Detoks Gadgetmu, Raih Mimpi Muliamu
Agama | 2025-08-16 14:51:46
Oleh : Yunita
Gadget itu emang kayak sahabat deket, ya. Ada terus di samping kita. Tapi sahabat seperti apa dulu sahabat yang baik atau musuh yang berbahaya, tergantung bagaimana kita menggunakannya. Di era digital, gadget telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, menawarkan kemudahan dan konektivitas yang luar biasa.
Namun, penting untuk menyadari potensi dampak negatifnya dan belajar menggunakannya dengan bijak. Gedge juga bisa menimbulkan masal mental nomophobia. Nomophobia adalah ketakutan berlebih atau kecemasan yang dialami seseorang ketika tidak memiliki akses ke ponsel atau tidak dapat menggunakannya. Nomophobia bisa jadi merupakan indikasi adanya masalah yang lebih besar, seperti gangguan kecemasan atau fobia spesifik. Nggak heran kalo nomophobia jadi salah satu isu kesehatan mental paling sering ditemukan di kalangan pelajar sekarang.
Awas Kecanduan Gadget
Banyak orang tidak menyadari bahwa mereka sudah kecanduan gadget. Kecanduan gadget, atau nomofobia, adalah kondisi ketika seseorang mengalami ketergantungan berlebihan pada perangkat elektronik, terutama smartphone. Gejala kecanduan ini bisa beragam, mulai dari merasa cemas saat jauh dari gadget, selalu ingin mengecek notifikasi, hingga sulit fokus pada kegiatan lain. Kalo udah kecanduan, jadi ketagihan. "hati-hati kecanduan digital" mengingatkan kita untuk waspada terhadap dampak negatif penggunaan perangkat digital yang berlebihan. Kecanduan digital, yang juga dikenal sebagai kecanduan gadget atau kecanduan teknologi, dapat mengganggu kesehatan fisik dan mental , serta merusak hubungan sosial dan produktivitas.
Sedih juga ya sekarang banyak anak anak remaja yang ikutan fomo ,ikutan ikutan yang lagi viral Akibatnya FOMO membuat remaja selalu merasa "kurang update", merasa hidupnya kurang seru dibanding orang lain di media sosial. Ini bisa memicu kecemasan berlebihan, overthinking, bahkan depresi ringan hingga berat karena terus-menerus membandingkan hidupnya dengan highlight orang lain. Banyak remaja juga yang ikut ikutan konten viral sampe sampe mereka tidak focus dengn Pelajaran dan sudah kebanykan remaja juga lebh mementingkan konten viral ketimbang belajar untuk masa depan dan Nggak bisa dipungkiri kalo tekanan sosial dari gadget itu real. Kalau gak dikendalikan, gadget bisa bikin kita ngerasa kurang, kalah, gak berguna—padahal semua itu cuma ilusi digital.
Ada juga yang kecanduan game online. Sampe mereka jarang untuk sosialisasi secara langsung karna terlalu fokus bermain game. Banyak sekali efek samping dari kecanduan game online ini seperti malas, belajar, menurunya daya ingat, konsentrasi melemah. Udah gitu, banyak game online yang menjual in-app purchase atau item berbayar. Sebagaian remaja sampe rela menghabiskan uang hanya untuk membeli untuk game online dan kadang berani untuk meminjam uang kepinjol atau temen saudara hanya untuk membeli seperti koin game online. Banyk game online mencontohan kekerasan, hati jadi bebal terhadap maksiat. Sebagian game bahkan memicu toxic behavior, seperti ngomong kasar, nge-cheat, atau nyinyirin orang lain. Kalau dibiarkan terus, kecanduan digital bukan sekadar hobi yang kebablasan, tapi bisa jadi bencana diam-diam yang mencuri masa depan.
Saatnya Detoks Digital
Gadget bukanlah musuh, tetapi alat yang bisa menjadi teman atau bahkan alat yang membantu jika digunakan dengan bijak. Penting untuk memahami bahwa gadget memiliki dampak positif dan negatif, dan cara terbaik adalah dengan mengendalikan penggunaannya dan mendampingi anak dalam pemakaiannya, bukan melarangnya secara total.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Di antara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat” (HR. Tirmidzi no. 2317, Ibnu Majah no. 3976).
Gimana caranya? Nih, tips sederhana yang bisa kamu coba:
1. Buat Jadwal Online: Tentukan waktu khusus buat buka sosmed dan game, misal 1 jam sehari. Di luar itu, matikan notifikasi atau aktifkan mode fokus.
2. Pasang Target Harian: Tulis target harian: baca 5 halaman buku, hafal 1 ayat, bantu ibu di rumah, selesaikan PR tanpa nyontek. Setelah beres, baru boleh reward diri sendiri main HP.
3. Cari Pengganti yang Sehat: Bosen? Jangan langsung ke HP. Coba olahraga ringan, ngaji bareng teman, atau ikut komunitas produktif. Kamu bakal kaget ngeliat dunia nyata itu jauh lebih keren dari dunia digital.
4. Gunakan Gadget buat Hal Baik: Pakai HP buat nonton kajian, denger podcast islami, nulis ide dakwah, atau ngonten yang bermanfaat. Jadikan gadgetmu alat perjuangan, bukan jebakan. Jadi, mulai dari sekarang segera kurangi layar, perbanyak karya dan mulai belajar lbh giat lagi . Stop gaming, perbanyak reading, walking, then running. Kurangi scrolling, perbanyak helping. Kurangi FOMO, perbanyak waktu buat nabung pahala
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
