Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Afen Sena

Tafsir Shalawat Badar: Dari Spiritualitas ke Kebijakan Publik Penerbangan Sipil SELAMANYA

Sinau | 2025-08-21 20:07:09
Shalawat Badar, karya ulama besar KH. Ali Manshur

Penerbangan sipil adalah denyut nadi mobilitas dunia modern. Ia menghubungkan pulau dengan pulau, negara dengan negara, bahkan benua dengan benua. Namun, sebagaimana jantung yang berdetak, keselamatan dan keberlangsungan penerbangan menuntut kesadaran kolektif dan sistem yang kokoh. Dalam konteks Indonesia—sebuah negara kepulauan terbesar di dunia—penerbangan sipil bukan sekadar urusan transportasi, tetapi menyangkut persatuan, kedaulatan, ekonomi, dan martabat bangsa.

Dalam upaya membangun penerbangan sipil yang SELAMANYA (Selamat, Aman, Nyaman), kita memerlukan sumber inspirasi yang kuat, bukan hanya dari teknologi dan manajemen modern, melainkan juga dari spiritualitas dan kearifan lokal. Salah satu warisan spiritual yang kaya makna adalah Shalawat Badar, karya ulama besar KH. Ali Manshur. Shalawat ini bukan sekadar doa, melainkan seruan moral, energi spiritual, dan strategi sosial.

Shalawat Badar sebagai Sumber Spiritualitas Kebangsaan

Shalawat Badar lahir dalam konteks peperangan mempertahankan tanah air, namun esensinya melampaui batas ruang dan waktu. Ia mengajarkan tentang solidaritas, kesabaran, keberanian, dan perlindungan Ilahi. Mari kita hadirkan teks lengkapnya:

Teks Lengkap Shalawat Badar

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

وَ عَلٰى اٰلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ سَلِّمْ

صَلَاةً تُنْجِيْنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ الْأَهْوَالِ وَالْآفَاتِ وَتَقْضِيْ لَنَا بِهَا جَمِيْعَ الْحَاجَاتِ وَتُطَهِّرُنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ السَّيِّئَاتِ وَتَرْفَعُنَا بِهَا أَعْلَى الدَّرَجَاتِ وَتُبَلِّغُنَا بِهَا أَقْصَى الْغَايَاتِ مِنْ جَمِيْعِ الْخَيْرَاتِ فِي الْحَيَاةِ وَبَعْدَ الْمَمَاتِ

اَلصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَيْكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ اَلصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَيْكَ يَا حَبِيْبَ اللهِ اَلصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَيْكَ يَا نَبِيَّ اللهِ اَلصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَيْكَ يَا نُوْرَ اللهِ

Makna Terjemahan

“Ya Allah, limpahkanlah rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad, keluarganya, dan para sahabatnya. Shalawat yang dengan itu Engkau menyelamatkan kami dari segala bencana dan malapetaka, Engkau tunaikan semua hajat kami, Engkau sucikan kami dari segala kesalahan, Engkau angkat derajat kami setinggi-tingginya, dan Engkau sampaikan kami kepada puncak segala kebaikan, baik di dunia maupun setelah mati.”

Dari Spiritualitas ke Fondasi Keselamatan Penerbangan

Jika dicermati, doa dalam Shalawat Badar memiliki paralel yang sangat relevan dengan dunia penerbangan sipil:

“Tunjina biha min jami‘il ahwaali wal-afaati” → keselamatan dari segala bahaya, ibarat sistem safety management dan mitigasi risiko dalam penerbangan.

“Taqdhi lana biha jami‘al haajaati” → pemenuhan segala kebutuhan, sejalan dengan layanan publik penerbangan yang menjawab kebutuhan mobilitas masyarakat.

“Tuthahhiruna biha min jami‘is-sayyi’aat” → penyucian dari segala kesalahan, paralel dengan just culture dalam manajemen keselamatan penerbangan, di mana kesalahan dijadikan pelajaran, bukan sekadar hukuman.

“Tarfa‘una biha a‘lad-darajaat” → pengangkatan derajat, sejalan dengan cita-cita Indonesia membangun reputasi penerbangan berkelas dunia.

“Tuballighuna biha aqshal ghaayaat” → pencapaian tujuan tertinggi, sama halnya dengan visi penerbangan SELAMANYA: Selamat, Aman, Nyaman.

Legitimasi Al-Qur’an dan Hadis

Al-Qur’an menegaskan tentang pentingnya keselamatan perjalanan.

وَجَعَلْنَا السَّمَاءَ سَقْفًا مَحْفُوظًا وَهُمْ عَنْ آيَاتِهَا مُعْرِضُونَ (QS. Al-Anbiyā’: 32)

“Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, namun mereka berpaling dari tanda-tanda itu.”

Ayat ini memberi pesan bahwa keteraturan langit adalah sistem keselamatan. Penerbangan sipil yang aman adalah cerminan kepatuhan pada sunnatullah, yaitu keteraturan alam.

Rasulullah ﷺ juga bersabda:

اَلْمُؤْمِنُ مَنْ أَمِنَهُ النَّاسُ عَلَى دِمَائِهِمْ وَأَمْوَالِهِمْ (HR. Tirmidzi)

“Seorang mukmin adalah yang membuat manusia merasa aman atas darah dan harta mereka.”

Ini sejalan dengan mandat penerbangan sipil: menjamin keselamatan jiwa dan harta penumpang.

Kebijakan Publik: Dari Spiritualitas ke Implementasi Teknis

Inspirasi dari Shalawat Badar tidak berhenti pada ranah spiritual. Ia bisa diterjemahkan ke dalam kebijakan konkret:

Keselamatan sebagai Nilai Tertinggi → Setiap kebijakan penerbangan harus menempatkan keselamatan di atas keuntungan ekonomi. Regulasi, sertifikasi, dan inspeksi harus diperkuat tanpa kompromi.

Budaya “Just Culture” → Sistem pelaporan insiden tanpa rasa takut, agar kesalahan teknis bisa dijadikan pembelajaran kolektif.

Integrasi Teknologi dengan Spiritualitas → Penggunaan AI-based monitoring, Flight Data Analysis, dan Predictive Maintenance perlu dilihat sebagai ikhtiar manusia yang dilengkapi doa perlindungan, sebagaimana pesan Shalawat Badar.

Konektivitas Nusantara yang Berkeadilan → Rute perintis ke daerah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal) harus dilihat sebagai amanah kebangsaan, bukan beban bisnis.

Pendidikan Karakter Penerbangan → Sekolah pilot, teknisi, dan manajemen bandara perlu menanamkan nilai “SELAMANYA” bukan hanya sebagai slogan, melainkan budaya kerja.

Penutup

Shalawat Badar memberi energi spiritual untuk menghadapi tantangan zaman. Penerbangan sipil membutuhkan lebih dari sekadar regulasi teknis; ia memerlukan fondasi moral, spiritual, dan komitmen kebangsaan.

Dari teks doa yang pernah menguatkan para pejuang di medan perang, kita belajar bahwa keselamatan adalah amanah, keamanan adalah harga diri bangsa, dan kenyamanan adalah martabat peradaban.

Maka, membangun penerbangan sipil SELAMANYA bukan sekadar urusan teknis, melainkan gerakan kebijakan publik yang bertumpu pada spiritualitas, nilai luhur, dan profesionalisme modern.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image