Aparat dan Pejabat Pamer Gaya, Rakyat Bertanya: Mana Kapabilitasnya?
Kolom | 2025-09-02 16:02:35Di tengah kondisi bangsa yang penuh cobaan ini, publik justru disuguhi tontonan aparat maupun anggota pemerintahan yang lebih sibuk dengan pencitraan. Bukan karena gagasan atau kapabilitasnya, melainkan karena gaya hidup yang dipamerkan di media sosial. Seakan-akan posisi publik yang mereka emban hanyalah panggung untuk viral, bukan amanah yang harus dijalankan dengan serius.
Fenomena ini semakin terang benderang ketika banyak dari mereka yang lebih menonjolkan wajah ganteng, senyum manis, atau bahasa tubuh yang dibuat-buat demi menggaet simpati, bahkan untuk memikat lawan jenis. Narasi tentang bela negara atau pelayanan publik kerap digeser menjadi sekadar konten hiburan. Aparat yang mestinya tegas menjaga ketertiban justru tampil menye-menye, menampilkan sisi manis demi popularitas, seolah jabatan adalah tiket menuju dunia selebritas.
Masalahnya, gaya hidup ini tidak berhenti di ranah pribadi. Ia menyusup ke cara kerja, ke kebijakan, bahkan ke wajah institusi negara. Bagaimana publik bisa percaya bahwa keputusan yang diambil benar-benar untuk rakyat, jika wajah yang ditampilkan justru sibuk mencari "like" dan pujian? Bagaimana rakyat bisa merasa aman jika aparat lebih fokus pada sorotan kamera ketimbang tugas di lapangan?
Kecenderungan ini semakin mengikis kepercayaan masyarakat. Orang-orang mulai melihat pejabat bukan lagi sebagai sosok yang kuat, berwibawa, dan berkapabilitas, melainkan sebagai seleb instan yang naik daun karena viralitas semata. Padahal rakyat tidak butuh “aktor tampan” atau “bintang TikTok” di kursi pemerintahan. Rakyat butuh pemimpin yang hadir dengan integritas, ketegasan, dan kecintaan tulus pada tanah air.
Sungguh ironis, ketika bangsa ini masih berkutat dengan masalah kemiskinan, ketimpangan, dan ketidakadilan hukum, justru ada aparat dan pejabat yang lebih sibuk merawat citra diri. Tidak ada yang salah dengan tampil rapi atau punya sisi humanis, tetapi ketika itu menenggelamkan tugas utama, maka jelas ada yang keliru. Rakyat sedang mencari pembela, bukan penjual pesona.
Tentunya, tidak semua aparat dan pejabat terjebak dalam pola seperti ini. Masih ada yang bekerja tulus, berkapabilitas, dan tidak silau oleh sorotan kamera. Namun sayangnya, yang lebih sering viral di ruang publik justru mereka yang menye-menye. Akibatnya, citra yang baik kerap tertutup oleh segelintir orang yang menjadikan jabatan hanya sebagai panggung gaya hidup.
Negara ini tidak bisa dibangun dengan sikap menye-menye. Ia hanya bisa berdiri kokoh jika dijalankan oleh orang-orang berkapabilitas yang mencintai tanah air lebih dari dirinya sendiri. Viral boleh sesekali, tapi pengabdian harus jadi prioritas.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
