Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Aris Nur Ramdhani

Peluang Karir Perawat

Lainnnya | 2025-08-26 22:25:38
Ilustrasi Peluang Lulusan Keperawatan

Memasuki dunia kerja sebagai lulusan keperawatan adalah langkah besar yang membutuhkan lebih dari sekadar ijazah. Persaingan kerja, kebutuhan hidup, dan harapan penghasilan yang layak menuntut setiap mahasiswa untuk memikirkan strategi karier jauh sebelum wisuda. Rencana matang tidak hanya memberi arah, tapi juga menjadi “saringan” agar kita tidak terjebak pada pilihan kerja yang ternyata tidak sejalan dengan target hidup.

Sebuah survey pada 217 mahasiswa keperawatan sebuah Universitas di Jawa Barat, memberikan gambaran menarik tentang ekspektasi finansial para lulusan keperawatan, yang bisa menjadi titik awal perencanaan tersebut. Survey ini menanyakan berapa perkiraan dana yang dibutuhkan setiap bulan setelah lulus dan mulai bekerja. Hasilnya mayoritas responden (86%) memerlukan penghasilan > Rp 5 juta, sebanyak 13% responden menjawab memerlukan antara Rp 4 juta — Rp 5 Juta, dan 1% responden merasa cukup dengan Rp 3 juta — RP 4 juta. Interpretasinya jelas mayoritas menilai bahwa kebutuhan hidup pasca kampus memerlukan take home pay di atas Rp 5 juta. Artinya, target instansi kerja harus realistis memenuhi besaran ini, baik di kota asal maupun dengan opsi merantau.

Di beberapa negara maju, pendidikan tinggi dianggap sebagai investasi yang hasilnya dapat dihitung. Universitas ternama di Amerika Serikat seperti Harvard atau Stanford secara terbuka mempublikasikan rata-rata gaji lulusannya. Transparansi ini membantu calon mahasiswa menghitung dan memutuskan apakah biaya kuliah sepadan dengan penghasilan di masa depan. Data PayScale Salary Survey 2021–2022 menunjukkan rata-rata gaji tahunan lulusan Harvard mencapai Rp 1,49 miliar, sedangkan Stanford Rp 1,4 miliar. Sementara itu, data The Journal of Nursing 2025 dari American Society of Registered Nurses menunjukkan gaji perawat di Swiss bisa mencapai Rp 1,7 miliar per tahun. Bandingkan dengan kondisi di Indonesia, meskipun biaya pendidikan keperawatan relatif tinggi dan seringkali menjadi pengorbanan besar bagi keluarga, tidak semua lulusan mendapatkan penghasilan layak. Banyak yang harus menerima gaji di kisaran UMR, bahkan di bawahnya.

Kondisi ini menunjukkan bahwa membicarakan gaji bukanlah hal tabu, melainkan bagian dari perencanaan hidup yang realistis. Mengabaikannya bisa membuat lulusan terikat kontrak di instansi yang “memberi penghargaan seadanya”. Sayangnya, masih ada yang memilih tempat kerja karena “ikut-ikutan teman” atau sekadar ingin cepat bekerja, tanpa menghitung jangka panjang. Hasilnya, setelah berkeluarga, sebagian merasa penghasilan tidak mencukupi.

Banyak lulusan keperawatan masih menganggap jalur karier hanya berkutat pada rumah sakit atau puskesmas. Padahal, data dari peta karier keperawatan menunjukkan peluang yang jauh lebih beragam:

Klinikal Dalam Negeri:

 

  1. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP): Puskesmas kecamatan, puskesmas pembantu (Pustu), klinik utama, klinik pratama, klinik instansi (Balaikota, dinas, Satpel), serta klinik industri/perusahaan.
  2. Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut (FKTL): Rumah sakit daerah (RSUD), rumah sakit vertikal Kemenkes, RS TNI/Polri, RS BUMN hingga rumah sakit swasta.
  3. Pelayanan Kegawatdaruratan: AGD 118, PSC 119, PK3D, pusat krisis kesehatan, layanan ambulans swasta
  4. Pelayanan Khusus: Pelayanan Kesehatan Haji (PPIH, TKHI), penyehat tradisional komplementer, home care (berizin), panti lansia, dan industri farmasi/kesehatan.

Klinikal Luar Negeri

 

  1. Negara lain yang sudah menjalin kerjasama dengan Indonesia baik melalui Pemerintah (Government) atau swasta, seperti Jepang (IJEPA), Korea, Kuwait, Qatar, KSA, UEA, Jerman, Belanda, Austria, Australia, dan negara-negara Eropa lainnya.
  2. Institusi internasional seperti rumah sakit di Timur Tengah, Eropa, dan Asia yang membutuhkan perawat terlatih.
  3. Home care dan panti lansia di negara-negara maju.

Non Klinikal

 

  1. Pengajar: Dosen, instruktur di lembaga pelatihan keperawatan/kesehatan, trainer uji kompetensi
  2. Peneliti: Di lembaga nasional (BRIN, LIPI, Eijkman) maupun global (NIH, WHO, Karolinska Institutet).
  3. Surveyor Akreditasi: Penilai mutu fasilitas kesehatan di lembaga penyelenggara akreditasi (LPA).
  4. Konsultan & Inovator Kesehatan: Perancang program, pengembang teknologi kesehatan, pendiri startup digital health.
  5. Legislator: Anggota DPRD/DPR RI yang berlatar belakang kesehatan.
  6. Wirausaha: Pemilik klinik, day care, home care, atau penyedia pelatihan dan alat kesehatan serta jenis usaha lainnya.

Sektor Lintas Instansi

 

  1. NGO Internasional: Volunteer di organisasi-organisasi United Nation, MSF, ICRC, IFRC, Save The Children, CARE International, Mer-C Indonesia, CISDI, IMANI Care, BSMI
  2. Kementerian/Lembaga: Kemenkumham (klinik di Lapas/Rutan), Kemenpora, Kemenkeu (klinik Bea Cukai), BNPB, BNN, Kementerian Sosial, Kemenag, Setjen DPR RI, Setkab RI.

Banyak posisi di atas dapat dicapai melalui jalur Aparatur Sipil Negara (ASN) yaitu PNS dan PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja). Rekrutmen nasional untuk perawat yang diproyeksikan menempati berbagai macam jabatan (fungsional atau pelaksana) di berbagai tempat seperti di puskesmas, RSUD, RS vertikal, dinas kesehatan, hingga kementerian/lembaga.

Merancang life mapping berarti memproyeksikan kehidupan pasca kampus dan menyusunnya menjadi langkah konkret. Beberapa poin penting: 1) Tetapkan target penghasilan yang sesuai dengan kebutuhan hidup, 2) Riset instansi yang mampu memenuhi target tersebut, termasuk melihat UMR/UMP setempat, 3) Siapkan opsi pergi merantau jika di daerah asal belum tersedia peluang yang sesuai, 4) Pertimbangkan jalur wirausaha jika ingin mandiri sejak awal, 5) Bangun kompetensi agar kualifikasi selaras dengan persyaratan instansi incaran. Pengalaman membuktikan, mahasiswa yang sudah membuat life mapping sejak dini akan lebih siap mengambil keputusan yang tepat setelah lulus.

Meski target finansial penting, kepuasan kerja juga dipengaruhi faktor lain: lingkungan kerja yang sehat, dukungan pimpinan, peluang pengembangan diri, mekanisme kontrak kerja yang adil, hingga keseimbangan hidup dengan keluarga. Ada yang rela menerima penghasilan “pas-pasan” demi lingkungan yang nyaman dan waktu bersama keluarga yang cukup, dan itu sah saja, selama keputusan tersebut diambil dengan sadar.

Bekerja sebagai perawat adalah panggilan hati. Penghasilan besar adalah bonus. Tetapi integritas, pelayanan terbaik, dan niat ibadah adalah inti dari profesi ini. Rezeki tidak selalu datang dalam bentuk uang; ia hadir juga dalam bentuk kesehatan, kesempatan, dan kebahagiaan. Maka, mulai sekarang rancang peta hidupmu, siapkan strategi, dan pilih jalur karier dengan penuh kesadaran. Karena masa depan yang baik bukan sekadar harapan, tetapi hasil dari perencanaan yang matang dan pilihan yang tepat hari ini.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image