Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Kurnia Sawiji

Kegusaran Pak Guru Bakri dan Pendidikan di Tahun 2225

Guru Menulis | Tuesday, 08 Mar 2022, 21:06 WIB
Guru yang baik adalah mereka yang mendekatkan anak-anak didiknya kepada alam dan hakikat ilmu (sumber gambar: Jamalludin Khaer, Unsplash)

Senin, 7 Maret 2022 (Pukul 11:30 malam)

Dengan menggunakan sudut pandang ini, kegusaran Pak Guru Bakri dapat kita lihat dengan nyata. Pada saat-saat seperti inilah beliau meragukan sebuah hakikat: apakah benar dirinya seorang guru? Gelas kopi kosong bertengger malas di sebelah jari-jarinya yang lincah menimbulkan bunyi klatak-klitik penuh emosi tertahan, mengisi kolom-kolom tabel yang menyeringai jahat di layar laptopnya. Kompetensi Dasar, Indikator Pencapaian, Program Semester; kelak segalanya akan berakhir di lemari arsip. Atau bisa jadi bungkus gorengan, jika sudah dibuang.

Sebuah kesadaran pun muncul: dirinya bukan guru, melainkan karyawan sebuah perusahaan. Perusahaan di bidang pendidikan. Perusahaan itu adalah sekolah. Dinas atau yayasan adalah stakeholder. Murid-muridnya adalah komoditas komersial. Jari-jarinya tidak mengerjakan strategi pembelajaran atau perencanaan hal-hal yang bisa membuat murid-muridnya mencintai ilmu yang ia bawakan; tidak, ia sedang mengerjakan laporan pertanggungjawaban seorang bawahan ke atasannya.

Baik Pak Guru Bakri maupun kita seharusnya menyadari bahwa idealisme pendidikan di mana belajar adalah hal sesederhana memaknai kejadian kecil dalam kehidupan sehari-hari merupakan omong kosong orang-orang pretensius seperti Richard Feynman, Bill Nye, atau Isaac Newton. Sekolah masa kini, sebagaimana tertuang dalam Sekolah Itu Candu oleh Roem Topatimasang, adalah “wahana pewarisan nilai-nilai resmi yang sedang berlaku dan direstui otoritas”. Artinya, sekolah pada dasarnya sebuah justifikasi terhadap otoritas: bahwa apa pun yang mereka lakukan adalah atas nama kemanusiaan.

Sehingga guru masa kini terkadang tidak lebih dari mesin-mesin administratif yang diharapkan otoritas untuk dapat memproduksi pernyataan-pernyataan hitam putih terhadap justifikasi tersebut. Pernyataan-pernyataan itu berupa perangkat pembelajaran, rencana pembelajaran, atau laporan hasil pembelajaran yang sudah distrukturasi sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kehendak otoritas.

Tentu, semua proses belajar memerlukan perencanaan yang matang, atau pencatatan terhadap hasil pengajaran dalam bentuk penilaian. Tetapi ketika guru memiliki kebebasan sangat terbatas dalam membentuk strateginya sendiri, sementara proses belajar dirumitkan dan terikat dengan segala urusan kedinasan yang sebenarnya tidak terlalu signifikan bagi ekosistem pembelajaran, maka perencanaan-perencanaan itu tereduksi menjadi kertas-kertas administratif yang fungsinya tidak lebih dari mengamini strukturasi yang sudah dibuat oleh otoritas terhadap ilmu, yang pada hakikatnya merupakan kekayaan umum alam semula jadi kepada segenap umat manusia.

Hal itulah yang membuat gusar Pak Guru Bakri. Sialnya, hal itu pulalah yang merangkum nasib guru masa kini. Ini tahun 2022, dan beliau takut bagaimana nanti nasib para guru ketika zaman sudah semakin maju.

Dan dalam tumpukan administrasi, beliau tertidur.

Selasa, 8 Maret 2225 (Pukul 05:00 pagi)

Ketika Pak Guru Bakri terbangun dari tidurnya 203 tahun kemudian, beliau menemukan segalanya sudah berubah. Peradaban manusia bergerak ke arah yang sama sekali tidak dibayangkannya sebelumnya. Batas-batas administratif yang memisahkan kelompok-kelompok masyarakat seperti kota, provinsi, atau negara sudah tidak ada. Sebagai gantinya, umat manusia hidup dalam komunal-komunal di mana mereka kembali ke sistem barter, sementara alat-alat pengolahan bahan mentah menjadi sesuatu yang dimiliki bersama-sama tanpa ada kepemilikan pribadi.

Hal itu terjadi karena adanya penemuan terhadap sumber energi listrik tak terbatas melalui metode konversi kuantum; dalam waktu yang sama, alat-alat yang menggunakan energi tradisional seperti gas dan minyak bumi ditinggalkan. Berkurang drastisnya populasi manusia dikarenakan rentetan bencana alam besar 100 tahun yang lalu membuat sumber daya bumi bertahan lebih lama.

Lalu sebuah metode konstruksi robot-robot melalui sumber daya yang tersisa juga ditemukan, sehingga robot pun diproduksi massal. Tindakan ini kelak membuat robot menjadi spesies dominan yang menggantikan kebanyakan aktivitas sehari-hari manusia, sementara manusia memiliki komunalnya sendiri. Seorang pengamat bahkan mengatakan bahwa “robot bagi Bumi adalah manusia baru, sedangkan manusia bagi Bumi adalah bagaimana hewan dan tumbuhan beratus tahun yang lalu”.

Tetapi keadaan sebegini membuat Pak Guru Bakri girang. Seiring dengan dihapusnya batas-batas administratif wilayah, begitu juga dengan keperluan manusia untuk menstrukturasi segala hal, termasuk ilmu. Sistem pendidikan pada dasarnya adalah upaya manusia untuk menstrukturasi ilmu; Pak Guru Bakri tahu itu. Strukturasi, di sisi lain, erat kaitannya dengan administrasi dan birokrasi: dua hal yang menjadi lumbung emas bagi bisnis dan politik. Dalam peradaban komunal di mana dua aspek itu tidak lagi relevan, otomatis administrasi dan birokrasi kehilangan tempat.

Pendidikan 203 tahun ke depan adalah apa yang pernah dibaca oleh Pak Guru Bakri dalam sebuah buku: di mana belajar adalah sebuah petualangan menemukan hal-hal baru, mengambil sesuatu dari alam semula jadi dan mengembalikannya kembali dalam bentuk yang lebih bermakna. Tidak berkas Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) atau kisi-kisi yang harus beliau isi berdasarkan format dan tata aturan dari otoritas; ia bebas menentukan apa yang perlu diajarkannya kepada anak-anak didiknya, bebas menentukan standar kompetensi mereka, dan bebas menceritakan apa saja kepada mereka tanpa takut apa yang beliau tuturkan tidak sesuai dengan target negara.

Sembari mengajak anak-anak didiknya menentukan kecepatan angin dengan menggunakan jari, Pak Guru Bakri mengingat sebuah pepatah yang pernah dibacanya 203 tahun yang lalu, berbunyi:

“Sebelum penjajah tiba, nenek moyang kita tak kenal ijazah, sekolah juga tak ada. Tapi mereka belajar! Belajar segala soal. Bertani, berladang... mengenal alat-alat penting. Semua orang adalah guru! Semua tempat sekolah!”

Betapa telatnya kita, gumam Pak Guru Bakri kepada dirinya sendiri. Kita telat 203 tahun, pikirnya lagi. Andaikan 203 tahun yang lalu kita sudah berpikir bahwa ilmu adalah sesuatu yang tidak perlu diperumit, bahwa pendidikan pada dasarnya adalah proses mengajarkan manusia menjadi manusia dengan mencintai ilmu, tentu ada banyak hal yang bisa dihindari. Tetapi ini hanya imajinasi beliau.

Malamnya, setelah usai mengajar, Pak Guru Bakri kembali tidur.

Selasa, 8 Maret 2022 (Pukul 01:15 dini hari)

Pak Guru Bakri terbangun dari tidur sesaatnya. Laptop masih menyala, dan administrasi masih separuh selesai. Gawat, beliau seharusnya mengumpulkan berkas-berkas itu sebelum pukul 00:00 dini hari. Tetapi beliau yakin kepala sekolah tentu bisa memberikan keringanan jika beliau mengumpulkannya secepat mungkin.

Sembari melihat WhatsAppnya, rupanya wakil kepala sekolah bagian kurikulum menyampaikan info tentang program Pendidikan Profesi Guru (PPG) yang sudah mulai menerima pendaftaran. Tentu hal ini membuat Pak Guru Bakri senang. Beliau pun menghentikan pekerjaannya sebentar dan memeriksa laman PPG di akun SIMPKB miliknya. Ada beberapa persyaratan administrasi dan birokrasi yang harus beliau penuhi, dan prosesnya bisa dibilang sangat panjang.

Setelah membaca-baca lagi persyaratannya, akhirnya beliau memutuskan untuk menyelesaikan pekerjaannya secepatnya, dan nanti beliau akan pergi ke bagian Tata Usaha sekolah untuk memenuhi segala berkas-berkas untuk PPG.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image