Memadukan Tradisi dan Modernitas: Pesantren IMMIM 50 Tahun Menjaga Asa
Agama | 2025-09-12 20:27:06
Lima puluh tahun adalah sebuah perjalanan. Soal perjalanan panjang ataupun perjalanan singkat, bergantung pada posisi melihatnya. Bagi sebuah institusi pendidikan, angka ini bukan sekadar hitungan waktu, melainkan cerminan dari ketangguhan, adaptasi, dan keberlanjutan.
Itulah yang kini dirayakan oleh Pesantren IMMIM (Ikatan Masjid dan Musholla Indonesia). Berdiri di Makassar, Sulawesi Selatan, Pesantren IMMIM telah menjadi salah satu pilar pendidikan Islam di Kawasan Timur Indonesia. Selama setengah abad, pesantren ini berhasil memadukan pola pendidikan pesantren tradisional dengan tuntutan pendidikan modern, menghasilkan generasi ulama dan cendekiawan yang siap menghadapi tantangan zaman.
Kekhasan Pesantren IMMIM: Menjembatani Pesantren Salaf dan Khalaf
Pesantren IMMIM bukanlah pesantren biasa. Ciri khasnya terletak pada kemampuan mereka meramu kurikulum yang unik. Meskipun mengadopsi pola pendidikan pesantren modern (khalaf) dengan pengajaran ilmu-ilmu umum seperti matematika, sains, dan bahasa, IMMIM tetap kuat memegang teguh tradisi pesantren salaf. Pengajian kitab kuning, hafalan Al-Quran, dan pendalaman ilmu-ilmu syar'i seperti fiqh, tafsir, dan hadis tetap menjadi menu utama harian santri.
Pendekatan ini menciptakan lulusan yang memiliki kecerdasan intelektual (intelegensia) dan emosional (spiritual) yang seimbang. Mereka tidak hanya cakap dalam berdebat ilmiah di forum-forum akademis, tetapi juga mampu memimpin majelis taklim dan menjadi teladan di tengah masyarakat. Perpaduan ini membedakan IMMIM dari banyak pesantren lain yang cenderung memilih salah satu kutub—tradisional atau modern—secara ekstrem. IMMIM percaya bahwa santri masa kini harus memiliki dua sayap: sayap ilmu agama yang kuat dan sayap ilmu pengetahuan umum yang mumpuni. Filosofi ini selaras dengan ajaran Islam yang menganjurkan umatnya untuk menuntut ilmu sepanjang hayat, dari buaian hingga liang lahat.
Pola Pendidikan Pesantren Indonesia: Sebuah Sistem yang Kokoh
Terlepas dari kekhasannya, Pesantren IMMIM tetap terikat erat dengan pola umum pesantren di Indonesia. Sistem pendidikan pesantren, yang dikenal sebagai "sistem pendidikan Islam nusantara," adalah model yang telah teruji selama berabad-abad. Pola ini berakar pada tiga pilar utama:
- Pendidikan Berbasis Manajemen, bukan hanya Kyai: Peran kyai atau ustadz sebagai sentra pembelajaran sangat sentral. Kyai tidak hanya menjadi pengajar, tetapi juga figur teladan, pembimbing spiritual, dan pemimpin komunitas. Relasi antara santri dan kyai adalah relasi batin yang kuat, melampaui sekadar hubungan murid dan guru di sekolah formal. Ini Disatukan dengan kekuatan manajemen organisasi.
- Kemandirian dan Kesederhanaan: Santri dilatih untuk hidup mandiri, jauh dari kenyamanan rumah. Mereka belajar mengurus diri sendiri, membersihkan asrama, dan hidup sederhana. Lingkungan pesantren mengajarkan pentingnya gotong-royong, disiplin, dan etos kerja yang tinggi.
- Integrasi dengan Masyarakat: Pesantren tidak pernah terpisah dari masyarakat sekitarnya. Sejak dulu, pesantren menjadi pusat kegiatan sosial dan keagamaan. Lulusannya (alumni) kembali ke kampung halaman untuk menjadi agen perubahan, membuka majelis taklim, dan mendirikan lembaga pendidikan. Peran ini menjadikan pesantren sebagai kekuatan akar rumput yang menjaga moralitas dan spiritualitas bangsa.
IMMIM menginternalisasi semua pilar ini. Kyai-kyai di IMMIM adalah sosok yang dihormati dan disegani, menjadi panutan bagi para santri. Kehidupan asrama yang disiplin menempa karakter santri menjadi pribadi yang tangguh. Dan, yang paling penting, IMMIM mendorong para alumninya untuk berkontribusi aktif di masyarakat, baik sebagai pengusaha, akademisi, birokrat, maupun ulama.
Menuju Pesantren IMMI di 50 Tahun kedua
Memasuki usia emas ke-50, Pesantren IMMIM menghadapi tantangan baru yang semakin kompleks. Era digital menuntut pesantren untuk terus berinovasi dalam metode pengajaran. Globalisasi membawa masuk berbagai pemahaman keagamaan yang ekstrem, sehingga pesantren harus menjadi benteng moderasi beragama. Perubahan sosial dan ekonomi juga mengharuskan pesantren untuk membekali santri dengan keterampilan yang relevan dengan dunia kerja.
Namun, dengan fondasi yang telah dibangun selama setengah abad, Pesantren IMMIM optimis. Mereka telah membuktikan bahwa tradisi dan modernitas bisa berjalan beriringan. Kombinasi ilmu agama yang mendalam dan ilmu pengetahuan yang luas adalah kunci untuk menciptakan generasi Muslim yang cerdas, berakhlak mulia, dan berdaya saing global. Pesantren IMMIM bukan hanya mencetak hafiz dan hafizah, tetapi juga para pemimpin masa depan yang berpegang teguh pada nilai-nilai Islam yang rahmatan lil 'alamin (rahmat bagi seluruh alam).
Lima puluh tahun adalah pencapaian pengabdian bagi umat. Semoga Pesantren IMMIM terus menjadi mercusuar ilmu dan peradaban, menerangi jalan bagi generasi-generasi Muslim Indonesia yang akan datang.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
