Problem Solving: Kunci Sukses Mahasiswa di Kampus
Eduaksi | 2025-08-31 01:12:07
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Supriadi et al. (2021), hampir 64% mahasiswa merasa kesulitan dalam memilih dan mengembangkan hipotesis yang relevan dengan masalah yang mereka hadapi. Hal ini menunjukkan bahwa banyak mahasiswa baru belum menguasai keterampilan problem solving yang efektif. Keterampilan ini, yang melibatkan analisis masalah, pencarian solusi alternatif, dan penerapan solusi terbaik, sangat penting dalam menghadapi situasi baru di kampus.
Penurunan kemampuan problem solving juga terlihat pada tingkat kepercayaan diri mahasiswa. Sebanyak 43% mahasiswa memiliki tingkat problem solving yang rendah (Ningsih, 2016), sementara 62,3% berada pada tingkat sedang, menunjukkan adanya potensi besar untuk perbaikan. Data ini mencerminkan perlunya pelatihan yang sistematis untuk mengasah kemampuan tersebut.
Problem Solving dan Faktor Pengaruhnya
Menurut Heppner & Baker (1997), problem solving bukan hanya sekedar proses rasional, tetapi juga melibatkan aspek emosional dan perilaku individu. Mahasiswa yang dapat mengelola emosi mereka dengan baik, memiliki kepercayaan diri yang tinggi, serta tahu kapan harus menghadapi masalah secara langsung atau menghindarinya, cenderung lebih sukses dalam menyelesaikan masalah. Penelitian oleh Araiza-Alba et al. (2021) menunjukkan bahwa pengembangan keterampilan problem solving membantu mahasiswa dalam mengidentifikasi masalah, mengembangkan solusi, dan beradaptasi dengan lingkungan yang baru.
Namun, banyak mahasiswa baru yang masih menunjukkan gaya approach-avoidance yang lebih banyak menghindari masalah daripada menyelesaikannya. Hal ini mempengaruhi kemampuan mereka untuk bertindak tegas dalam situasi sulit dan menghambat kemampuan mereka untuk belajar dari kegagalan.
Pentingnya Pelatihan Problem Solving untuk Mahasiswa Baru
Sebagai respons terhadap tantangan ini, pelatihan problem solving telah terbukti menjadi solusi efektif. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis, kreativitas, serta kemampuan pengambilan keputusan yang tepat di tengah tekanan. Pelatihan yang dirancang dengan pendekatan pengalaman langsung, refleksi, dan eksperimen aktif, memungkinkan mahasiswa untuk belajar dari pengalaman nyata.
Metode yang digunakan dalam pelatihan ini melibatkan pre-test dan post-test untuk mengukur perubahan kemampuan peserta sebelum dan sesudah pelatihan. Dalam penelitian yang dilakukan di Universitas Pembangunan Jaya, hasil menunjukkan peningkatan yang signifikan meskipun dengan efek kecil. Peserta yang mengikuti pelatihan ini melaporkan peningkatan rasa percaya diri dan keterampilan dalam menyelesaikan masalah yang lebih terstruktur dan adaptif.
Selain itu, pelatihan ini juga memberikan manfaat dalam membangun keterampilan sosial mahasiswa. Mahasiswa yang dapat menyelesaikan masalah dengan baik cenderung lebih mudah beradaptasi dalam kelompok, memperkuat hubungan sosial, dan memiliki motivasi belajar yang lebih tinggi. Hal ini penting, mengingat banyak mahasiswa baru yang kesulitan beradaptasi dalam kehidupan kampus.
Kesimpulan
Pelatihan problem solving bagi mahasiswa baru bukan hanya meningkatkan keterampilan akademik mereka, tetapi juga membekali mereka dengan keterampilan yang sangat dibutuhkan untuk kehidupan sosial dan karir masa depan. Dengan mengembangkan kemampuan untuk menghadapi tantangan secara sistematis, mahasiswa dapat mengatasi perasaan cemas, bingung, dan stres yang sering kali menghalangi mereka untuk berkembang. Oleh karena itu, pelatihan problem solving harus menjadi bagian integral dari pendidikan tinggi untuk mempersiapkan generasi yang lebih tangguh dan siap menghadapi tantangan global.
Referensi:
Supriadi, S., Hidayani, H., Rusani, I., & Trisnawati, N. F. (2021). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Menggunakan Langkah-Langkah Polya Ditinjau dari Adversity Quotient Tipe Campers dan Tipe Quitters. AdMathEdu: Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika.
Ningsih, S. C. (2016). Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Mahasiswa Pendidikan Matematika UPY Melalui Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) Pada Mata Kuliah Teori Bilangan. Universitas PGRI Yogyakarta.
Araiza-Alba, P., Keane, T., Chen, W. S., & Kaufman, J. (2021). Immersive Virtual Reality as a Tool to Learn Problem-Solving Skills. Computers and Education.
Heppner, P. P., & Baker, C. E. (1997). Applications of the Problem-Solving Inventory. Measurement and Evaluation in Counseling and Development.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
