Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Aris Nur Ramdhani

Pasien Kritis Dapat Mendengar: Kata-katamu Bisa Membawa Mereka Kembali

Lainnnya | 2025-09-10 15:00:11

Pernahkah Anda mendengar bahwa pasien yang dirawat di ruang intensif (ICU) dalam penurunan kesadaran dapat mendengar suara di sekitarnya? Pernyataan ini memang benar. Secara medis, pada fase akhir kehidupan seseorang, kesadaran biasanya akan semakin menurun, dan periode tidur menjadi lebih lama. Pemeriksaan elektroensefalogram (EEG) menunjukkan bahwa indera pendengaran merupakan indera terakhir yang hilang saat fungsi tubuh melemah (Clark, 2006). Hal ini berkaitan dengan mekanisme kerja otak, khususnya pada area batang otak (brainstem) dan lobus temporal. Batang otak mengatur fungsi vital seperti pernapasan dan denyut jantung, serta menjadi jalur utama bagi impuls saraf dari organ pendengaran menuju korteks auditori di lobus temporal. Saat kesadaran menurun akibat sakit kritis, cedera otak, atau menjelang ajal, bagian otak yang mengatur respons motorik dan kognitif biasanya terpengaruh lebih dahulu, sedangkan jalur pendengaran tetap aktif lebih lama karena memerlukan tingkat aktivitas otak yang lebih rendah dibanding fungsi kognitif kompleks. Hasil pemeriksaan EEG memperkuat temuan ini, menunjukkan bahwa gelombang otak pada area auditori masih dapat bereaksi terhadap stimulus suara meskipun area lain telah mengalami penurunan aktivitas signifikan.

Salah satu kisah datang dari seorang pasien di Inggris yang kembali pulih dari perawatan ICU. Ia mengaku dapat mendengar dengan jelas suara percakapan di sekitarnya meskipun tidak mampu membuka mata atau memberikan respon. Bahkan setiap perkatan baik yang menenangkan, do’a, komunikasi pemberian tindakan medis, perkataan yang bernada gurauan, hingga bisik-bisik yang berisi keluh kesah atau gosip, semuanya ia dengar dan tersimpan jelas dalam ingatannya. Tenaga kesehatan, terutama perawat, maupun keluarga pasien, mungkin pernah menjadi saksi fenomena ini. Bagi tenaga kesehatan, fase kritis adalah masa yang krusial. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain menciptakan kenyamanan dengan memberikan terapi penghilang rasa nyeri dan menghentikan intervensi yang tidak perlu, berkomunikasi dengan keluarga secara jelas dan menenangkan, memenuhi kebutuhan spiritual, membantu kesiapan koping keluarga, serta bersikap empati (Ellershaw, 2003; Vanoba, 2017).

Baik pada pasien yang koma maupun yang mengalami penurunan kesadaran, suara dari lingkungan dapat menjadi stimulus terakhir yang mereka terima. Oleh karena itu, hindarilah percakapan yang mengandung hal negatif di dekat pasien, gunakan kata-kata yang menenangkan dan penuh dukungan, serta libatkan keluarga untuk membacakan do’a atau menyampaikan pesan positif. Pasien kritis dan menjelang ajal, meskipun tidak sadar sepenuhnya, masih memiliki kemampuan mendengar dan merasakan energi dari kata-kata yang diucapkan di sekitarnya. Karena itu, setiap interaksi hendaknya dilakukan dengan empati, penuh penghormatan, dan selaras dengan keyakinan spiritual pasien, sebab walaupun respons fisiknya telah hilang, pesan dan makna dari setiap kata tetap dapat tersampaikan.

Karena itu, peran keluarga menjadi sangat penting dalam memberikan dukungan, baik melalui sentuhan, kata-kata penuh kasih, maupun do’a yang tulus. Sampaikanlah kenangan indah, kata-kata motivasi, dan do’a terbaik, sebab energi positif dari keluarga mampu menghadirkan rasa aman dan nyaman di tengah kondisi kritis. Kita tidak pernah tahu kapan usia seseorang akan berakhir. Namun yang pasti, setiap kehidupan pada akhirnya akan sampai pada perhentian terakhirnya. Dan ketika momen itu mendekat, tidak ada yang lebih indah selain mengiringinya dengan lantunan kalimat yang mengingatkan pada Sang Pencipta. Dalam Islam, Rasulullah SAW menganjurkan untuk men-talqin pasien yang sedang menghadapi sakratul maut dengan ucapan: "Tuntunlah seseorang yang akan meninggal dunia untuk mengucapkan kalimat: Laa ilaaha illa Allah" (H.R. Muslim).

Sebab di detik-detik terakhir kehidupan, setiap kata yang terucap dapat menjadi cahaya, setiap do’a dapat menjadi penuntun, dan setiap sentuhan kasih dapat menjadi pengantar perjalanan pulang yang penuh kedamaian. Maka, jangan pernah berhenti berbicara dengan mereka.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image