Menuju Kemerdekaan Hakiki Negara Indonesia
Agama | 2025-08-18 22:04:23Abdul Rohman, Mahasiswa Institut Agama Islam Al Ghurabaa Jakarta
"Per jam 1 siang ini, pengunjung TMII berjumlah 6.000 pengunjung," kata Stakeholder Relation Dept Head TMII, Ken Elsa, Senin (18/8/2025), Detik.com.
Berbagai luapan rasa kemerdekaan Indonesia tak berhenti pada hari ini, tanggal 18 Agustus, karena masih akan terus diadakan bermacam – macam kegiatan ekspresi rasa senang, riang gembira dan momen lain dari cara menumpahkan kemenangan rakyat Indonesia.
Masyarakat yang diperumahan, perkampungan, lapangan luas, depan rumah Pak RT, sekolah – sekolah, kantor – kantor serta pondok – pondok pesantren, lomba – lomba diadakan wujud langsung dari masyrakat akan arti berpartisipasi akan kemerdekaan Indonesia yang ke 80.
Lomba balap karung, makan krupuk, balap klereng, panjat pinang, fun trail, jalan sehat, sepak bola, nasi tumpeng, masukan pensil dalam botol, busana daerah, sepeda hias, catur, bola voli, badminton, dan masih banyak lagi lomba, tentu ini adalah hal yang dinanti oleh masyarakat saat kemerdekaan negara kita merdeka, setiap tanggal 17 agustus.
Kemerdekaan itu sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adalah keadaan (hal) yang berdiri sendiri (bebas, lepas, tidak terjajah lagi, dan sebagainya), penjelasan lanjutan, bahwa kemerdekaan sendiri bisa diartikan sebagai kebebasan dari penindasan, tekanan, atau kekuasaan pihak lainnya, baik itu penjajah maupun bentuk kekuasaan lainnya.
Permasalahan Bangsa Indonesia
Bentangan luas Indonesia yang 1,922,570 km, dengan jumlah penduduk menurut Bank Dunia tahun 2024 yaitu berjumlah 283,5 juta, tak mudah bagi Indonesia mengatasi berbagai problematika masalah dalam negeri. Saat ini Indonesia masih menghadapi berbagai macam masalah, diantaranya: ekonomi tak merata, isu lingkungan, kemiskinan, pengangguran, kesenjangan sosial, korupsi, agraris, pendidikan, deforestasi, pencemaran lingkungan, konflik sosial, konflik agama dan intoleransi.
Ekonomi Indonesia hanya dikuasai oleh segelintir pengusaha saja, isu lingkungan sehingga menimbulkan konflik langsung masyarakat dengan aparat keamanan negara, penggusuran lahan termasuk dan perihal soal kepemilikan lahan, kemiskinan akibat tak merata ekonomi dan inflasi mengakibatkan kemiskinan masih jadi momok dalam masyarakat, angka kelulusan yang tinggi sementara lapangan pekerjaan yang terbatas maka angka pengangguran pun naik.
Permasalahan lainnya, kesenjangan sosial masih terjadinya urbanisasi, ancaman yang serius masih dari korupsi para pejabat dan pengusaha nakal sehingga menimbulkan ketertinggalan pembangunan dan proses sosial ekonomi masyarakat, masalah agraris perlu kejelasan soal saling klaim kepemilikan lahan, pendidikan yang tak merata dan sering berubahnya kebijakan sistem pendidikan, soal hutan dan alam lingkungan yang di olah jadi lahan produktif atau wisata serta ada yang di jadikan pemukiman, pencemaran lingkungan masih kurang kesadaran soal buang sampah, penggundulan hutan dan pemburuan hewan yang dilindungi, konflik sosial soal agama, bantuan sosial dan ego sektoral, saling fitnah agama, dan intoleransi masih sering terjadi benturan langsung di masyarakat.
Kesemua permasalahan didalam masyarakat ini masih menemani keseharian dalam kehidupan bangsa Indonesia, sehingga membuat langkah maju bangsa ini menjadi lambat bahkan terhenti oleh permasalah yang ada, untuk itu kita butuh solusi agar permasalahan ini minim bahkan hilang guna menuju kemerdekaan yang hakiki.
Kemerdekaan Hakiki
Idealnya manusia bertindak dan bertutur kesemua hadir nyata keluar dari hati nuraninya, nurani adalah cahaya dari Allah, atau fitrah manusia melakukan kebaikan, karena tak ada fitrah yang melakukan keburukan.
Dengan mengenal fitrahnya maka manusia akan mengerti sekali apa yang jika dilakukan bernilai kebaikan didunia buat dirinya dan orang lain serta bernilai manfaat surga nanti diakhirat kelak, dengan melawan keburukan dari dalam (intrinsik) dan dari luar (ekstrinsik) maka manusia akan mendapat julukan manusia yang merdeka hakiki.
Pada permasalahan bangsa solusi yang utama adalah manusia harus merdeka secara hakiki, dengan merdeka hakiki maka segala ajakan kemungkaran, kemaksiatan, kejahatan, manifulasi, kongkalikong, kongsi serta KKN maka tak mungkin terjadi.
Hati nurani yang merdeka hakiki, manusia bebas tanpa intervensi orang lain, ajakan setan, pengabdian selain Allah, kemusyrikan dalam hati dan pikiran, taat hukum karena ada perhitungan amal nanti di akhirat, amanah dalam kekuasaan, tak gila jabatan dan harta, pemikiran jahat, kesesatan berbudaya, inilah yang perlu ada dalam pribadi – pribadi masyarakat Indonesia, guna menyongsong, membangun, kontribusi nyata, dalam merayakan kemerdekaan Indonesia.
Lebih jelasnya dalam Kitab Al-Majmu Al Kabir Min Al Fatawa karangan Syaikh Utsaimin salah seorang ulama era kontemporer asal Arab Saudi, beliau menulis dalam kitab tersebut, bahwa manusia yang merdeka secara hakiki yaitu: merdeka dari penjajahan setan atau iblis, merdeka dari penjajahan hawa nafsu dan merdeka dari perang pemikiran atau penjajahan budaya. Berikut penjelasannya:
1. Penjelasan merdeka dari jajahan setan atau iblis karena memang setan atau iblis telah bersumpah di hadapan Allah, akan selalu menyesatkan manusia hingga manusia masuk ke dalam neraka. Perbuatan jahat manusia, dorongan berbuat curang, manifulasi, main di bawah meja, fitnah sana dan sini, kesemua hadir dalam diri manusia adalah bentuk penjajahan setan atau iblis kepada manusia, untuk itu manusia harus melawan jajahan tersebut, dengan bahagia melakukan hadir sholat lima waktu berjamaah di masjid atau mushola, bahagia berbagi, bahagia membantu orang yang sedang membutuhkan, bahagia hadir pengajian, maka setan atau iblis akan tunduk, tak berkutik karena manusia inilah yang merdeka secara hakiki dari jajahan setan atau iblis.
Sesuai dengan Surah Al Afaf ayat 16, yang artinya: Iblis menjawab : karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar – benar akan (menghalang – halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus.
Inilah ayat yang menjelaskan bahwa setan atau iblis bersumpah akan mengajak manusia untuk menuju jalan yang sesat bukan jalan yang lurus, jalan yang di ridhoi oleh Allah.
2. Manusia merdeka hakiki dari penjajahan hawa nafsu, dalam surah Yusuf ayat 53 menjelaskan bahwa: Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Walau manusia telah ada hati nurani namun jika manusia mengikuti dorongan hawa nafsu maka lebih dominan menyuruh kepada kejahatan, inilah bentuk khianat dari manusia kepada nuraninya. Untuk itu jangan ikuti hawa nafsu maka manusia inilah yang disebut merdeka hakiki.
3. Merdeka dari penjajahan pemikiran atau penjajahan budaya, jika manusia tak mampu mengetahui bentuk jajahan ini maka pemikiran dan budaya Indonesia akan hancur, kita lihat bagaimana gadget hadir dalam tangan dan kantong – kantong kita, propaganda media sosial, facebook, Instagram, tiktok dan youtube serta Whatsapp, terhadap generasi – generasi kita dan anak – anak kita, berbeda dengan zaman dahulu yang bentuk propaganda hanya media cetak.
Untuk itu manusia harus mampu menguasai pemikiran dan budaya yang kuat agar dapat menangkis jenis penjajahan model ini, maka dipastikan akan jadi manusia merdeka hakiki.
Mari perkuat diri kita dengan ilmu agama dan ilmu pengetahuan maka manusia akan mencurahkan kebaikan hati nuraninya dalam langkah yang tepat, hindari ajakan setan, ajakan hawa nafsu dan jenis jajahan lewat pemikiran atau budaya. Tanamkan pengetahuan hal ketiga ini kepada kita semua, sanak saudara, tetangga, teman dan lingkungan sekitar, bahwa jadilah manusia merdeka hakiki dengan begitu kekuatan dimulai dari pribadi yang satu menjadi pribadi luas jangkauan bahwa pribadi bangsa Indonesia. Rahayu Indonesia, jayalah Indonesia, merdeka Indonesia yang ke 80, mari terus berkarya untuk Indonesia menuju kedaulatan bersama.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
