Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image CHELSEA FELISA LOEMAWAN

Cacingan Masih Mengintai Anak-Anak Indonesia: Kasus Balita 4 Tahun di Sukabumi

Eduaksi | 2025-09-10 11:05:48

Kisah pilu seorang balita bernama Raya, 4 tahun, sempat mengejutkan publik pada Juli 2025 lalu. Berita menyebutkan bahwa tubuh Raya dipenuhi puluhan ekor cacing gelang yang menyerang saluran pencernaannya, sehingga ia tiba di rumah sakit dalam kondisi kritis. Berita ini menyebar cepat di media sosial dan menimbulkan rasa prihatin mendalam dari masyarakat dan menjadi pengingat bahwa penyakit cacingan, yang sering dianggap masalah klasik, faktanya masih menjadi ancaman nyata bagi anak-anak Indonesia.

Kasus yang dialami Raya membuka mata bagi kita bahwa masalah cacingan tidak hanya sekedar isu kesehatan individu akan tetapi, juga merupakan persoalan sosial dan sanitasi lingkungan. Minimnya kesadaran akan pentingnya pola hidup sehat, akses sanitasi yang belum merata di daerah pelosok, dan kurangnya edukasi kesehatan ikut serta memperburuk keadaan yang terjadi. Fenomena balita yang terkena infeksi cacing ini memperkuat bahwa penyakit sederhana, seperti cacingan dapat menimbulkan tragedi yang menyayat hati.

Dalam dunia kesehatan, penyakit cacingan dikenal sebagai infeksi soil-transmitted helminthiasis yang disebabkan oleh parasit dalam usus, seperti cacing gelang, cacing cambuk, dan cacing tambang. Penularan cacing ini terjadi ketika telur cacing yang tak kasat mata masuk ke dalam tubuh manusia. Telur cacing bisa kita temukan di tanah atau makanan yang tercemar tinja manusia. Anak – anak usia prasekolah dan sekolah dasar adalah kelompok yang paling rentan karena mereka biasa bermain di tanah tanpa alas kaki, tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, serta mengonsumsi makanan yang tidak higienis.

source : iStock

Anak – anak usia prasekolah hingga sekolah dasar adalah kelompok yang paling rentan terkena penyakit cacingan. Kebiasaan mereka bermain di luar rumah tanpa adanya kesadaran menjaga kebersihan diri menyebabkan risiko telur cacing masuk ke dalam tubuh semakin besar. Cacingan bukan hanya “penyakit sepele” karena jika penyakit tersebut tidak segera diobati akan berakibat buruk bagi tumbuh kembang anak. Dalam jangka panjang anak yang terkena penyakit cacingan akan menyebabkan tubuh anak lemah, lesu, dan kekurangan gizi. Oleh sebab itu, kasus Raya menjadi peringatan keras bagi kita bahwa penyakit ini nyata dan perlu mendapat perhatian serius.

Kasus infeksi cacing yang dialami Raya bukanlah kejadian yang berdiri sendiri. Data nasional menunjukkan bahwa penyakit cacingan menempati posisi masalah kesehatan serius di Indonesia. Riset Kesehatan Dasar ( Riskesdas ) 2018 menemukan bahwa prevalensi infeksi cacing usus di daerah endemis mencapai 20 – 30 %. Badan Kesehatan Dunia ( WHO ) memasukkan Indonesia ke daftar negara dengan beban tinggi soil-transmitted helminthiasis pada anak usia sekolah dasar.

Laporan BPJS Kesehatan pada tahun 2022 menunjukkan bahwa beban ekonomi akibat penyakit infeksi cacing semakin tinggi. Terdapat 200 ribu klaim pelayanan kesehatan yang tercatat akibat gangguan saluran cerna akibat infeksi parasit, termasuk cacingan. Angka tersebut memaparkan bahwa cacingan tidak hanya merugikan kesehatan anak akan tetapi, menguras biaya keluarga dan negara.

Situasi serupa terjadi di Jawa Timur. Berdasarkan penelitian Universitas Wijaya Kusuma Surabaya ( UWKS ) tahun 2023 menghasilkan bahwa prevalensi cacingan pada anak sekolah dasar di Surabaya dan sekitarnya berkisar 15 – 25 % terutama di wilayah dengan sanitasi yang buruk. Hasil laporan ini menegaskan fakta bahwa meskipun pembangunan infrastruktur di Jawa Timur yang relatif maju, masalah kesehatan dasar seperti cacingan belum sepenuhnya dapat teratasi.

Pemerintah Indonesia telah menggalakkan berbagai program kesehatan guna menekan angka kecacingan pada anak anak di Indonesia melalui program pemberian obat cacing massal dua kali setahun yang menjadi strategi utama untuk mencegah infeksi berulang. Di Surabaya melalui Kader Surabaya Hebat juga gencar mengedukasi masyarakat di tingkat RT / RW tentang perilaku hidup bersih dan sehat ( PHBS ) termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah makan, menjaga kebersihan makanan, dan menggunakan jamban yang sesuai standar.

Masyarakat, orang tua, dan guru memiliki peran utama dalam menanamkan kebiasaan hidup bersih dan sehat pada anak – anak. Langkah sederhana menjadi peran efektif dalam mencegah infeksi cacing, seperti anak – anak memakai alas kaki ketika bermain, mencuci tangan menggunakan sabun secara rutin, dan mengonsumsi makanan yang bersih serta sehat. Lingkungan yang bersih dan terawat juga dapat mengurangi risiko penyebaran telur cacing dari tanah atau sampah yang terkontaminasi.

Kolaborasi antara tenaga medis, mahasiswa, dan Puskesmas Pembantu memiliki peran strategis dalam menanggulangi kecacingan. Tenaga medis bertugas menangani kasus dengan mendiagnosis dan memberikan penanganan medis yang tepat, mahasiswa kesehatan dapat turun ke sekolah dan komunitas untuk melakukan edukasi pentingnya kebersihan, pencegahan, dan pengobatan cacingan. Puskesmas pembantu berperan dalam pusat distribusi obat cacing massal serta fasilitas pemeriksaan rutin bagi masyarakat setempat. Kolaborasi antara semua pihak, baik tenaga medis, mahasiswa, puskesmas pembantu, keluarga hingga pemerintah menjadi kunci utama meningkatkan kesadaran agar generasi anak – anak tumbuh sehat dan terlindungi dari infeksi cacingan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image