Metode Ekonomi-Akuntansi Berbasis Kearifan Lokal di Tengah Arus Kecerdasan Buatan
Sinau | 2025-08-19 09:24:12
Di era kecerdasan buatan yang menghadirkan otomatisasi dan analisis data seketika, pembelajaran ekonomi akuntansi berbasis kearifan lokal budaya menjadi tonggak preventif. Metode ini bukan sekadar pelengkap, melainkan fondasi agar generasi muda tak tergerus homogenitas teknologi. Hal ini disampaikan oleh dosen Program Studi (Prodi) Akuntansi Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Widya Mataram (UWM) Nisfatul Izzah, SE, MA pada Selasa (19/8) di Kampus Terpadu UWM, Banyuraden, Gamping, Sleman.
Lebih lanjut, Izzah mengatakan bahwa terdapat beberapa tantangan dalam hal ini, diantaranya adalah dominasi data driven dan kesenjangan akses. “Materi ekonomi akuntansi kerap terfokus pada software dan model statistik canggih, memudarkan konteks sosial merupakan tantangan dominasi data driven, sedangkan kesenjangan akses berupa daerah terpencil belum tentu memiliki infrastruktur kecerdasan buatan, sehingga rentan kehilangan pemahaman holistik,” tambahnya.
Dikatakan, kearifan lokal, seperti gotong royong, arisan adat, dan lainnya, menyimpan kerangka ekonomi otentik. “Nilai solidaritas, musyawarah, dan keadilan sosial di dalamnya mengajarkan prinsip distribusi, pencatatan, dan pertanggungjawaban yang berkelanjutan. Jika dikemas dalam model pembelajaran akuntansi, dapat langsung dirasakan makna neraca sebagai gambaran keseimbangan antargenerasi dan komunitas,” kata Izzah.
Mengintegrasikan kecerdasan buatan bukan berarti meninggalkan akar budaya, melainkan menguatkannya. “Metode pembelajaran berbasis kearifan lokal menumbuhkan literasi ekonomi-akuntansi yang berpijak pada nilai kemanusiaan. Dengan demikian, generasi digital mampu memanfaatkan kecerdasan buatan tanpa kehilangan identitas dan rasa gotong royong,” pungkasnya.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
