Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ismail Suardi Wekke

Onsen, Telanjang, dan Relaksasi: Belajar Melepaskan Diri ala Jepang

Wisata | 2025-08-31 07:41:46
Onsen (Photo Republika)

Pemandian umum di Jepang, atau yang dikenal dengan onsen (pemandian air panas alami) dan sentō (pemandian umum biasa), adalah institusi sosial yang sangat penting. Bagi banyak orang Jepang, ini bukan hanya soal kebersihan, melainkan ritual relaksasi, pemulihan, dan bahkan meditasi. Namun, bagi saya, seorang pendatang dari budaya yang berbeda, pengalaman pertama di onsen terasa penuh tantangan.

Saya ingat betul malam itu, saat berada di sebuah ryokan (penginapan tradisional Jepang) yang indah. Kami sekelompok orang akan merasakan onsen. Sejak awal, panitia telah mengingatkan kami yang beragama Muslim bahwa mandi telanjang, seperti tradisi onsen, mungkin tidak sejalan dengan ajaran kami. Kami disarankan untuk membawa celana pendek untuk digunakan saat di dalam onsen. Peringatan itu membuat saya merasa sedikit lebih tenang.

Saat semua orang bergegas masuk ke ruang ganti, saya memilih untuk menunggu. Saya melihat mereka melepas semua pakaian dengan santai, seolah hal itu adalah sesuatu yang paling alami di dunia. Di dalam diri saya, ada rasa canggung dan malu yang sulit diatasi. Saya memilih untuk menjadi orang terakhir yang masuk, berharap tidak ada lagi yang tersisa di sana. Ketika akhirnya saya melangkah masuk, dengan celana pendek yang saya kenakan, saya merasa seperti orang luar. Pandangan mata dari beberapa orang Jepang yang masih berada di sana, meskipun hanya sekilas, membuat saya merasa seperti melakukan sesuatu yang salah—sesuatu yang "kasar," seperti yang dikatakan oleh panitia.

Rasa tidak nyaman itu terus menghantui, membuat pengalaman itu terasa kurang maksimal. Saya mencoba meniru apa yang orang lain lakukan: mencuci tubuh dengan sabun di bangku kecil, membilas, lalu perlahan merendam diri di air panas.

Namun, pikiran saya dipenuhi kekhawatiran dan rasa canggung. Saya tidak bisa benar-benar merasakan relaksasi yang seharusnya. Onsen yang seharusnya menjadi tempat melepaskan beban, bagi saya justru terasa seperti penjara mental yang penuh dengan batasan yang saya ciptakan sendiri.

Pengalaman itu menjadi pelajaran berharga tentang perbedaan budaya, dan tentang bagaimana pikiran kita sering kali menjadi penghalang terbesar untuk pengalaman baru. Namun, semakin lama saya tinggal di Jepang, saya mulai memahami filosofi di balik praktik mandi telanjang ini. Ini bukan hanya tentang bersih-bersih, melainkan tentang konsep "hadaka no tsukiai" (hubungan tanpa pakaian), di mana segala status sosial, hierarki pekerjaan, dan bahkan pakaian dilepaskan.

Filosofi di Balik Kebebasan Tanpa Busana

Di Jepang, mandi bersama tanpa busana di onsen atau sentō adalah praktik yang sudah mengakar kuat. Ini adalah cerminan dari filosofi sosial yang mendalam, di mana tubuh dianggap sebagai sesuatu yang alami dan tidak perlu disembunyikan. Berbeda dengan budaya Barat yang sering kali mengasosiasikan ketelanjangan dengan konotasi seksual atau rasa malu, di Jepang, telanjang di pemandian umum adalah tindakan yang murni dan tidak ada hubungannya dengan daya tarik seksual. Ini lebih tentang melepaskan ego dan menjadi setara dengan orang lain.

Konsep “hadaka no tsukiai” (裸の付き合い) adalah kunci untuk memahami hal ini. Secara harfiah berarti "hubungan tanpa pakaian," ini adalah gagasan bahwa saat telanjang, semua orang menjadi sama. Seorang direktur perusahaan bisa duduk di samping seorang buruh konstruksi, seorang guru di samping seorang murid, dan semua label sosial itu hilang. Dalam keadaan telanjang, tidak ada lagi perbedaan status, kekayaan, atau jabatan. Semua orang adalah manusia biasa, mencari relaksasi dan kehangatan. Ini menciptakan iklim kesetaraan dan keterbukaan yang sulit ditemukan di ruang lain. Percakapan yang terjadi di onsen sering kali lebih jujur dan mendalam karena tidak ada lagi "topeng" yang harus dipakai.

Selain itu, praktik ini juga terhubung dengan konsep Wabi-sabi, yaitu filosofi Jepang yang menghargai keindahan dalam ketidaksempurnaan dan kesederhanaan. Tubuh manusia dengan segala bentuk, usia, dan bekas luka adalah cerminan dari kehidupan. Di onsen, tidak ada lagi standar kecantikan yang harus dikejar. Semua tubuh diterima apa adanya, merefleksikan penerimaan terhadap diri sendiri dan orang lain. Ini adalah bentuk meditasi dan penerimaan diri yang tulus, di mana seseorang belajar untuk tidak malu dengan tubuhnya.

Praktik dan Etika di Onsen

Memahami filosofi saja tidak cukup tanpa mengetahui praktik dan etiketnya. Ada aturan tak tertulis yang sangat dijunjung tinggi di onsen dan sentō, yang dirancang untuk menjaga kebersihan dan kenyamanan bersama.

Pertama, kebersihan adalah prioritas utama. Sebelum masuk ke dalam kolam air panas, setiap orang diwajibkan untuk mandi dan membersihkan diri dengan saksama di area pancuran yang telah disediakan. Sabun dan sampo harus dibilas hingga bersih sebelum berendam. Ini untuk memastikan bahwa air di dalam kolam tetap bersih dan higienis bagi semua pengguna.

Kedua, kain handuk kecil yang biasanya disediakan tidak boleh dicelupkan ke dalam air kolam. Handuk ini digunakan untuk membersihkan wajah atau menyeka keringat, dan biasanya diletakkan di atas kepala atau di tepi kolam. Meletakkan handuk ke dalam air dianggap tidak sopan dan tidak higienis.

Ketiga, berisik dan perilaku yang mengganggu harus dihindari. Onsen adalah tempat untuk bersantai dan merenung. Berenang, bermain, atau membuat kegaduhan sangat tidak disarankan. Tujuannya adalah menciptakan suasana tenang dan damai untuk semua orang.

Terakhir, dan yang paling penting, adalah penerimaan dan rasa hormat. Praktik mandi telanjang adalah inti dari pengalaman onsen. Mereka yang tidak nyaman atau tidak dapat melakukannya karena alasan tertentu, seperti saya di awal, harus berkomunikasi dengan baik dan mencari solusi lain, seperti yang telah panitia saya lakukan. Namun, ketika berada di dalamnya, penting untuk memahami bahwa ini adalah ruang di mana semua orang setara. Tidak ada yang menatap atau menghakimi; semua orang sibuk dengan proses relaksasi mereka masing-masing.

Pengalaman saya di onsen, dari rasa canggung hingga pemahaman yang lebih dalam, mengajarkan saya bahwa kebudayaan adalah hal yang kompleks dan indah. Memahami filosofi di balik suatu praktik dapat mengubah persepsi dan membuka diri terhadap pengalaman yang tak terduga. Pada akhirnya, onsen bukan hanya tentang mandi telanjang; ini adalah tentang melepaskan beban, melepaskan ego, dan menemukan relaksasi sejati dalam kesederhanaan dan kesetaraan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image