Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nikmah Ridha Batubara, M.Si

Kelaparan di Gaza : Apakah Iman di Hati Kita Masih Membara

Agama | 2025-08-09 11:03:01

Perang di Palestina masih terus berlangsung. Jeritan dan tangisan menggema dari negeri para Nabi. Entah sampai kapan saudara-saudara kita di Palestina akan menderita dengan penderitaan yang semakin parah. Saat ini kita saksikan krisis kelaparan melanda wilayah Gaza dengan level kelaparan yang kronis. Tak mungkin rasanya kita tak tau dengan kondisi mereka di sana, karena berita yang dihadirkan berseliweran di media sosial yang setiap hari kita lihat. Tapi mirisnya, terkadang kita menutup mata dan telinga seolah tak mau tau dan tak mau perduli dengan saudara se-aqidah kita.

Fakta yang memilukan hati, sampai saat ini tercatat 188 orang meninggal dunia karena kelaparan dan 94 diantaranya adalah anak-anak (Antara, Rabu, 06/08/2025). Dan angka itu terus bertambah setiap harinya. Sungguh ini adalah kejahatan yang sangat kejam. Belum lagi korban yang berjatuhan saat harus bertaruh nyawa ketika bertarung menjemput pasokan makanan. Ada yang berhasil mendapatkan sekarung gandum, wajahnya langsung tersenyum membayangkan keluarganya bisa mengisi perut yang kosong berhari-hari. Namun tak sedikit yang harus kehilangan nyawa sebelum mendapatkan makanan. Tak mampu bertahan di tengah panjangnya antrian. Dan yang paling menyayat hati, ada yang harus merasakan sakitnya peluru panas yang menghujam ke tubuh lemahnya saat para zionis mulai beraksi. Penembakan itu dilakukan oleh para tentara zionis Israel terhadap warga sipil dengan dalih ingin menertibkan antrian panjang. Tapi tindakan ini tidaklah bisa diterima. Sungguh, mereka biadab. Bagi mereka nyawa manusia tak ada harganya.

Masih terbayang wajah Amir, Sang bocah kecil yang senyumnya begitu sumringah saat berhasil mendapatkan setengah karung beras dan sisa-sisa kacang yang terserak di tanah. Betapa bahagianya Amir karena perjuangannya berjalan sejauh 12 km untuk mendapatkan makanan akhirnya berbuah manis. Hatinya lembut tanpa kebencian, dia datang menghampiri petugas keamanan dan mencium tangannya. Mengucapkan terima kasih sambil menatap mata sang petugas keamanan dengan rasa terima kasih yang tak terhingga. Namun, senyuman itu tak berlangsung lama, karena tiba-tiba pasukan Israel mulai menembaki warga sipil dengan brutal. Menyemprotkan gas air mata dan menyerang kerumunan warga. Amir lari dengan wajah ketakutan. Dan akhirnya, Amir pun terjatuh dengan makanan dipelukannya. Tak sempat Amir menghilangkan rasa laparnya. Namun Allah SWT sudah menyiapkan hidangan istimewa untuknya di surga. Amir syahid. Bocah kecil berusia 5 tahun itu pun harus menjadi korban kebiadaban zionis laknatullah.

Sampai kapan kita akan terus mendengar berita seperti ini? Berita tentang kebiadaban dan kejahatan yang tak pernah diproses secara hukum oleh dunia internasional. Padahal, sudah sangat nyata mereka adalah penjahat perang. Mereka adalah pelaku genosida gaya baru dengan kekejaman yang tak tergambarkan. Mereka melaparkan rakyat gaza sampai benar-benar sekarat. Mereka membentuk posko bantuan kemanusiaan, membuat pos-pos pendistribusian makanan. Tapi di sisi lain mereka juga menyerang truk-truk yang membawa bahan makanan. Mereka menyandra orang-orang yang ada di kapal kemanusiaan. Mereka memblokade jalan masuknya bantuan. Apakah itu yang dinamakan membantu dan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia? Bahkan saat memberi bantuan pun mereka lakukan dengan cara yang keji. Genosida bertopeng bantuan kemanusian. Ini adalah jebakan maut yang mereka buat dan diakui dunia internasional bahwa mereka telah melakukan kejahatan perang. Namun sampai hari ini, semua hanya mengecam, mengecam dan mengecam tanpa ada tindakan tegas untuk menghentikan semua ini. Ini bukti nyata, bahwa sebenarnya dunia internasional pun tak kuasa dan lemah di hadapan tuannya, Amerika dan Zionis Israel.

Bagaimana dengan para pemimpin negara muslim? Apakah mereka tidak mendengar jeritan dan tangisan anak-anak yang kelaparan? Mereka adalah tetangga terdekat yang seharusnya paling mudah bertindak. Namun, sekat-sekat imajiner nasionalisme yang ditanamkan oleh para penjajah, seolah membatasi gerak mereka. Mereka tak lagi merasakan sakitnya saudara seiman yang sedang dihantam kaum kafir. Mereka diam, bahkan ikut membantu para penjajah. Mereka sudah tercekoki dengan paham sekuler-kapitalis yang menjadi biang kerok kerusakan tatanan kehidupan di dunia ini.

Sungguh, ummat Islam sudah tercerai berai. Kita tak lagi bersatu. Kita dipisahkan secara paksa oleh sekat nasionalisme yang sengaja dibuat oleh kafir barat untuk melemahkan kita. Sadarkah kita wahai ummat Muhammad? Kita tak lagi seperti yang Rasulullah SAW sabdakan dalam hadits-nya : ''Perumpamaan orang-orang yang beriman di dalam saling mencintai, saling menyayangi dan mengasihi adalah seperti satu tubuh, bila ada salah satu anggota tubuh mengaduh kesakitan, maka anggota-anggota tubuh yang lain ikut merasakannya, yaitu dengan tidak bisa tidur dan merasa demam.'' (HR Bukhari dan Muslim). Hari ini, saudara kita sedang sakit parah dan meronta-ronta, dapatkah kita merasakan sakitnya juga? Padahal, rasa itu akan menentukan kadar keimanan kita. Hadits Rasulullah SAW : ''Salah seorang di antara kamu sekalian tidaklah sempurna imannya sebelum ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.'' (HR Bukhari dan Muslim). Lalu, Apa kabar keimanan di hati kita?

Sudah saatnya kita terbangun dari tidur yang panjang. Buka lembaran sejarah. Sadarlah bahwa kita adalah ummat yang satu. Kita adalah ummat yang terhormat, ummat terbaik, ummat pilihan. Allah, menerangkannya dalam Al-Qur’an :

كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِۗ وَلَوْ اٰمَنَ اَهْلُ الْكِتٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْۗ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ وَاَكْثَرُهُمُ الْفٰسِقُوْنَ ۝١١٠

”Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia (selama) kamu menyuruh (berbuat) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Seandainya Ahlulkitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.” (Q.S. Ali Imron : 110)

Islam pernah memimpin dunia, menjadi negara terkuat dan disegani di seluruh dunia. Islam menjadi pusat peradaban terindah dengan kemajuan di berbagai bidang, termasuk militer yang kuat. Kita kuat, karena kita bersatu. Inilah saatnya kita kembali meraih kemenangan kita, mengembalikan marwah kita yang telah direbut oleh kafir barat. Inilah saatnya kita memperjuangkan kembalinya kehidupan Islam. Berjuang dengan cara yang sudah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Berjuang menegakkan khilafah Islamiyah agar hukum Allah bisa terlaksana secara sempurna. Khalifah akan menyatukan seluruh kaum muslimin di dunia. Dengan tegaknya khilafah Islamiyah maka kita akan memiliki junnah (perisai) yang akan melindungi seluruh kaum muslim di dunia. Kemenangan tidak akan diraih hanya dengan menangis dan berdo’a. Tetapi, harus ada aksi nyata untuk menyadarkan ummat, bahwa kita harus bersatu. Dengan tegaknya hukum Allah di bumi ini, tidak akan ada lagi umat Islam yang terdzalimi. Tidak akan ada lagi yang berani menyakiti umat Islam. Kalau bukan sekarang, kapan lagi?

Wallahu a’lam bishawab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image