Menatap Masa Depan Bersama: Multikulturalisme Jadi Agenda Utama Asian Youth Forum 2025 di Vietnam
Eduaksi | 2025-08-17 21:53:35
DA LAT, VIETNAM – Da Lat, sebuah kota yang dikenal dengan pesona arsitektur kolonial Prancis dan keindahan alamnya yang menyejukkan, bersiap menyambut ribuan pemimpin muda dari seluruh benua Asia. Kota ini akan menjadi tuan rumah Asian Youth Forum (AYF) 2025 (7 s,.d. 13 Desember 2025), sebuah pertemuan tahunan yang mempertemukan para inovator, aktivis, dan calon pemimpin untuk membahas isu-isu krusial yang membentuk masa depan kawasan.
Dengan tema "Membangun Jembatan Antarbudaya: Masa Depan Asia dalam Keragaman," forum tahun ini diproyeksikan sebagai platform penting untuk memperkuat pemahaman multikultural dan kolaborasi lintas batas.
Presiden (terpilih) BOLT, Ismail Suardi Wekke, menjadi salah satu pembicara yang akan hadir. Dalam sebuah konferensi pers virtual yang diselenggarakan dalam peringatan 17 Agustus 2025, Ismail menyampaikan pandangannya yang tegas mengenai urgensi multikulturalisme di tengah tantangan global. Ia menekankan bahwa keragaman bukan hanya sekadar karakteristik sosial, melainkan fondasi kekuatan dan inovasi yang tak tergantikan.
“Multikulturalisme adalah kunci untuk membuka potensi penuh Asia. Di Da Lat nanti, kami tidak hanya akan bertukar ide, tetapi juga merayakan identitas dan perspektif yang beragam,” ujar Ismail. “Dalam era di mana konflik dan ketidaksepahaman sering kali dipicu oleh perbedaan, kemampuan untuk merangkul dan memahami budaya lain adalah keterampilan yang paling berharga bagi generasi muda. Forum ini akan menjadi ajang bagi kami untuk mempraktikkan hal tersebut—mendengarkan, belajar, dan berkolaborasi melampaui batas-batas yang memisahkan kita.”
Pernyataan Ismail ini selaras dengan tujuan utama AYF 2025. Panitia penyelenggara telah merancang agenda yang dinamis, termasuk sesi workshop interaktif, diskusi panel dengan para ahli terkemuka, dan proyek-proyek kolaboratif yang menyoroti praktik-praktik terbaik dalam mempromosikan inklusivitas. Topik-topik yang akan dibahas mencakup diplomasi budaya, kewirausahaan sosial di komunitas multietnis, dan peran teknologi dalam menjembatani kesenjangan budaya.
Para delegasi akan berpartisipasi dalam program-program yang dirancang untuk memecah silo dan membangun hubungan pribadi yang mendalam. Salah satu sesi yang paling dinanti adalah “Living Library,” di mana para peserta dapat berinteraksi langsung dengan ‘buku hidup’—individu-individu yang berbagi cerita otentik tentang perjalanan mereka dari latar belakang budaya yang berbeda. Ini adalah pendekatan inovatif untuk menumbuhkan empati dan menghapus stereotip.
Selain itu, forum ini juga akan menjadi tempat perkenalan Presiden (terpilih) sebagai inisiatif baru yang dipimpin oleh Ismail Suardi Wekke, yang bertujuan untuk menciptakan jaringan mentor multikultural. Jaringan ini akan menghubungkan para profesional muda dengan mentor berpengalaman dari berbagai negara dan latar belakang, yang akan memberikan bimbingan tidak hanya dalam karier tetapi juga dalam pengembangan pribadi dan pemahaman budaya.
“Da Lat adalah pilihan yang sempurna untuk forum ini,” kata Prof. Peter John Wanner, salah satu komite saintifik. “Kota ini memiliki sejarah yang kaya dalam perpaduan budaya, dan lingkungannya yang tenang serta inspiratif akan mendorong para delegasi untuk berpikir secara mendalam dan kreatif.” Keindahan alam Da Lat, termasuk danau, air terjun, dan kebun bunga yang ikonik, akan menjadi latar belakang yang sempurna untuk diskusi yang produktif dan reflektif.
AYF 2025 merupakan kelanjutan dari kesuksesan forum-forum sebelumnya yang telah menghasilkan berbagai proyek dan inisiatif transformatif. Namun, dengan fokusnya yang tajam pada multikulturalisme, forum kali ini memiliki bobot yang lebih signifikan. Para pemimpin muda diharapkan dapat meninggalkan Da Lat dengan tidak hanya ide-ide baru, tetapi juga komitmen yang lebih kuat untuk menjadi agen perubahan yang mempromosikan perdamaian dan kerukunan di negara masing-masing.
"Kerja sama lintas budaya adalah satu-satunya jalan menuju masa depan yang berkelanjutan bagi Asia," tutup Ismail Suardi Wekke. “Saya sangat optimis bahwa Asian Youth Forum 2025 akan menjadi titik balik bagi banyak dari kita. Ini bukan hanya tentang membangun karier, tetapi tentang membangun dunia yang lebih baik, satu percakapan, satu jembatan, dan satu pemahaman pada satu waktu.”
Dengan antusiasme yang tinggi dari para delegasi, AYF 2025 di Da Lat tidak hanya akan menjadi sebuah acara, tetapi sebuah pernyataan kolektif tentang apa yang dapat dicapai ketika generasi muda Asia bersatu dalam keragaman mereka. Forum ini akan menjadi pengingat yang kuat bahwa meskipun kita berasal dari berbagai latar belakang, visi kita untuk masa depan yang damai dan makmur adalah sama.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
