Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ismail Suardi Wekke

Sebuah Langkah Kecil dengan Wawasan Global: PRISANA dan Awal Pasar Rakyat Potoro

Bisnis | 2025-09-19 14:16:46
PRISANA (Dok ISW)

Bayangkan sebuah pasar. Bukan pasar modern dengan pendingin ruangan dan lantai mengkilap, melainkan pasar rakyat yang penuh hiruk-pikuk, dengan aroma rempah-rempah yang bercampur dengan tawa dan tawar-menawar.

Di pasar inilah, di Pasar Rakyat Potoro, Kelurahan Potoro, Kecamatan Andoolo, Kabupaten Konawe Selatan, sebuah kisah baru dimulai. Kisah tentang bagaimana sebuah inisiatif kecil bisa menjadi bibit dari perubahan besar.

Bupati Konawe Selatan, dan Wakil Bupati Konawe Selatan meresmikan Pasar Rakyat Potor (Rabu, 17 September 2025) seiring dengan perayaan HUT ke-16 Kelurahan Potoro yang dirayakan dengan lomba antar lingkungan. Lomba ini dalam semangat memelihara tradisi masyarakat Tolaki.

Kisah ini dimulai dari sebuah gagasan sederhana, namun ambisius: bagaimana membuat pasar rakyat menjadi lebih dari sekadar tempat jual beli? Bagaimana kita bisa menjadikannya pusat pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, yang tidak hanya menguntungkan pedagang dan pembeli, tetapi juga peduli pada lingkungan dan kesejahteraan komunitas?

Gagasan inilah yang kemudian melahirkan PRISANA, akronim dari Pusat Riset Keuangan Berkelanjutan. PRISANA bukanlah sebuah gedung mewah atau kantor megah. Sebaliknya, ia adalah sebuah wadah kolaboratif, sebuah pusat pemikiran dan aksi yang berfokus pada keuangan berkelanjutan.

Misinya adalah membantu masyarakat, khususnya di pedesaan, untuk mengelola sumber daya keuangan mereka dengan lebih bijak, lebih efisien, dan yang paling penting, lebih berkelanjutan. Sekalipun di pelosok, tetapi memiliki wawasan global.

Inisiasi ini bukan sekadar teori di atas kertas. Ia langsung diimplementasikan di tempat yang paling membutuhkan: Pasar Rakyat Potoro. Inisiatif di pasar ini dinamai "Pasar Rakyat Potoro". Tujuannya adalah untuk mengubah pasar ini menjadi model pasar rakyat yang ramah lingkungan, ramah sosial, dan ramah finansial.

Mengapa Pasar Potoro?

Konawe Selatan, dengan keindahan alamnya yang kaya, juga menghadapi tantangan ekonomi yang signifikan. Pedagang di Pasar Potoro, seperti banyak pedagang di pasar rakyat lainnya, sering kali menghadapi kendala dalam hal akses ke permodalan, pengelolaan keuangan, dan pemahaman tentang praktik bisnis yang berkelanjutan. Mereka adalah tulang punggung ekonomi lokal, namun sering kali bekerja dalam kondisi yang kurang ideal.

Di sinilah PRISANA (Pusat Riset Keuangan Berkelanjutan) hadir. Para peneliti dan relawan dari PRISANA tidak datang dengan solusi "satu untuk semua". Sebaliknya, mereka berinteraksi langsung dengan para pedagang, mendengarkan keluh kesah mereka, dan memahami tantangan unik yang mereka hadapi. Dari interaksi inilah, lahirlah program-program yang disesuaikan, seperti:

 

  • - Pelatihan Keuangan Berkelanjutan: Memberikan pengetahuan tentang cara mengelola pendapatan, menabung, dan berinvestasi dengan bijak, serta memahami pentingnya keberlanjutan dalam bisnis.
  • - Akses ke Permodalan Mikro: Menjembatani para pedagang dengan lembaga keuangan yang menyediakan pinjaman dengan bunga rendah dan syarat yang mudah.
  • - Edukasi Praktik Ramah Lingkungan: Mendorong penggunaan tas belanja yang dapat dipakai ulang, mengurangi limbah plastik, dan mengelola sampah dengan lebih baik di area pasar.

Studi Kasus: Menilik Keberhasilan Pasar Pelangi di Metro, Lampung

Kisah sukses di Pasar Potoro bukanlah kisah satu-satunya. PRISANA belajar dari inisiatif serupa di berbagai daerah, yang membuktikan bahwa model pasar rakyat berkelanjutan bisa diterapkan. Salah satu contoh yang paling menonjol adalah Pasar Pelangi di Kota Metro, Lampung. Pasar ini telah menjadi studi kasus penting bagi PRISANA dalam merancang program-programnya.

Pasar Pelangi, yang awalnya hanyalah sebuah pasar tradisional biasa, berhasil bertransformasi menjadi pusat ekonomi lokal yang modern dan ramah lingkungan. Perubahan ini didorong oleh kolaborasi erat antara pemerintah daerah, komunitas pedagang, dan aktivis lingkungan.

Pedagang di Pasar Pelangi diberikan pelatihan intensif tentang pengelolaan keuangan, diversifikasi produk, dan pemasaran digital. Mereka juga didorong untuk mengadopsi praktik ramah lingkungan, seperti penggunaan kemasan alami dan pemilahan sampah.

Bagian yang paling menarik, Pasar Pelangi mengembangkan sebuah sistem keuangan mikro mandiri yang dikelola oleh komunitas pedagang itu sendiri. Dana yang terkumpul dari iuran anggota digunakan untuk memberikan pinjaman kepada pedagang yang membutuhkan modal tanpa harus melalui proses birokrasi yang rumit.

Sistem ini tidak hanya meningkatkan akses ke permodalan, tetapi juga menumbuhkan rasa kebersamaan dan saling percaya di antara para pedagang. Keberhasilan Pasar Pelangi membuktikan bahwa inovasi dan kolaborasi dapat mengubah wajah pasar rakyat, menjadikannya lebih dari sekadar tempat transaksi, tetapi juga sebagai pusat komunitas yang kuat dan mandiri.

Kisah Sukses yang Menular

Kisah seorang ibu penjual sayur, yang kini bisa menabung secara rutin dan memiliki rencana untuk mengembangkan usahanya, menjadi inspirasi bagi pedagang lainnya. Kisah seorang bapak penjual ikan, yang kini beralih menggunakan kemasan ramah lingkungan dan omsetnya malah meningkat, menjadi bukti bahwa keberlanjutan dan keuntungan bisa berjalan beriringan.

Inisiasi Pasar Rakyat Potoro bukan sekadar jual beli saja, melainkan sebuah komitmen jangka panjang. Ini adalah sebuah narasi tentang bagaimana pengetahuan dan aksi bisa bersatu untuk menciptakan perubahan nyata. PRISANA, dengan langkah kecilnya di Pasar Potoro, telah menabur benih harapan. Mereka menunjukkan bahwa ekonomi berkelanjutan bukanlah konsep yang hanya berlaku untuk korporasi besar, tetapi juga bisa diwujudkan di tingkat komunitas, di pasar-pasar tradisional yang menjadi denyut nadi kehidupan rakyat.

Masa Depan Pasar Rakyat yang Ditopang Pusat Riset dengan Wawasan Global

Perjalanan PRISANA di Pasar Potoro dan pembelajaran dari Pasar Pelangi menunjukkan bahwa masa depan pasar rakyat ada di tangan kita. Pasar-pasar ini bukan lagi sekadar tempat transaksi, melainkan laboratorium hidup untuk inovasi sosial dan ekonomi.

Dengan dukungan dari pusat riset seperti PRISANA, yang membawa wawasan global tentang keuangan berkelanjutan dan praktik terbaik, pasar-pasar ini bisa menjadi model yang layak untuk direplikasi di seluruh Indonesia.

Masa depan itu terbayang dalam wujud pasar yang terintegrasi dengan teknologi, di mana pedagang dapat menerima pembayaran digital dan mengelola inventaris melalui aplikasi sederhana. Terbayang pula pasar yang menjadi pusat daur ulang dan komposting, mengubah limbah menjadi nilai tambah. Lebih dari itu, pasar rakyat akan menjadi pusat pendidikan informal, di mana para pedagang belajar tentang hak-hak mereka, literasi keuangan, dan cara membangun bisnis yang tangguh.

Namun, keberhasilan ini tidak akan datang dengan sendirinya. Dibutuhkan sinergi kuat antara pemerintah, akademisi, komunitas, dan sektor swasta. Pemerintah perlu menyediakan regulasi yang mendukung, akademisi memberikan penelitian dan bimbingan, komunitas pedagang harus proaktif, dan sektor swasta dapat berperan sebagai mitra strategis.

Dengan kolaborasi semacam ini, kita dapat menciptakan ekosistem yang memungkinkan pasar rakyat untuk berkembang, tidak hanya secara ekonomi, tetapi juga sosial dan lingkungan. Kita punya DNA gotong royong.

Pada akhirnya, PRISANA dan inisiasi di Pasar Potoro adalah bukti bahwa solusi untuk tantangan lokal sering kali dapat ditemukan dengan menerapkan prinsip-prinsip global. Dengan membawa pengetahuan tentang keuangan berkelanjutan, yang kini menjadi isu global, ke tingkat pasar rakyat, PRISANA telah menunjukkan bahwa globalisasi bukan hanya tentang korporasi besar, tetapi juga tentang pemberdayaan komunitas kecil. Ini adalah langkah awal menuju Indonesia yang lebih adil dan berkelanjutan, satu pasar rakyat pada satu waktu.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image