Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rita Maliza

Probe Diagnostik, Harapan Baru Deteksi Dini Kanker dan TBC

Riset dan Teknologi | 2025-09-21 18:12:16

Bayangkan jika hanya dengan satu tetes darah, dokter bisa langsung mengetahui apakah seseorang terinfeksi tuberkulosis, memiliki risiko kanker, atau sedang terkena penyakit serius lainnya. Tanpa perlu menunggu berhari-hari di laboratorium, hasil sudah bisa didapat dalam hitungan menit. Teknologi ini bukan lagi sekadar imajinasi fiksi ilmiah. Para ilmuwan di seluruh dunia, termasuk peneliti Indonesia sedang bekerja keras mewujudkannya melalui inovasi yang disebut probe diagnostik.

Probe diagnostik dapat diibaratkan sebagai detektif molekuler. Ia dirancang khusus untuk mencari biomarker, yaitu jejak biologis yang muncul ketika penyakit hadir. Biomarker ini bisa berupa asam nukleat (DNA atau RNA) yang menjadi sidik jari genetik dari virus, bakteri, atau mutasi gen tertentu pada kanker. Bisa pula berupa protein penting yang menunjukkan aktivitas sel tubuh, misalnya antibodi atau enzim, atau metabolit, yaitu produk sampingan metabolisme yang memberi gambaran instan tentang kondisi kesehatan seseorang. Dengan menemukan biomarker yang tepat, probe dapat memberi sinyal jelas: ada penyakit atau tidak, bahkan sebelum gejala muncul.

Ilustrasi mekanisme kerja probe diagnostik. Dibuat menggunakan Biorender.

Berbagai teknologi dikembangkan untuk membuat probe semakin akurat dan mudah digunakan. Sebagian bekerja dengan pendekatan mirip tes PCR, menggunakan potongan DNA atau RNA sintetis untuk mengenali gen tertentu dari virus atau sel kanker. Ada juga biosensor yang menggabungkan elemen biologis seperti antibodi dengan sensor elektronik atau optik. Begitu biomarker terikat, alat langsung memberi sinyal yang bisa dibaca. Teknologi lain memanfaatkan nanopartikel dari emas atau perak yang mampu menempel pada biomarker dan menghasilkan tanda visual berupa perubahan warna. Semua teknologi ini berorientasi pada satu tujuan: membuat diagnosis lebih cepat, sederhana, dan terjangkau.

Namun perjalanan dari laboratorium ke klinik tidaklah instan. Rancangannya dimulai dari desain molekul secara virtual di komputer, dilanjutkan dengan sintesis di laboratorium, lalu uji awal di cawan petri untuk mengukur akurasi. Jika berhasil, probe masuk tahap uji klinis menggunakan sampel pasien agar terbukti valid di dunia nyata. Setelah itu, probe masih harus melewati proses perizinan yang ketat dari otoritas kesehatan untuk memastikan keamanannya, sebelum akhirnya bisa diproduksi massal dan digunakan di rumah sakit atau puskesmas.

Bagi Indonesia, pengembangan probe diagnostik menjadi peluang besar. Negara ini menghadapi beban tinggi penyakit menular seperti TBC dan HIV, serta penyakit tidak menular seperti kanker. Alat diagnostik yang cepat, sensitif, dan murah akan sangat membantu mempercepat deteksi, mencegah keterlambatan pengobatan, dan menekan angka kematian. Jika probe dapat diproduksi massal di dalam negeri, biaya bisa ditekan dan ketergantungan pada alat impor berkurang, sekaligus membuka peluang industri kesehatan lokal tumbuh.

Bayangkan jika suatu hari probe diagnostik tersedia di puskesmas-puskesmas seluruh Indonesia. Masyarakat di daerah terpencil bisa segera tahu apakah batuk berkepanjangan disebabkan TBC atau hanya flu biasa. Pasien di klinik kecil bisa mendapat peringatan dini tentang risiko kanker tanpa harus pergi ke kota besar. Deteksi dini berarti pengobatan lebih cepat, dan kesempatan hidup lebih besar. Inilah masa depan kesehatan yang sedang diupayakan para ilmuwan: sebuah revolusi medis yang berawal dari setetes darah kecil, tetapi berpotensi menyelamatkan jutaan nyawa.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image