Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Kartika Dwi Prastyo Wardani

Bukan Cuma Cari Nafkah, Inilah Pentingnya Kehadiran Ayah di Hidup Anak

Edukasi | 2025-10-01 00:11:54

Sumber gambar: istockphoto.com
Fenomena ini bukan sekedar wacana. Banyak penelitian menunjukkan bahwa anak yang dekat dengan ayah cenderung lebih percaya diri, berani mencoba hal baru, dan memiliki keterampilan sosial yang lebih baik. Laporan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA, 2023) bahkan menegaskan bahwa anak-anak yang tumbuh tanpa ikatan emosional dengan ayah berisiko lebih tinggi mengalami masalah psikologis, mulai dari rendahnya harga diri hingga kesulitan bersosialisasi. Fakta ini menjadi alarm bagi para ayah agar tidak hanya hadir secara fisik, tetapi juga secara emosional dalam kehidupan anak.

Dalam wawancara dengan salah satu siswa yang saya lakukan, ia menegaskan betapa besar pengaruh ayah pada seorang anak. “Keterlibatan dan kehadiran seorang ayah sangatlah penting, apalagi di masa pertumbuhan anak. Kehadiran dan keterlibatan seorang ayah akan berpengaruh 80% dalam perkembangan emosi dan kepercayaan diri di masa pertumbuhan,” ujarnya. Pernyataan ini menggambarkan bahwa anak tidak hanya membutuhkan materi, tetapi juga sentuhan emosional dari ayah. Kehangatan, perhatian, dan keterlibatan aktif ayah dalam aktivitas sehari-hari akan memberikan rasa aman sekaligus membangun landasan mental yang kuat. Anak yang merasa didukung ayah akan lebih berani mengambil keputusan, lebih percaya diri, dan mampu menghadapi tantangan dengan optimis.

Sebaliknya, jika ayah kurang terlibat, dampaknya cukup serius. Masih dari hasil wawancara yang sama, narasumber lain mengatakan, “Anak akan selalu merasa kurang kasih sayang, selalu membutuhkan validasi dari orang lain, ragu dalam mengambil keputusan, tidak percaya diri, emosinya kurang stabil, dan lebih mudah terpuruk,” ujarnya. Kalimat ini menegaskan bahwa ketidakhadiran figur ayah bukan sekadar membuat anak “kesepian”, tetapi bisa meninggalkan luka psikologis yang berdampak jangka panjang. Anak mungkin tumbuh dengan perasaan tidak cukup baik, selalu mencari pengakuan dari luar, bahkan rentan terhadap tekanan sosial. Kondisi ini tentu menjadi tantangan bagi generasi mendatang jika tidak segera disadari sejak sekarang.

Perubahan zaman menuntut peran ayah yang lebih adaptif. Jika dulu ayah hanya dipandang sebagai pencari nafkah, kini masyarakat semakin sadar bahwa ayah juga berperan sebagai sahabat, pendengar, sekaligus pembimbing anak. Sosok ayah ideal bukan berarti harus selalu sempurna, melainkan mampu memahami, menghargai, dan memberi penghargaan atas setiap pencapaian anak kecil. Kehadiran yang tulus, meski sederhana, dapat memberikan pengaruh besar bagi pertumbuhan mental anak.

Dalam konteks keluarga modern, keterlibatan ayah bisa dimulai dari hal-hal kecil: mengantar anak ke sekolah, mendampingi belajar, atau meluangkan waktu mendengarkan cerita anak sebelum tidur. Aktivitas sederhana ini mampu membangun kelekatan emosional yang kuat dan meninggalkan kesan mendalam dalam ingatan anak.

Keterlibatan ayah dalam menumbuhkan kembang anak bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan yang mendesak. Di tengah tantangan zaman dan derasnya arus globalisasi, anak membutuhkan figur ayah yang hadir tidak hanya secara fisik, tetapi juga emosional. Ayah yang terlibat akan melahirkan generasi yang lebih percaya diri, stabil secara emosi, dan siap menghadapi kehidupan.

Pertanyaan besar yang kemudian muncul adalah: Apakah para ayah hari ini siap mengambil peran lebih besar dalam mendampingi anak-anak mereka? Hanya waktu yang bisa menjawab. Namun satu hal yang pasti, hadirnya ayah dengan penuh cinta dan keterlibatan akan selalu menjadi warisan berharga bagi masa depan anak-anak kita.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image