Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Sebi Daily

Lima Pilar Hidup Berkualitas Dalam Perspektif Islam

Agama | 2025-09-11 20:57:17
Ilustrasi Suasana Dalam Masjid. Foto Vija R./Pexels.

Oleh: Ali Arifin Nasution_Mahasiswa Institut Agama Islam SEBI.

Setiap manusia mendambakan hidup yang berkualitas. Namun, ukuran hidup berkualitas seringkali disalahpahami hanya sebatas harta melimpah, popularitas, atau jabatan tinggi. Padahal, sejatinya hidup berkualitas adalah hidup yang tenang, penuh keberkahan, dan menuntun seseorang menuju kebahagiaan dunia sekaligus keselamatan akhirat. Dalam perspektif Islam, hidup berkualitas dapat diwujudkan melalui lima hal penting berikut:

Pertama, Hidup Tenang Tanpa Hutang

Hutang memang tidak sepenuhnya dilarang dalam Islam, tetapi hutang harus ditempatkan sebagai pilihan terakhir, bukan gaya hidup. Rasulullah SAW bahkan mengajarkan umatnya agar senantiasa berdoa agar terbebas dari lilitan hutang, karena hutang bisa menjadi penghalang ketenangan hati. Banyak orang yang hidupnya penuh tekanan bukan karena kekurangan harta, melainkan karena terbebani janji-janji finansial yang belum terbayar. Dengan hidup tanpa hutang, kita bisa tidur nyenyak, beribadah lebih khusyuk, dan bekerja tanpa dihantui rasa takut ditagih. Tenang tanpa hutang adalah salah satu kunci hidup berkualitas.

Kedua, Hidup Bahagia Tanpa Riba’

Riba adalah penyakit ekonomi modern yang sering kali dianggap remeh. Padahal, Allah telah menegaskan bahwa riba termasuk dosa besar dan perang dengan Allah serta Rasul-Nya. Banyak orang terjerat dalam lingkaran riba karena ambisi hidup mewah atau ingin cepat kaya. Padahal, keberkahan harta justru hilang ketika riba merasuk ke dalamnya. Hidup bahagia tanpa riba berarti membangun finansial yang halal, bersih, dan penuh keberkahan. Meski mungkin terlihat lebih lambat secara materi, tetapi hati yang lapang, keluarga yang tenteram, dan doa yang mustajab adalah kebahagiaan sejati yang tidak ternilai.

Ketiga, Hidup Tanpa Pura-pura

Banyak orang hidup dengan topeng, berpura-pura bahagia padahal hatinya kosong, berpura-pura kaya padahal penuh hutang, atau berpura-pura baik padahal menyimpan dendam. Hidup seperti itu melelahkan. Islam mengajarkan kejujuran sebagai prinsip utama, baik dalam ucapan, perbuatan, maupun sikap. Dengan menjadi diri sendiri, kita terbebas dari tekanan sosial untuk selalu terlihat “sempurna” di mata manusia. Hidup tanpa pura-pura adalah hidup yang otentik: sederhana tapi bahagia, apa adanya tapi penuh makna.

Keempat, Hidup Berkah di Jalan Allah

Hidup berkualitas bukan hanya tentang kenyamanan diri, tetapi juga tentang keberkahan. Harta yang berkah adalah harta yang halal dan dibelanjakan di jalan yang benar. Waktu yang berkah adalah waktu yang digunakan untuk kebaikan. Umur yang berkah adalah umur yang dipenuhi amal shalih. Berkah inilah yang membuat sedikit terasa cukup, yang sederhana terasa nikmat, dan yang berat terasa ringan. Dengan senantiasa berjalan di jalan Allah dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, kita bisa meraih keberkahan hidup yang hakiki.

Kelima, Istiqomah Sampai Jannah

Perjalanan hidup bukan sekadar tentang hari ini, tetapi juga tentang bagaimana kita mengakhirinya. Hidup berkualitas adalah hidup yang terjaga konsistensinya dalam ketaatan kepada Allah hingga ajal menjemput. Istiqomah adalah kunci, meski berat untuk dijalani. Kadang kita terjatuh dalam dosa, namun jangan pernah berhenti bangkit untuk bertaubat dan memperbaiki diri. Allah mencintai hamba-Nya yang istiqomah, yang terus menapaki jalan kebaikan walau langkahnya kecil dan sederhana. Buah dari istiqomah adalah husnul khatimah, dan tujuan akhirnya adalah Jannah, tempat kebahagiaan abadi yang Allah janjikan.

Hidup berkualitas bukan soal banyaknya materi, tingginya jabatan, atau luasnya pengaruh. Ia terletak pada ketenangan jiwa, keberkahan rezeki, dan konsistensi iman. Hidup tenang tanpa hutang, bahagia tanpa riba, apa adanya tanpa pura-pura, penuh keberkahan di jalan Allah, serta istiqomah sampai Jannah itulah pilar-pilar hidup berkualitas menurut perspektif Islam.

Pada akhirnya, kualitas hidup bukanlah diukur dari apa yang terlihat di luar, melainkan dari apa yang dirasakan di dalam hati dan bagaimana kita mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah kelak.

 

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image