Urinoterapi: Kajian Tradisional dan Perspektif Medis
Info Sehat | 2025-09-16 08:33:05Dalam sejarah pengobatan tradisional, urin pernah digunakan sebagai salah satu media terapi yang dikenal dengan sebutan urinoterapi.
Terapi ini diklaim sebagai metode pengobatan yang dapat mencegah dan mengobati berbagai penyakit. Metode penyembuhan Autourine ini sudah dikenal dan dilakukan cukup lama. Beberapa klaim menyebutkan bahwa terapi urin dapat digunakan untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit, misalnya kanker, infeksi, gangguan lambung, gangguan saluran cerna, gangguan kulit, dan penyakit lainnya. Manfaat itu diklaim berasal dari kandungan yang terdapat dalam urine pagi hari, seperti asam amino, mineral, vitamin, enzim, hormon, asam amino, dan antibody. Air seni yang diminum, terutama air seni yang pertama kali dikeluarkan pada waktu pagi hari setelah bangun tidur, dianggap sebagai air seni yang paling baik.
Menurut M. Saifudin Hakim dan Siti Aisyah Ismail dalam bukunya Thibbun Nabawi: Tinjauan Syariat dan Medis (2020), Terapi Autourine ini dipercaya dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit, seperti kanker, gastritis (mag), asma, penyakit jantung, tekanan darah tinggi (hipertensi), pembesaran kelenjar prostat, rematik, epilepsy, sakit kepala, sakit pinggang, hepatitis, dan diabetes. Selain itu, terapi ini dipercaya dapat membuat kulit menjadi halus, melancarkan peredaran darah dan menghilangkan sembelit.
Di Indonesia, praktik ini sudah dikenal sejak lama, meski penggunaannya terbatas, misalnya hanya untuk mengobati luka atau penyakit mata., namun penggunannya hanya sebatas mengobati luka dan penyakit mata. Metode pengobatan urin di Indonesia hanya disebarkan dari mulut ke mulut, dan sejauh ini belum ada dokumen atau catatan sejarah tentang pengobatan ini karena itu pengobatan melalui terapi urin ini masih tergolong rendah di Indonesia dan proses transformasinya dari satu generasi ke generasi berikutnya terjadi secara alamiah. Hal ini bisa diindikasikan karena ajaran Islam yang dianut oleh sebagian besar bangsa indonesia yang jelas–jelas melarang mengkonsumsi urin yang dikategorikan Najis.
Pertanyaan yang muncul kemudian Adalah: apa dasar yang membuat urin dipandang dapat dijadikan sebagai metode pengobatan? Yang selama ini dianggap sebagai limbah tubuh, justru dipercaya Sebagian orang bisa dijadikan metode pengobatan.
Walau sering dianggap sekadar limbah tubuh, urin sebenarnya tersusun dari berbagai zat hasil metabolisme. Menurut Ether Sloane dalam bukunya Anatomi dan Fisiologi (2003), Urin adalah hasil produksi ginjal yang mengandung zat sisa metabolisme, ginjal mengatur komposisi cairan tubuh melalui tiga proses utama yaitu Filtrasi Glomerulus, Rearbsorbsi Tubulus, dan Sekresi Tubulus.
Pada fase pertama Filtrasi Glomerulus adalah perpindahan cairan dan zat terlarut dari kapiler glomelurar dalam gradien tekanan tertentu ke dalam kapsul bowman, Fase berikutnya Rearbsorbsi Tubulus pada fase ini seluruh filtrat (99%) secara selektif diarbsorbsi dalam tubulus ginjal melalui difusi pasif gradien kimia atau listrik, transpor aktif gradien tersebut. Sekitar 85% Natrium Klorida dan air serta semua glukosa dan asam amino pada filtrat glomunulus diarbsorbsike dalam tubulus konforlus proksinal. Pada fase sekresi tubular adalah proses aktif yang memindahkan zat keluar dari darah dalam kapiler peritubular melewati sel-sel tubular menuju cairan tubulus untuk dikeluarkan dalam urin. Urin yang dihasilkan oleh setiap orang akan berbeda hal ini tergantung jumlah cairan yang diserap dalam tubuh. Ciri-ciri urin normal rata-rata 1-2 liter sehari. Biasanya berwarna kuning oranye pucat, baunya tajam, reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan PH rata-rata 6 dan berat jenisnya 1010 sampai 1025 Evelyn C. Peartce, Anotomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, trans. by Sri Yuliani Handoyo (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004).
Lalu, gimana menurut perspektif medis? Apakah benar zat-zat yang terkandung dalam urin bisa memberi manfaat kesehatan, atau justru malah berisiko buat tubuh?
Pandangan Medis Terkait Mitos Terapi Urine yang Perlu Diketahui
Ada anggapan bahwa terapi urin mampu menghambat pertumbuhan sel kanker. Keyakinan ini berawal dari penemuan adanya protein pemicu tumor dalam urin. Dengan dasar itu, sebagian orang percaya bahwa mengonsumsi urin dapat merangsang tubuh membentuk antibodi yang melawan protein penyebab kanker. Meski demikian, terapi urin untuk penderita kanker, baik diminum atau dioleskan pada tubuh, belum dapat dibuktikan keberhasilannya secara medis. Terlebih urin merupakan sisa metabolisme tubuh dan mengandung bakteri yang justru berbahaya untuk kesehatan.
Apakah terapi urin bermanfaat untuk Kesehatan?
Tidak ada data ilmiah yang terbukti bahwa minum atau menggunakan urin dengan cara lain dapat memberikan manfaat kesehatan.
Menurut laporan di journal UPMC Health Beat, “Banyak dari apa yang kita dengar tentang penggunaan terapi urin tidak memiliki dasar medis, dan merupakan pengobatan tradisional yang sebenarnya dapat memperburuk cedera.”
Meskipun urin mungkin mengandung sejumlah kecil vitamin dan mineral, jumlah tersebut tidak cukup untuk memberikan manfaat kesehatan yang nyata.
Christian Moro, dalam salah satu artikelnya, mengatakan bahwa urin yang dikeluarkan bisa sangat berbahaya. Hanya ada beberapa cara tubuh dapat membuang limbah dari sistemnya, dan ini terutama dilakukan melalui urine feses, dan keringat.
Ini berarti urin mungkin mengandung racun lingkungan dan zat-zat berbahaya lainnya yang telah susah payah dikeluarkan oleh tubuh Anda. Beberapa obat juga dikeluarkan melalui urin, sehingga meminumnya dapat mengakumulasi kadar racun obat-obatan ini. Dalam beberapa kasus, urin juga dapat mengandung bakteri patogen yang, jika tertelan , dapat menyebabkan diare serius, mual, muntah, sakit perut, dan infeksi.
Bahkan minum urin dalam situasi bertahan hidup pun tidak sebermanfaat yang sering digembar-gemborkan. Meskipun mengembalikan cairan ke sistem tubuh mungkin masuk akal , di saat yang sama, memasukkan kembali garam yang telah dikeluarkan tidak akan membantu hidrasi
Selain itu, saat dehidrasi terjadi, Anda tidak akan menghasilkan banyak urin, jadi meminum urine dalam situasi bertahan hidup kemungkinan besar bukanlah pilihan yang tepat.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
