Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ahmad Awtsaqubillah

Sastra Bandingan di Nusantara: Potensi dan Ruang Lingkup Kajian

Pendidikan dan Literasi | 2025-09-21 20:47:10
Foto oleh lil artsy: https://www.pexels.com/id-id/foto/orang-yang-menulis-di-buku-catatan-saat-memegang-mug-kopi-3278757/

Indonesia, sebagai negara kepulauan dengan ratusan bahasa dan budaya etnik, merupakan lahan yang subur untuk penelitian sastra bandingan. Keanekaragaman ini menghasilkan berbagai tradisi kesenian, baik lisan maupun tulis, yang saling berkaitan namun juga memiliki ciri khas masing-masing. Esai ini akan mengulas potensi sastra bandingan di Nusantara, dengan merujuk pada gagasan A. Ikram (1990) mengenai pengelompokan masalah dalam studi perbandingan sastra. Kekayaan sastra Nusantara sebagai sumber perbandingan, berbeda dengan Eropa yang banyak mengacu pada mitologi Yunani dan Perjanjian Lama, setiap kelompok etnik di Indonesia mengembangkan mitologi dan bahkan agama sendiri. Sastra sebagai bagian dari kebudayaan sangat dipengaruhi oleh geografi dan sumber daya alam. Oleh karena itu, membandingkan berbagai dongeng, legenda, dan puisi lisan dari berbagai daerah dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai persamaan dan perbedaan antar budaya di Indonesia.

Genre dan bentuk sastra yang beragam, Ikram (1990) mengadaptasi konsep Clements (1978) dan menawarkan pengelompokan masalah dalam studi sastra bandingan, yaitu:

 

  1. Genre dan Bentuk: Nusantara memiliki beragam genre seperti wiracarita (syair, kidung, kakawin, hikayat, teater rakyat) yang berkembang dengan pengaruh dari luar (Arab, India). Perbandingan kisah kepahlawanan dalam berbagai bentuk ini sangat menarik.
  2. Periode, Aliran, dan Pengaruh: Tradisi sastra Indonesia memiliki kekayaan genre yang tidak dimiliki banyak bangsa, terutama karena pengaruh dari berbagai budaya.
  3. Tema dan Mitos: Tema besar seperti kisah Mahabharata berkembang dalam berbagai bentuk dan ditafsirkan kembali oleh pengarang modern.

Tantangan dan peluang dalam sastra bandingan, kendala utama dalam studi sastra bandingan adalah penguasaan bahasa asli. Perbandingan kakawin (Jawa Kuno) dan hikayat (Melayu) memerlukan kemampuan berbahasa yang baik. Terjemahan dapat membantu, tetapi harus akurat dan setia pada aslinya. Genre yang digemari sastra didaktik, yang mengandung nasihat, sangat digemari di Indonesia. Bentuknya beragam, mulai dari syair, hikayat, cerita berbingkai, hingga cerita binatang. Kisah kancil, misalnya, tidak hanya menyampaikan nasihat tetapi juga sindiran terhadap hegemoni kaum kuat. Binatang juga digunakan untuk menyampaikan pesan keagamaan, adat, dan etika.

Sastra sejarah dan mantra, sastra sejarah mencatat asal-usul masyarakat dan legitimasi kekuasaan. Contohnya, I La Galigo (Bugis) dan Babad Tanah Jawi (Jawa) yang memiliki konsep berbeda mengenai keagamaan, kerajaan, dan pemerintahan. Mantra, yang ada dalam semua kebudayaan, juga merupakan sumber penelitian yang subur. Mantra digunakan untuk berbagai tujuan, dan tema, diksi, perbandingan, serta perlambangan menjadi bahasa studi yang penting. Studi bentuk dan pengaruh, studi mengenai bentuk sastra (tembang, pantun) juga penting untuk memahami perkembangan dan strategi masing-masing suku bangsa. Penelitian mengenai pengaruh mencakup perubahan bentuk, saduran, dan terjemahan. Cerita Amir Hamzah, misalnya, mengalami perubahan bentuk yang jauh dalam berbagai sastra daerah.

Tema dan mitos dalam sastra modern, tema dan mitos besar seperti Oedipus Kompleks muncul dalam berbagai kebudayaan, termasuk kisah Prabu Watugunung (Jawa) dan Sangkuriang (Sunda). Perbandingan tema dan mitos ini memberikan pemahaman yang lebih dalam atas kesusastraan dan masyarakat. Sastra bandingan di Nusantara memiliki potensi yang besar untuk mengungkap kekayaan budaya Indonesia. Dengan memperhatikan genre, bentuk, tema, mitos, serta pengaruh dari berbagai budaya, studi sastra bandingan dapat memberikan pemahaman yang lebih komprehensif mengenai identitas dan karakteristik setiap kelompok etnik di Indonesia. Penelitian yang mendalam dan penguasaan bahasa asli menjadi kunci untuk menggali potensi ini.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image