Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Indri Zuhra

Lowongan Kerja Usia Maksimal 28 Tahun: Ini Lowongan atau Audisi Boyband?

Lowongan | 2025-08-04 15:36:29
Lowongan Kerja Pakai Batas Usia

Pernah nggak sih kamu lagi semangat-semangatnya cari kerja, semua syarat bisa kamu penuhi: skill masuk, pengalaman cocok, bahkan alamat rumah cuma beda dua gang dari kantor.

Tapi pas nyampe di bagian bawah lowongan kerja, muncul satu kalimat sadis yang bikin semangatmu ambyar seketika:

“Usia maksimal 28 tahun.”

Hidup itu keras, tapi dunia kerja lebih kejam. Padahal kamu cuma mau kerja, bukan daftar jadi trainee K-Pop.

"Usia Maksimal 28 Tahun" Adalah Kutukan di Dunia Lowongan

Apakah ini sebuah "momok" yang menakutkan bagi kamu yang belum bekerja dan sudah memasuki usia yang menjadi batas maksimal?

Yuk, mari kita renungkan bersama. Apa sih yang ada di benak Bapak/Ibu HRD saat mengetik syarat usia ini?

  • Mau cari fresh graduate? Ya bisa aja.
  • Mau cari yang belum punya beban hidup? Mungkin.
  • Mau yang bisa disuruh-suruh dan lembur sampe subuh tanpa banyak protes? Nah, ini kayaknya lebih tepat.

Tapi... kok kesannya kayak lagi cari talent show, bukan karyawan?

Logika Kocak Tapi Sering Dipakai: "Yang Muda Lebih Cepat Disuruh-Suruh"

Kita paham kok. Perusahaan pengen orang yang enerjik, gampang diarahkan, nggak baperan, dan bisa diajak kerja cepet.

Tapi tolong ya, jangan karena pengen tenaga kenceng terus jadi anti sama orang di atas 28. Ini kerja, bukan lari estafet.

Emang ini masalah yang bisa menjamin? Usia tak menjamin seseorang "gesit"dalam bekerja, ini tergantu pada masing-masing individu, bener nggak?

Kita ngelamar kerja bukan buat ikut lomba 17-an yang butuh lompat karung sambil bawa sendok isi kelereng.

Sebenarnya, semakin usia matang maka emosional juga semakin stabil, skill yang dimiliki juga semakin "pro", gimana apa kamu setuju?

Kalau Umur Jadi Patokan, Einstein Udah Gagal Interview

Coba bayangin kalau Albert Einstein ngelamar kerja di zaman sekarang dan ketemu syarat "maksimal usia 28 tahun".

  • Recruiter: “Maaf, Pak Einstein, walau Bapak menemukan teori relativitas dan memenangkan Nobel, usia Bapak sudah 30. Kami sedang cari yang lebih muda.”
  • Einstein: “Tapi saya bisa menyelesaikan masalah kompleks dengan pendekatan ilmiah.”
  • Recruiter: “Ya itu sih bagus, tapi bisa ngedit Reels dan TikTok nggak?”

Boom. Gagal.

Kenapa Batasan Umur Itu Problematis?

Serius nih, kita ngobrol sebentar pake kepala dingin. Ada beberapa alasan kenapa batasan umur di lowongan kerja itu sebetulnya kurang etis, bahkan dalam beberapa kasus bisa dikategorikan diskriminatif:

1. Mengabaikan Pengalaman Berharga

Orang usia 30 ke atas biasanya udah punya jam terbang tinggi, pernah gagal, pernah bangkit, dan tahu cara ngadepin klien rese. Tapi semua itu jadi nggak berlaku gara-gara umur? Duh.

2. Bisa Menyalahi Prinsip Kesetaraan

Kalau semua orang cuma dikasih kesempatan sampai umur 28, lalu sisanya mau jadi apa? Petani hidroponik dadakan? Jadi influencer edukasi? Atau jadi konsultan jodoh buat HRD?

3. Memicu Kecemasan Sosial

Banyak anak muda jadi merasa “telat hidup” karena standar dunia kerja yang absurd ini. Umur 29 udah merasa gagal, padahal hidup baru mulai. Dunia kerja harusnya jadi tempat berkembang, bukan jadi ajang lomba siapa yang sukses paling cepat.

Sumber Masalahnya Ada di Mana Sih?

Setelah ditelusuri, ada beberapa sumber kenapa perusahaan masih doyan banget ngasih batasan umur:

1. HRD Main Aman

Kadang HRD nulis usia maksimal biar gampang nyaring CV. Ya, bayangin harus baca ratusan CV tiap hari. Jadi mereka pilih filter paling cepat: umur.

Tapi ini bukan solusi jangka panjang. Malah bisa bikin perusahaan kehilangan kandidat berbakat yang usianya lewat satu atau dua tahun.

2. Budaya Kerja yang Belum Update

Masih banyak perusahaan yang mikir kerja keras = kerja lembur = harus muda = tahan banting. Padahal, kerja cerdas dan efisien itu jauh lebih penting sekarang.

Kerja keras tanpa strategi cuma bikin burnout bareng-bareng.

3. Stigma Terhadap Usia

Yang lebih tua dianggap rewel, susah diajarin, dan suka bawa masalah rumah ke kantor. Stereotip ini salah besar. Banyak orang 30+ yang lebih stabil emosinya, lebih tahu cara komunikasi, dan justru bisa jadi mentor buat anak-anak muda di kantor.

HRD Perlu Upgrade Mindset (Dan Excel-nya Sekalian)

Kita tahu nggak semua HRD begitu. Banyak juga yang udah progresif dan open-minded. Tapi yang masih doyan nulis "maksimal usia 28" ini perlu dikasih tahu: upgrade mindset itu penting, Kak.

Kalau Excel HR-nya aja bisa update dari 2010 ke Office 365, masa cara rekrutmen masih pakai template 2009?

Mitos vs Fakta Soal Karyawan di Atas 28 Tahun

MitosFakta"Karyawan tua susah disuruh"Yang muda juga banyak yang ghosting interview, Kak."Yang lebih tua cepat lelah"Banyak yang maraton kerja 12 jam karena udah biasa."Yang muda lebih paham teknologi"Yang tua juga bisa belajar, asal dikasih kesempatan."Yang lebih tua nggak fleksibel"Justru karena udah banyak pengalaman, mereka lebih siap adaptasi.

Apa Jadinya Dunia Kerja Kalau Semua Punya Batasan Umur?

  • Programmer maksimal 25
  • Desainer maksimal 26
  • Marketing maksimal 27
  • HRD maksimal 28
  • Direktur maksimal 30
  • Satpam? Hanya yang bisa parkour

Kalau begini terus, kita semua umur 31 harus ngapain? Buka usaha martabak mini? Jadi pengamat budaya pop? Atau lamar jadi asisten Dinosaurus di Jurassic Park?

Dunia Kerja Harus Lebih Ramah Umur

Tenang, ini bukan cuma ajakan demo di depan kantor. Tapi kita semua bisa mulai dari langkah kecil:

1. Tulis Lowongan yang Fokus ke Skill

Contoh: “Membutuhkan admin yang detail, paham Excel, dan punya etika kerja tinggi.” Titik. Tanpa embel-embel umur.

2. Training dan Adaptasi Itu Kunci

Kalau takut kandidat nggak update teknologi, kasih pelatihan. Investasi kok, bukan beban.

3. Evaluasi Kinerja Berdasarkan Hasil

Bukan dari usia, bukan dari warna rambut, bukan dari zodiac (kecuali kamu HRD mistis).

Buat Kamu yang Merasa “Kadaluwarsa” Karena Umur

Ingat satu hal penting: umur itu cuma angka, bukan vonis. Kalau kamu merasa dunia kerja nggak adil, kamu nggak sendirian. Banyak yang sedang berjuang seperti kamu.

Tips buat kamu:

  1. Terus belajar – Dunia digital bikin segalanya bisa dipelajari kapan aja.
  2. Bangun portofolio – Skill kamu harus kelihatan.
  3. Networking! – Kadang pekerjaan datang bukan dari loker, tapi dari teman nongkrong.
  4. Pilih perusahaan yang punya visi sama – Jangan buang energi di tempat yang tidak menghargai kamu.

Penutup

Kalau umur terus dijadikan syarat utama, maka banyak orang hebat bakal ke-skip hanya karena “kelewat tanggal.” Dunia kerja seharusnya adil. Yang dinilai adalah:

  • Kemampuan
  • Karakter
  • Komitmen
  • Dan tentu saja, keberanian untuk belajar

Buat HRD yang masih hobi nulis “maksimal usia 28”, tolonglah kami ini mau kerja, bukan mau ikut ajang pemilihan idol!

Referensi:

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image