Pentingnya Komunikasi Sains di Era Digital
Pendidikan | 2025-09-21 07:53:42Komunikasi sains memiliki peran yang semakin penting di era informasi digital. Menurut Metcalfe (2019) dan Scheufele et al. (2021), ada 12 tujuan utama komunikasi sains: (1) meningkatkan literasi sains, (2) membangun kesadaran publik, (3) melawan misinformasi, (4) memengaruhi perilaku publik, (5) mendukung pengambilan keputusan, (6) membangun kepercayaan pada sains, (7) menciptakan transparansi, (8) memberikan legitimasi pada penelitian, (9) membangun dukungan politik, (10) memperkuat citra ilmuwan, (11) memberi hiburan sekaligus edukasi, dan (12) mendorong keterlibatan publik dalam riset. Dari dua belas tujuan ini, sebagian besar bisa dipetakan ke dua paradigma besar yaitu penyebaran informasi (dissemination) dan keterlibatan dialogis (engagement).
Penyebaran menekankan distribusi informasi yang jelas, mudah dipahami, dan berbasis data, sementara keterlibatan dialogis menekankan percakapan timbal balik antara ilmuwan dan publik. Namun, dalam praktiknya, paradigma penyebaran lebih dominan. Hal ini terlihat jelas dalam Science News Websites (SNWs), yaitu situs berita sains populer yang menyajikan ringkasan penelitian, temuan terbaru, dan opini ilmiah bagi masyarakat umum. Penelitian Zimmerman et al. (2024) menunjukkan bahwa pengelola maupun pembaca SNWs lebih menekankan fungsi penyebaran ketimbang dialog.
Ada beberapa alasan mengapa penyebaran lebih menonjol. Pertama, penyebaran informasi lebih efisien, terutama ketika sumber daya terbatas. Kedua, tidak semua komunikator sains nyaman membangun percakapan publik. Ketiga, forum dialog daring sering menghadirkan komentar negatif, polarisasi, bahkan perdebatan toksik yang justru mengaburkan tujuan edukatif. Akibatnya, banyak SNWs memilih strategi satu arah yaitu memberi berita sains yang jelas, ringkas, dan dapat dipercaya, ketimbang membuka ruang diskusi yang melelahkan.
Padahal, dialog memiliki nilai strategis. Dengan dialog, publik tidak hanya menjadi konsumen informasi, tetapi juga mitra yang bisa mengajukan pertanyaan, mengkritisi metode, atau memberi perspektif sosial yang relevan bagi riset. Misalnya, dalam isu-isu yang sarat dimensi politik seperti bioteknologi atau GMO, keterlibatan publik penting untuk menciptakan legitimasi sosial dan mengurangi resistensi (Reincke et al., 2020). Tanpa dialog, sains berisiko dipandang elitis dan terpisah dari kebutuhan masyarakat.
Era digital sebenarnya menyediakan infrastruktur untuk membangun keterlibatan dialogis. Komentar di artikel, forum diskusi, dan integrasi dengan media sosial memungkinkan audiens tidak hanya membaca, tetapi juga ikut serta membentuk narasi. Meski kualitas komentar sering dianggap dangkal, Jennings & Russell (2019) menekankan bahwa opini singkat sekalipun berfungsi sebagai cerminan sikap publik dan dapat memengaruhi cara orang lain memahami sains. Bahkan, komentar bisa menjadi pintu masuk bagi keterlibatan lebih serius dalam isu etika dan kebijakan (Laslo & Baram-Tsabari, 2019).
Teori Uses and Gratifications Theory (U&G) menekankan bahwa orang menggunakan media untuk memenuhi lima kebutuhan yaitu kognitif (mencari informasi), afektif (menikmati konten), personal (membangun identitas), sosial (berinteraksi), dan pelepasan ketegangan (hiburan) (Katz et al., 1973). Dengan teori ini, dapat dipahami bahwa pembaca SNWs tidak datang secara acak. Mereka punya tujuan jelas, mulai dari belajar hingga sekadar mencari hiburan sains populer.
Dalam kasus ini, motivasi kognitif mendominasi. Pembaca SNWs mengakses berita sains terutama untuk memperoleh pengetahuan baru dan mengikuti perkembangan terbaru. Motivasi personal, sosial, dan afektif jauh lebih rendah. Hal ini memperkuat pandangan bahwa pembaca melihat SNWs sebagai ruang belajar, bukan arena percakapan. Menariknya, meskipun sebagian besar mendukung keberadaan kolom komentar, hanya sepertiga yang benar-benar aktif berkomentar. Mayoritas hanya membaca komentar orang lain.
Fenomena ini menegaskan paradoks komunikasi sains. Publik mengakui pentingnya dialog untuk memperkaya perspektif, tetapi pada saat yang sama tidak menuntut pengelola SNWs memfasilitasinya. Sebagian pembaca bahkan menganggap membaca berita saja sudah cukup, sementara dialog dipandang sebagai kemewahan yang sulit dijalankan dengan sumber daya terbatas. Perbedaan generasi juga terlihat. Audiens muda lebih mendorong interaktivitas, sementara audiens tua lebih nyaman dengan pola satu arah yang lebih formal (Zimmerman et al., 2024).
Alhasil, Komunikasi sains memiliki 12 tujuan, namun praktik di SNWs masih lebih fokus pada penyebaran informasi ketimbang dialog. Motivasi utama pembaca tetaplah kebutuhan kognitif yaitu mendapatkan pengetahuan ilmiah yang akurat dan mutakhir. Potensi dialog tetap ada, terutama di kalangan generasi muda Gen Z, namun tantangan sumber daya dan risiko polarisasi masih menghambat. Jika keseimbangan antara penyebaran dan keterlibatan berhasil dicapai, maka SNWs bukan hanya berfungsi sebagai pusat informasi, tetapi juga sebagai ruang partisipasi publik dalam menentukan arah sains dan teknologi.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
