Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Omair Fain

Asil ar-Ra'yi: Sumber Penafsiran yang Orisinil Berdasarkan Ijtihad

Khazanah | 2025-09-21 14:34:00


Oleh: Omair

Ahad, 21/09/2025


Hari ini, beragam berita mudah diakses. Sayangnya, tidak semua berita itu benar. Butuh diseleksi. Yang tidak kalah penting, perhatikan juga sumber berita yang kita baca dan dengar itu.


Sumber itu punya peran penting. Ia bisa menentukan baik dan buruknya "sesuatu". Apalagi dalam menafsirkan al-Qur'an, kita hanya boleh mengambil dari sumber yang terpecaya.


Penafsiran al-Qur'an, ditinjau dari "sumber teksnya" , terbagi menjadi dua, yaitu: asîl an-naql atau sumber penafsiran yang orisinil; dan dakhîl an-naql atau sumber penafsiran yang cacat.


Untuk lebih jelasnya, Prof. Dr. Ibrahim Khalifah sudah membaginya secara rinci. Yang pertama: asîl an-naql atau sumber penafsiran yang orisinil. Itu terbagi menjadi 7 sumber.


Yang kedua: dakhîl an-naql atau sumber penafsiran yang cacat. Itu terbagi menjadi 9 sumber. Dan, dari tiap sumber itu ada kriterianya yang sangat ketat. (Lihat artikel ke 12 dan 13).


Dulu. Saya kira, untuk menafsirkan al-Qur'an itu hanya menggunakan sumber teks saja, ternyata tidak. Ada satu sumber lagi, yaitu sumber non teks atau ijtihad.


Ijtihad adalah mengeluarkan segala kemampuan untuk mendapatkan kesimpulan hukum dari al-Qur’an dan sunnah. Untuk menggunakan ijtihad pun ada caranya.


Bagi yang hendak berijtihad, ada syarat-syarat yang ketat. Ia harus menguasai ilmu-ilmu yang mendukung untuk melakukan ijtihad. Seperti ilmu Bahasa Arab, usul fikih, ilmu hadis, dll.


Saat menyelami penafsiran al-Qur'an, kita akan menemukan corak penafsiran al-Qur'an dengan ijtihad yang sudah banyak digunakan oleh para ulama. Penafsiran al-Qur'an, ditinjau dari sumber ijtihadnya terbagi menjadi dua:


Yang pertama: asîl ar-ra'yi atau sumber penafsiran berdasarkan ijtihad yang orisinil. Yang kedua: dakhîl ar-ra'yi atau sumber penafsiran berdasarkan ijtihad yang cacat.


Sebelum mengkaji dakhîl ar-ra'yi, baiknya, kita faham dulu asîl ar-ra'yi atau sumber penafsiran berdasarkan ijtihad yang orisinil. Setelah itu, kita auto akan memahami dakhîl ar-ra'yi.


Ketika saya membuka kitab ad-Dakhîl fi at-Tafsîr, ditemukan beberapa kaidah untuk menafsirkan al-Qur'an dengan asîl ar-ra'yi, yang bisa diterapkan saat tengah membaca kitab tafsir. Di antarnya:


Misalnya: (1) memahami kandungan al-Qur'an itu sesuai makna lahirnya, sampai ada petunjuk yang mengarahkan kepada makna yang lain.


(2) Penafsiran al-Qur'an yang tidak membutuhkan "penjelasan lebih" dari seorang mufassir, itu lebih utama, bagi orang yang berakal, dari pada yang membutuhkan "penjelasan lebih". Contohnya.


( وَجَآءَ رَبُّكَ وَٱلۡمَلَكُ صَفّٗا صَفّٗا )


Dalam surat al-Fajr ayat 22 disebutkan: "dan datanglah Tuhanmu, dan malaikat berbaris-baris." Kemudian muncul pertanyaan. Benarkah Allah datang? Bagaimana wujudnya?


Untuk memahami ayat tersebut, Prof. Dr. Ibrahim Khalifah mengatakan, bahwa yang dimaksud dari ungkapan "dan datanglah Tuhanmu" (وَجَآءَ رَبُّكَ) adalah "perintah Tuhanmu." Titik.


Tanpa berpegang pada asîl an-naql, seorang mufassir akan terjatuh pada dakhîl an-naql. Sebagimana yang telah dilakukan kelompok batiniyah, dan musuh-musuh Islam.


Semangat berijtihad akan selalu dibutuhkan di setiap zaman. Juga, butuh ilmu yang cukup untuk melakukannya. Jika tidak terpenuhi, tidak menutup kemungkinan justru akan menjauhkan ummat dari sumber penafsiran al-Qur'an yang asîl. (Omair)













Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image