Kunjungan Kerja Komisi X DPR RI di Makassar: Serap Aspirasi untuk Mendorong Sinergi dan Regulasi Perguruan Tinggi
Info Terkini | 2025-09-11 20:39:10
Makassar - Panitia Kerja (Panja) Perguruan Tinggi Kementerian dan Lembaga (PTKL) Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) melakukan kunjungan kerja spesifik ke Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah IX di Makassar, Sulawesi Selatan (11 September 2025). Kunjungan ini dipimpin Anggota Komisi X, H. Ir. Haji La Tinro La Tunrung, dan berfokus pada pembahasan aspirasi untuk mendorong regulasi dan sinergi antara berbagai jenis perguruan tinggi di Indonesia.
Dalam pertemuan tersebut, dibahas sejumlah isu krusial yang berkaitan dengan tumpang tindih program studi antara PTKL (perguruan tinggi di bawah kementerian lembaga) dengan perguruan tinggi negeri (PTN) dan perguruan tinggi swasta (PTS). Panja PTKL menyoroti pentingnya penataan kembali fungsi PTKL agar lebih fokus pada pendidikan kedinasan dan vokasi, sehingga tidak bersaing langsung dengan perguruan tinggi umum.
Ir. Haji La Tinro La Tunrung menegaskan bahwa keberadaan PTKL perlu dirumuskan untuk mewujudkan kontribusi yang proporsional, relevan, dan mampu bersinergi dengan seluruh ekosistem pendidikan tinggi. "Kita tidak ingin ada tumpang tindih yang justru merugikan, apalagi sampai PTKL ini disalahgunakan untuk tujuan komersial," ujar Ir. Haji La Tinro La Tunrung ketika menutup rapat.
Hasil dari kunjungan ini akan menjadi bahan penting bagi Panja PTKL dalam merumuskan rekomendasi kebijakan yang komprehensif. Tujuannya adalah untuk menciptakan ekosistem pendidikan tinggi yang lebih teratur, efisien, dan selaras dengan kebutuhan pembangunan nasional.
Ismail Suardi Wekke, akademisi terkemuka dan pakar pendidikan, dalam kapasitas Kabag Kerjasama Universitas Muhammadiyah Barru menyoroti pentingnya menciptakan ekosistem pendidikan yang adaptif dan inklusif di era modern. Menurutnya, pendidikan tidak lagi bisa hanya mengandalkan kurikulum dan metode pengajaran tradisional.
Sebaliknya, pendidikan harus menjadi sebuah lingkungan yang dinamis, di mana semua elemen—mulai dari guru, siswa, orang tua, hingga teknologi—saling berinteraksi untuk mencapai hasil yang optimal.
Dalam pernyataannya, Ismail Suardi Wekke usai menghadiri pertemuan tersebut (Makassar, 11 September 2025) menekankan bahwa ekosistem pendidikan ideal harus mampu menjawab tantangan zaman, seperti disrupsi teknologi dan perubahan sosial yang cepat. Ia menyebutkan bahwa transformasi ini membutuhkan kolaborasi aktif dari seluruh pemangku kepentingan.
Dosen perlu bertransformasi menjadi fasilitator pembelajaran, bukan sekadar penyampai materi. Mahasiswa didorong untuk menjadi pembelajar seumur hidup yang kritis dan kreatif.
Lebih lanjut, Prof. Wekke yang merupakan Distinguished Professor di North Bangkok University (Thailand) menyoroti perlunya integrasi teknologi yang efektif dalam proses pembelajaran. Ia berpendapat bahwa teknologi bisa menjadi alat ampuh untuk memperluas akses pendidikan dan personalisasi pembelajaran.
Namun, ia juga mengingatkan agar integrasi ini tidak mengabaikan nilai-nilai lokal dan budaya. "Pendidikan harus berbasis pada kearifan lokal, karena itulah yang membentuk karakter dan identitas," ujarnya.
Pernyataan ini menggarisbawahi urgensi bagi institusi pendidikan di Indonesia untuk merefleksikan dan mereformasi diri, guna menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga adaptif, beretika, dan berakar kuat pada nilai-nilai bangsanya.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
