Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ummu Zidan

Potensi Gen Z untuk Perubahan Menuju Kebangkitan

Event | 2025-09-19 05:11:20

Aksi unjuk rasa yang terjadi akhir-akhir ini banyak melibatkan Gen Z, yakni pemuda usia sekolah di pendidikan menengah hingga universitas. Baik itu di dunia nyata maupun dunia maya, yakni di media sosial. Mereka bergerak aktif ketika mendapati ketidakadilan yang nyata-nyata dipertontonkan oleh pejabat negeri ini. Psikolog Anak dan Remaja, Anastasia Satriyo, M.Psi., Psikolog, menyampaikan bahwa Gen Z memiliki gaya kreatif ala anak muda dalam menyuarakan aspirasinya. Mereka lebih memanfaatkan media sosial, meme, poster kreatif hingga estetika visual.

Di sisi lain, fenomena ini menarik banyak pihak. Psikolog Universitas Indonesia, Prof. Rose Mini Agoes Salim, meningkatkan peningkatan jumlah anak di bawah umur yang ikut aksi. Ia mengakui demo bisa menjadi ajang belajar menyampaikan pendapat, namun mengingatkan bahwa remaja masih rentan terprovokasi karena kontrol diri mereka belum matang (Inforemaja.id).

Gen Z memang banyak disebut akhir-akhir ini, karena karakter dan aksinya yang cukup membuat masyarakat geleng kepala. Beberapa dari mereka bahkan tanpa mempertimbangkan akibatnya, tidak berpikir jauh ke depan. Bahkan ada siswa SMA yang dikeluarkan dari sekolah karena membuat video tidak etis tentang demonstrasi kemarin.

Hal ini menjadi pekerjaan besar bagi orang tua, masyarakat dan sekolah untuk mendampingi dan mengarahkan mereka. Fakta ini sebenarnya menarik untuk dipahami bersama, bahwa setiap muslim, baik dari kalangan pemuda hingga orang tua sejatinya mempunyai kewajiban untuk menyikapi kezaliman ini.

Jadi kita tidak terjebak pada penekanan seputar karakter Gen Z serta mengarahkan pada perilaku yang dianggap positif, yakni meluapkan emosinya pada hal-hal teknis yang kreatif. Sebab jika hanya membahas masalah teknis, masyarakat bisa berputar-putar tanpa arah. Padahal yang dibutuhkan saat ini lebih dari itu, yakni kesadaran politik. Umat ini, termasuk di dalamnya Gen Z, perlu diasah kesadaran politiknya agar memahami konstelasi politik di negeri ini hingga di seluruh dunia. Sebab apa yang terjadi di suatu negara tidak bisa dipisahkan dengan kondisi dan tatanan dunia.

Apa yang meresahkan umat Islam harus dipandu dengan Islam. Misal adanya ketidakadilan yang terjadi, sesungguhnya hal ini disebabkan karena tidak diterapkannya syariat dan hukum Islam dalam membangun negara. Bangsa ini masih dikendalikan oleh kapitalis global. Aturan yang diterapkan negara berdasarkan demokrasi kapatalisme, bukan sistem Islam. Padahal mayoritas penduduknya adalah muslim, yang selayaknya harus diatur dengan aturan dan sistem Islam.

Dari sini maka memaafkan baqa' manusia, yakni memaafkan mempertahankan diri, akan termanifestasi oleh kondisi ketidakadilan, mencintai dan kezaliman yang tengah dirasakan. Sehingga rasa ini akan menimbulkan gejolak penolakan dan keinginan untuk memberikan kontribusi demi perbaikan negeri ini. Semangat ini tentu saja merupakan dorongan iman, bukan yang lain. Tidak sekedar momen emosional atau budaya ikut-ikutan.

Potensi Kebangkitan Umat

Setiap manusia memiliki kebutuhan dan kesejahteraan dalam penciptaannya yang membutuhkan. Untuk memenuhinya, manusia harus mengikuti tuntunan syariat, bukan berdasarkan teori psikologi. Selain itu, Islam juga mengatur terkait muhasabah lil hukkam (mengoreksi penguasa) dengan mekanisme yang sudah dicontohkan oleh Rasulullah saw. Jadi menyuarakan kebenaran dan melawan kezaliman dengan cara yang benar sesuai tutunan Islam adalah bagian dari kemuliaan seorang Muslim.

serupa yang dijelaskan dalam sebuah hadist, bahwa “Pemimpin para syuhada adalah Hamzah bin Abdul Muthalib, dan (juga) seorang laki-laki yang berdiri di hadapan penguasa zalim, lalu ia memerintahkannya (kepada kebaikan) dan pengajarnya (dari kemungkaran), kemudian penguasa itu membunuh.” (HR.Hakim).

Potensi pemuda bisa dilihat pada masa perjuangan Rasulullah Saw. Hendaknya potensi pemuda diarahkan pada perjuangan kebangkitan umat yang hakiki, bukan menuju sekedar tekanan pada ekspresi emosi dan kaitannya dengan kreatifitas. Kreatifitas hanya teknis yang dinamis senantiasa mengikuti perkembangan teknologi dan viralitas. Gen Z pasti akan mampu mengikuti, mengingat karakternya yang selalu agresif.

Gen Z harus diarahkan menjadi pembelajar yang haus ilmu karena mereka adalah ilmuwan masa depan yang akan menorehkan kebaikan bagi Islam dan dunia. Demikianlah Islam di masa kejayaannya, mencetak para penemu dan ilmuwan yang memberikan kontribusi besar bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Tak hanya bergelut di bidang keilmuan, mereka harus menjadi pejuang di garda depan dan pelopor perubahan sosial. serupa Mush'ab bin Umair yang menjadi duta Islam yang diutus Rasulullah untuk mencakup masyarakat Madinah. Hanya membutuhkan waktu setahun, pemimpin Madinah beserta 75 wakil dari penduduknya telah berbaiat kepada Rasulullah saw., menyerahkan urusan dan kekuasaan Madinah kepadanya. Ruh jihad juga harus selalu bersemi dalam jiwa-jiwa Gen Z. Menjadi mujahid hingga syahid dalam membela dan memperjuangkan Islam harus menjadi cita-cita tertinggi. Walhasil geliat gen Z memang layak diperhitungkan karena bisa membawa kebangkitan umat. Wallahu a'lam bish-shawab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image