mahasiswa. Scopelliti dan Tiberio (2010), misalnya, melaporkan bahwa sebanyak 74% mahasiswa yang tinggal di Roma mengalami homesickness. Temuan serupa disampaikan oleh Guinagh (1992), yang menemukan dari 304 responden mahasiswa, sekitar 68% mahasiswa baru dan mahasiswa tahun kedua tingkat sarjana merasakan homesickness, dengan 41% di antaranya mengalami kondisi tersebut untuk pertama kalinya.

Secara umum, antara 50% hingga 75% populasi pernah mengalami homesickness, dengan 10% sampai 15% di antaranya menunjukkan gejala yang berlangsung terus-menerus hingga tergolong berat, meskipun pada sebagian orang gejala ini dapat berkurang seiring waktu (Fisher, 1989). Berbagai penelitian juga menegaskan bahwa homesickness muncul pada beragam kelompok usia dan dalam berbagai konteks, seperti mahasiswa baru, anak-anak yang mengikuti perkemahan, hingga siswa yang tinggal di asrama (boarding school) (Thurber & Walton, 2006). Secara khusus, mahasiswa perantau memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk mengalami homesickness (Thurber, 1995). Adapun cara mengatasi Homesick dengan metode RECAS :

1. Reframe perspective (Positive Reappraisal)

Mengubah cara pandang terhadap keadaan, misalnya melihat tantangan sebagai peluang atau belajar sesuatu yang baru.

2. Engage in Activities

Ikut dalam aktivitas kampus, hobi, olahraga, acara sosial, atau kegiatan yang menyibukkan agar pikiran tidak selalu terfokus pada rindu rumah.

3. Connect with others

Menghubungkan diri dengan teman baru, keluarga, atau komunitas.

4. Accept & Adapt

Menerima situasi baru dan menyesuaikan diri dengan keadaan baru (adaptasi).

5. Stay in touch & Self-help

Menjaga komunikasi dengan keluarga atau teman di kampung halaman, serta menggunakan strategi bantu-diri (self-help) seperti olahraga, relaksasi, menulis jurnal, membaca, doa/ibadah.

Strategi penanganan homesickness terbukti efektif apabila melibatkan dukungan sosial, kemampuan adaptasi diri, aktivitas positif, manajemen emosi, komunikasi dengan keluarga, serta pola pikir yang berorientasi pada tujuan jangka panjang.

Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa homesickness bukan sekadar rindu kampung halaman, tetapi sebuah proses psikologis kompleks yang membutuhkan perhatian serius. Melalui pendekatan multidimensi yang melibatkan aspek sosial, emosional, dan akademik, mahasiswa dapat lebih mudah mengatasi tantangan ini sehingga mampu beradaptasi secara optimal dan mencapai keberhasilan dalam pendidikan tinggi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image