Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Mreza Fahlevi

Ketika Takdir Mengubah Rencana: Cerita 3 Tahun di Teknik Kimia Polban

Curhat | 2025-08-13 19:33:08

Jika ada yang bertanya, “Apakah sejak awal saya bercita-cita kuliah di Politeknik Negeri Bandung, apalagi di Teknik Kimia?” Jawabannya tegas: tidak. Sejujurnya, cita-cita saya dulu adalah menjadi seorang polisi atau masuk IPDN. Bahkan, jika pun harus kuliah, saya membayangkan diri saya berada di Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran. Saya sampai tiga kali mencoba mendaftar ke Hukum Unpad. Namun, takdir berkata lain — saya justru diterima di Polban, jurusan Teknik Kimia, pilihan kedua yang sebenarnya tidak pernah saya rencanakan.

sumber : aliansi indonesia damai

Awalnya, semua terasa berat. Rasanya seperti terjebak di jalan yang bukan pilihan hati. Namun, di sisi lain, saya sadar bahwa ini adalah kesempatan yang Tuhan berikan. Saya harus bertanggung jawab dan mencoba menjalaninya. Sayangnya, perjalanan saya dari semester 1 hingga semester 4 justru jauh dari kata ideal. Akademik berantakan, tanggung jawab sebagai mahasiswa terabaikan. Saya bahkan sempat lupa bahwa tujuan saya di sini adalah untuk menyelesaikan kuliah.

Sumber masalahnya ada pada pergaulan saya. Bisa dibilang, pergaulan itu terlalu jauh dari nilai-nilai yang diajarkan orang tua. Lingkungan tersebut membuat saya merasa punya kuasa, merasa terlindungi, dan berpikir bahwa kesuksesan bisa diraih dengan “orang dalam” tanpa harus bersusah payah. Memang benar, realitas di negeri ini kadang seperti itu. Namun, di suatu titik saya mulai berpikir dengan hati: jika saya terus seperti ini, saya tidak punya value. Saya mungkin dihormati, tapi bukan karena kerja keras dan prestasi saya sendiri.

Titik balik itu datang dengan cara yang tidak pernah saya duga. Saya divonis menderita infeksi pada dua organ dalam tubuh. Sakit itu menjadi pengingat keras — atau mungkin teguran dari Tuhan — bahwa saya harus segera berubah. Saya harus meninggalkan pergaulan yang salah, memutus relasi yang menghambat, dan mulai fokus menyelesaikan kuliah saya.

Perubahan nyata mulai saya rasakan ketika memasuki semester 5. Saat itu, saya bertemu dua orang pembimbing tugas akhir yang tidak hanya mengajari saya soal penelitian, tetapi juga membimbing saya dalam hidup. Mereka terus memberi motivasi, mengingatkan saya tentang arti kerja keras, dan menanamkan nilai bahwa perjuangan itu penting. Dukungan mereka menjadi energi baru bagi saya untuk bangkit.

Kini, di semester akhir, saya bisa melihat perjalanan ini dengan perspektif berbeda. Polban dan Teknik Kimia mungkin bukan jalan yang saya pilih di awal, tetapi di sinilah saya belajar arti tanggung jawab, nilai kerja keras, dan pentingnya memilih lingkungan yang sehat. Perjalanan ini mengajarkan bahwa kegagalan, sakit, dan keterpurukan bukanlah akhir — melainkan pintu menuju perubahan.

Saya sadar, perjalanan saya bukanlah yang termudah. Namun, justru di situlah letak keindahannya. Saya belajar bahwa hidup tidak selalu memberi apa yang kita inginkan, tapi selalu memberi apa yang kita butuhkan. Semua rasa sakit, air mata, dan perjuangan ini membentuk saya menjadi pribadi yang lebih kuat.

Jika saya bisa kembali ke masa lalu, saya mungkin akan menepuk bahu diri saya yang dulu dan berkata: “Kamu akan melewati semua ini, dan kamu akan baik-baik saja. Jangan menyerah, karena suatu hari nanti kamu akan bangga pada dirimu sendiri.”

Dan hari itu, saya rasa, sudah mulai tiba.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image