Ironi Kemerdekaan: 80 Tahun Berlalu, Rakyat Masih Terjajah
Agama | 2025-08-14 04:28:51
80 tahun kemerdekaan RI terasa ironis karena masih banyak persoalan yang belum tuntas. Di sektor ekonomi, maraknya PHK di berbagai industri seperti tekstil dan teknologi menjadi potret suram. Sementara penghasilan masyarakat tak bergerak, biaya hidup justru melambung tinggi. Kondisi ini membuat masyarakat terpaksa menguras tabungan mereka dan mengancam menjatuhkan kelas menengah ke jurang kemiskinan.
Data konkret dari berbagai pihak menguatkan kekhawatiran tersebut. Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN) Ristadi mengungkapkan bahwa antara Agustus 2024 hingga Februari 2025, terjadi pengurangan tenaga kerja yang sangat besar, mencapai 415.655 orang setelah memperhitungkan penyerapan pekerja baru. Ia menegaskan, gelombang PHK ini, yang paling banyak terjadi di sektor tekstil, akan terus membayangi jika pasar domestik terus dibanjiri barang impor murah dan daya beli masyarakat menurun. Oleh karena itu, KSPN mendesak pemerintah untuk memperketat pengendalian impor agar tidak ada celah bagi importir nakal. Selain itu, pemerintah juga didorong untuk meningkatkan belanja pada industri dalam negeri agar ekonomi bisa bergerak dari hulu ke hilir.
( https://www.metrotvnews.com/read/NxGCGB47)
Data konkrit selanjutnya adalah Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI) mencatat adanya penurunan simpanan perorangan di bank pada triwulan pertama 2025. Data menunjukkan, masyarakat mulai menarik tabungan mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti makanan, listrik, dan transportasi, sebuah indikasi kuat melemahnya daya beli. Tren serupa juga terlihat pada sektor kredit dan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK), di mana pertumbuhan kredit konsumsi dan KPR melambat. Fenomena ini diperparah oleh kehati-hatian bank dalam menyalurkan pinjaman, serta melambatnya pertumbuhan giro dan deposito berjangka. (https://www.cnbcindonesia.com/news/20250808101034-4-656294/)
Persoalan lain yang juga terjadi adalah pembajakan potensi generasi untuk mengokohkan kapitalisme. Juga penanaman berbagai pemikiran rusak seperti deradikalisasi, islam moderat, dialog antar agama, dll, yang menjadikan umat jauh dari pemikiran Islam. Pemikiran itu juga menjajahan umat hari ini, sehingga tak bisa berpikir shahih
Nampaklah bahwa sejatinya Indonesia meski sudah merdeka dari penjajahan fisik, sejatinya Indonesia masih terjajah secara hakiki. Kemerdekaan seharusnya tampak pada kesejahteraan rakyat, yaitu terpenuhinya kebutuhan dasar tiap rakyat. Ketika rakyat kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari, esensinya Indonesia belum merdeka secara hakiki. Kemerdekaan juga nampak ketika umat Islam dapat berpikir sesuai dengan Islam
Kondisi ini merupakan akibat penerapan sistem sekuler kapitalisme yang tidak berpihak pada kesejahteraan rakyat, tetapi malah melayani kepentingan kapitalis. Akibatnya, kapitalis makin kaya, sedangkan rakyat makin miskin.
Penerapan sistem Islam kafah adalah kebutuhan dan solusi hakiki atas kondisi ini. Sistem Islam mampu menyejahterakan rakyat dengan mengelola kepemilikan umum dan mengalokasikan hasilnya untuk kesejahteraan rakyat. Negara menjamin kesejahteraan rakyat dengan memenuhi kebutuhan pokok rakyat (sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, keamanan). Negara melakukan industrialisasi sehingga membuka lapangan pekerjaan. Negara juga memberikan tanah bagi yang mau menghidupkan. Bagi fakir miskin, negara memberikan santunan dari baitulmal. Sistem Islam kafah juga akan menjaga pemikiran umat islam tetap selaras aturan syariat, dan hidup dalam ketaatan kepada Allah.
Untuk meraih kemerdekaan hakiki, butuh aktivitas perubahan hakiki. Saat ini sudah ada geliat perubahan di tengah masyarakat, seperti fenomena One Piece, dll. Namun, belum menyentuh akar permasalahan, yaitu keberadaan sistem kapitalisme. Untuk itu, perlu perubahan hakiki yang dipimpin oleh jemaah dakwah Islam ideologis yang melakukan perubahan hakiki dari sistem kufur menuju Islam.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
