Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image 06_Bintang Faizan

Kenapa Hewan Butuh Dokter?

Edukasi | 2025-09-17 08:31:04

Dokter untuk Hewan? Kenapa Hewan Perlu Sosok Dokter?

Apakah kamu pernah mendengar orang bertanya, “Kenapa hewan perlu dokter? Bukannya dokter itu untuk manusia?” Menurut saya, pertanyaan itu muncul karena masih banyak orang yang belum benar-benar paham kalau hewan juga makhluk hidup yang berhak sehat. Bagi saya, keberadaan dokter hewan itu sama pentingnya dengan dokter manusia, karena kesehatan hewan berhubungan langsung dengan manusia dan lingkungan.

Saya percaya bahwa hewan bukan sekadar peliharaan atau sumber pangan. Mereka punya kehidupan, bisa merasakan sakit, dan bisa terkena penyakit. Kucing bisa cacingan, anjing bisa rabies, ayam bisa flu burung, sapi bisa penyakit mulut dan kuku. Kalau tidak ada dokter hewan, siapa yang akan mengobati mereka? Bukan cuma soal rasa kasihan, tapi juga soal keamanan kita. Karena pada akhirnya, penyakit dari hewan bisa menyebar ke manusia.

Menurut saya, inilah alasan kenapa dokter hewan punya peran ganda: merawat hewan dan sekaligus melindungi manusia. Mari kita ambil contoh rabies. Saya yakin kita semua tahu betapa berbahayanya rabies. Sekali manusia tertular, risikonya bisa fatal. Nah, kalau anjing-anjing divaksin oleh dokter hewan, penyakit ini bisa dicegah. Jadi jelas, kerja dokter hewan itu bukan cuma untuk hewan, tapi juga untuk menjaga keselamatan kita.

Selain itu, saya juga melihat betapa besar peran dokter hewan di dunia peternakan. Banyak orang mungkin hanya mengira mereka bekerja di klinik hewan kecil, padahal kenyataannya lebih luas. Bayangkan kalau daging yang kita beli di pasar ternyata berasal dari hewan yang sakit. Itu bisa membahayakan konsumen dan merugikan peternak. Menurut saya, tanpa dokter hewan, kita tidak akan bisa merasa aman makan sate ayam, bakso sapi, atau minum susu segar. Mereka yang memastikan rantai makanan kita tetap sehat.

Saya juga sepakat dengan konsep One Health, bahwa kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan itu saling terhubung. Kalau salah satunya bermasalah, semua ikut terdampak. Contohnya jelas: limbah yang mencemari sungai bisa bikin ikan sakit, lalu manusia yang makan ikan itu pun terkena penyakit. Atau ketika hutan habis, hewan liar kehilangan habitat dan mendekati pemukiman, membawa penyakit baru. Menurut saya, tanpa keterlibatan dokter hewan dalam kerja sama lintas profesi, konsep One Health ini tidak akan berjalan.

Sayangnya, profesi dokter hewan masih sering dianggap remeh. Banyak orang cuma mengenalnya sebagai “dokternya kucing dan anjing.” Padahal, mereka juga ada di laboratorium, di kebun binatang, di bandara untuk memeriksa hewan impor, bahkan di instansi pemerintahan yang mengawasi keamanan pangan. Menurut saya, ini pekerjaan yang sangat luas dan vital, tapi sering tidak terlihat.

Kalau dipikir-pikir, dokter hewan adalah sosok yang bekerja di balik layar. Mereka mungkin tidak sepopuler dokter manusia, tapi kontribusinya besar. Saya pribadi merasa kita harus lebih menghargai mereka, karena tanpa dokter hewan, kesehatan masyarakat juga akan terganggu.

Jadi, kalau ada yang bertanya lagi, “Kenapa hewan perlu dokter?” jawaban opini saya sederhana: karena kesehatan hewan itu bagian dari kesehatan kita. Hewan yang sehat membuat lingkungan lebih aman, pangan lebih terjamin, dan manusia lebih terlindungi. Saya yakin, semakin kita menghargai peran dokter hewan, semakin baik pula kualitas hidup kita bersama.

Menurut saya, sudah saatnya kita berhenti menganggap dokter hewan hanya sekadar “pelengkap.” Mereka adalah pilar penting dalam menjaga keseimbangan hidup. Dan dengan merawat hewan melalui tangan dokter hewan, sesungguhnya kita sedang merawat diri kita sendiri.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image