Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image forchulas

Pandangan Islam Tentang Pernikahan: Makna, Hikmah, dan Nilai Akhlak

Agama | 2025-10-23 13:35:30

Pernikahan adalah salah satu momen paling berharga dalam kehidupan manusia. Dalam pandangan Islam, pernikahan bukan sekadar penyatuan dua insan secara lahiriah, tetapi juga bentuk ibadah yang memiliki nilai spiritual tinggi. Rasulullah SAW menjadikan pernikahan sebagai bagian dari sunnah yang sangat dianjurkan karena di dalamnya terdapat banyak hikmah, baik bagi individu, keluarga, maupun masyarakat.

Secara sederhana, pernikahan adalah perjanjian suci antara seorang laki-laki dan perempuan untuk hidup bersama dalam ikatan yang sah. Namun, Islam memandangnya lebih dalam dari sekadar formalitas hukum atau adat. Melalui pernikahan, manusia diharapkan saling melengkapi, saling mendukung, dan bersama-sama beribadah kepada Allah SWT. Pernikahan bukan hanya tentang cinta, tetapi juga tentang tanggung jawab, pengabdian, dan komitmen.

Al-Qur’an menegaskan keindahan dan tujuan luhur dari pernikahan dalam Surah Ar-Rum ayat 21:

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kebesaran-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri agar kamu merasa tenteram kepadanya. Dia menjadikan di antaramu rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Rum: 21)

Ayat ini menggambarkan bahwa pernikahan merupakan manifestasi kasih sayang Allah kepada manusia. Melalui pasangan, seseorang dapat merasakan ketenteraman (sakinah), cinta (mawaddah), dan kasih sayang (rahmah). Ketiga unsur ini menjadi fondasi penting dalam membangun rumah tangga yang harmonis dan diberkahi.

Allah SWT menciptakan manusia berpasang-pasangan bukan tanpa alasan. Dalam kebersamaan, manusia belajar tentang empati, kesetiaan, dan tanggung jawab. Seorang suami belajar bagaimana menjadi pemimpin yang penuh kasih, sementara istri belajar menjadi pendamping yang sabar dan setia. Dari hubungan ini lahirlah nilai-nilai akhlak yang mendidik hati—seperti sabar, syukur, rendah hati, dan saling menghargai. Dengan demikian, pernikahan tidak hanya mengikat dua jiwa, tetapi juga mendidik keduanya agar semakin dekat dengan Allah.

Pernikahan dalam Islam juga berfungsi sebagai sarana untuk menjaga kehormatan dan melindungi diri dari perbuatan yang dilarang. Melalui ikatan yang halal ini, hubungan antara laki-laki dan perempuan berada dalam koridor yang diridhai Allah. Dari rumah tangga yang baik, akan lahir generasi yang saleh dan berakhlak mulia, yang kemudian menjadi pondasi kuat bagi masyarakat yang bermartabat.

Namun, keindahan pernikahan tidak datang tanpa tantangan. Dalam perjalanan rumah tangga, pasti ada ujian dan perbedaan. Di sinilah pentingnya akhlak dalam pernikahan. Akhlak mulia menjadi kunci dalam menghadapi konflik dan menjaga keharmonisan. Kesabaran, kejujuran, saling memaafkan, dan komunikasi yang baik adalah bentuk nyata dari akhlak yang harus dijaga setiap pasangan.

Islam tidak hanya mengajarkan bagaimana menikah, tetapi juga bagaimana membangun rumah tangga yang penuh keberkahan. Nabi Muhammad SAW mencontohkan dalam kehidupannya bersama para istri: beliau lembut, menghargai perasaan, dan selalu menebar kasih sayang. Teladan inilah yang seharusnya menjadi pedoman bagi umat Islam dalam berumah tangga.

Kesimpulannya, pernikahan dalam Islam adalah bentuk ibadah dan pengabdian kepada Allah SWT. Ia bukan hanya urusan cinta, tetapi juga proses penyempurnaan diri dan pembentukan akhlak. Melalui pernikahan, manusia belajar arti sabar, tanggung jawab, dan kasih sayang yang sejati. Jika dijalani dengan niat yang tulus dan akhlak yang baik, pernikahan akan menjadi sumber ketenangan, cinta, dan rahmat—bukan hanya bagi dua insan yang terikat, tetapi juga bagi kehidupan di sekitarnya. Karena itu, menjaga akhlak dalam pernikahan bukan sekadar kewajiban, melainkan kunci untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image