Kemerdekaan Malaysia: Memaknai dari Pandangan Orang Luar
Politik | 2025-08-31 07:34:53
Kemerdekaan Malaysia sebagaimana kemerdekaan bangsa-bangsa lain, diperoleh dengan perjuangan. Darah tumpah, harta benda dijadikan modal perjuangan. Serta doa dan sandaran harapan kepada Yang Kuasa.
Sejarahnya berawal dari dominasi kolonial. Portugis, Belanda, dan Inggris silih berganti menguasai wilayah ini. Pendudukan Inggris dimulai pada abad ke-18. Mereka mengendalikan Semenanjung Malaya.
Sistem kolonial Inggris sangat kuat. Mereka mengeksploitasi sumber daya alam. Terutama timah dan karet. Ekonomi berkembang, tapi hanya menguntungkan pihak kolonial. Rakyat lokal hidup dalam tekanan. Pendidikan modern pun terbatas.
Perang Dunia II mengubah segalanya. Jepang datang dan mengusir Inggris. Pendudukan Jepang berlangsung singkat, dari tahun 1942 hingga 1945. Namun, ini memicu semangat nasionalisme. Rakyat sadar bahwa kekuatan kolonial bisa dikalahkan.
Setelah Jepang menyerah, Inggris kembali. Tapi rakyat menolak. Mereka menginginkan pemerintahan sendiri. Berbagai gerakan nasionalis bermunculan. Tujuannya satu: kemerdekaan.
Gerakan ini tidak seragam. Ada yang melalui jalur politik. Ada juga yang lebih radikal. Namun, tujuan akhirnya sama. Mencapai kedaulatan penuh.
Salah satu tokoh penting adalah Tunku Abdul Rahman. Ia memimpin United Malays National Organisation (UMNO). Partainya berjuang lewat jalur konstitusional. Mereka bernegosiasi dengan Inggris. Proses ini panjang dan berliku.
Tunku Abdul Rahman membangun aliansi politik. Ia bekerja sama dengan pemimpin etnis lain. Seperti Tionghoa dan India. Aliansi ini sangat penting. Mereka menunjukkan persatuan bangsa. Tanpa itu, Inggris mungkin tak mau menyerah.
Pada tahun 1956, rombongan Tunku berangkat ke London. Misi mereka jelas: bernegosiasi untuk merdeka. Negosiasi berjalan lancar. Inggris akhirnya setuju. Mereka menetapkan tanggal kemerdekaan.
Tanggal itu adalah 31 Agustus 1957. Perayaan besar-besaran disiapkan. Rakyat bersatu dan antusias. Mereka menantikan momen bersejarah.
Detik-detik proklamasi sangat emosional. Pada malam 30 Agustus 1957, kerumunan besar berkumpul. Mereka menanti di Lapangan Merdeka, Kuala Lumpur. Tepat tengah malam, Union Jack diturunkan. Bendera Federasi Malaya dikibarkan.
Keesokan harinya, Tunku Abdul Rahman membacakan laungan kemerdekaan. Ia meneriakkan "Merdeka!" sebanyak tujuh kali. Teriakan itu disambut gembira oleh rakyat. Proklamasi ini menandai akhir penjajahan.
Namun, ini baru langkah awal. Tantangan baru menanti. Negara baru harus dibangun. Berbagai masalah harus diselesaikan. Ada masalah ekonomi dan sosial. Ada juga masalah politik.
Pada tahun 1963, Malaysia terbentuk. Singapura, Sabah, dan Sarawak bergabung. Federasi Malaya menjadi Malaysia. Tapi Singapura keluar dua tahun kemudian.
Kemerdekaan Malaysia adalah hasil perjuangan kolektif. Itu bukan hadiah. Itu dicapai dengan persatuan dan diplomasi. Hingga kini, hari kemerdekaan diperingati dengan bangga. Itu pengingat akan perjuangan para pahlawan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
