Jambore Sahabat Anak XXVII: Si Jampang Punya Cerita dan Karya
Event | 2025-07-30 13:45:58
Dalam Jambore Sahabat Anak Nasional XXVII yang mengusung tema “Indonesia Bercerita” Si Jampang turut berpartisipasi dan memeriahkan bersama dengan anak-anak marginal yang lain dari berbagai kota. Si Jampang merupakan sebutan nama tenda dari komunitas Sahabat Anak Cijantung. Nama si Jampang diambil dari nama tokoh dalam cerita rakyat Indonesia, karena kegiatan ini mengangkat cerita rakyat, pengetahuan umum, atau budaya lokal Indonesia.
Kegiatan JSA XXVII melibatkan partisipasi sekitar 560 anak-anak marginal dan 300 kakak pendamping. Anak-anak marginal akan dikelompokkan berdasarkan asal komunitas, terdapat 9 komunitas dari binaan Komunitas Sahabat Anak yang tersebar di Jakarta yaitu, SA Bojong Indah, SA Cijantung, SA Gambir, SA Grogol, SA Kota Tua, SA Manggarai, SA Tanah Abang, SA Rusunawa Cakung Barat, dan Pusat Kegiatan Anak (PKA). Selain itu, terdapat 18 organisasi mitra Sahabat Anak yang berasal dari luar kota Jakarta.
Mereka juga dikenalkan dengan cerita rakyat atau tokoh yang terdapat pada cerita rakyat melalui nama tenda mereka masing-masing, seperti Si Pitung, Toba& Samosir, Malin Kundang, Lutung Kasarung, Serunting si Pahit Lidah, Kabayan, Si Jampang, Ande-ande lumut, Roro Jonggrang, Timun Mas, Keong Mas, Bawang Merah dan Bawang Putih, Putri Mandalika, Situ Bagendit, Si Mirah, dan Dewi Sri.
Kegiatan rutin tahunan JSA yang memasuki ke 27 kali dalam pelaksanaannya, tentu menjadi panggung berharga untuk setiap anak menceritakan kisah hidupnya, menampilkan karya, serta membangun jejaring sahabat lintas komunitas.
Sebelum pelaksanaan Jambore Sahabat Anak XXVII, para adik-adik binaan bersama para kakak pendamping telah menyiapkan karya mereka jauh jauh hari. Sebagaimana terjadi pada Komunitas Sahabat Anak Cijantung, kegiatan Jambore tersebut mendelegasikan 30 adik binaan dan 17 kakak pendamping. Dapat dikatakan mereka mempersiapkan diri, membeli bahan untuk menghias tenda dan latihan untuk tampil di atas panggung, mereka melakukannya di Bimbel Rumah Kemala, Kampung Tengah, Jakarta yang sering digunakan oleh Sahabat Anak Cijantung melakukan aktivitasnya.
Kegiatan JSA XXVII dikemas dengan semangat belajar, bermain, dan berkarya. Mereka akan mendatangi setiap pos workshop atau games untuk belajar, bermain dan berkarya dengan di pandu oleh Tim Acara dan kakak pendamping.
Selama kegiatan Jambore Sahabat Anak XXVII, banyak cerita dari tenda si Jampang, kita mulai dari cerita adik binaan Sahabat Anak Cijantung,
“Pas main game&perayaan hari anak setelah senam adalah kegiatan yang menyenangkan, tebak-tebakan adalah games yang paling seru” ucap Sesi yang merupakan salah satu adik binaan SACI.
Tujuan dari adanya workshop dan games adalah bagian dari mewujudkan hak anak. Jambore Sahabat Anak XXVII sebagai bentuk kepedulian terhadap hak anak. Masih menurut Sesi, ia mengatakan sebelum adanya Jambore ia tidak banyak mengenal tetapi setelah Jambore ia makin banyak tokoh yang ia kenal.
Kemudian, cerita lain datang dari para kakak pendamping,
“Sebelum pelaksanaan Jambore, saya coba lakukan persiapan untuk datang ke kelas belajar dan selama masa persiapan ini saya ikut membersamai adik-adik yang hadir, namun secara personal tidak spesifik satu persatu, lebih secara general, tantangan yang saya hadapi itu tidak ada, tetapi saya mencoba dekat dengan adik adik dan mulai masuk ke dunianya menjadikan tantangan, dan selebihnya mengalir saja. Harapannya menurut saya kegiatan ini dapat terus dijalankan, memberikan manfaat dan ruang belajar dan refleksi diri untuk kakak dan adik, dan semakin banyak kakak dan adik saling memberikan manfaatnya.” Ucap Indah.
“Alhamdulillah, karena aku udah beberapa bulan di SACI terkait pengenalan sama adik-adik udah lebih kenal. Jadi persiapan bonding sama mereka tidak terasa sulit. Untuk persiapan aku menghubungi personal adik dan ibunya terkait kondisi anak. Adik yang aku jaga udah remaja yang menjadi tantangan yaitu menjaga emosi yang mereka rasakan. Ada tantangan lain waktu tengah malam ada adik yang sakit, ada yang nangis, ini pertama kalinya buatku jadi aku harus sigap menomorsatukan adik dan kenyamanan adik, tidak hanya di tengah malam saat sesi games ada adik yang merasa pusing dan sakit tenggorokan, bersyukur panitia tim medis bisa menyediakan kebutuhan yang diperlukan lengkap. Harapannya sesi games mengedepankan perlindungan dan keamanan adik-adik, agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Selain sesi games terdapat sesi Kakak dan Adik yang membahas cita-cita mereka, aku udah pernah ngobrol sama mereka sebelum JSA, sesi itu hanya memperkuat aja, dan pesanku JSA tahun ini benar-benar bermakna, Jambore tempat sumber kebahagiaan buat adik maupun kakak, dan selalu berpegang teguh untuk memenuhi hak-hak anak seperti ini” ucap Ines.
“Setelah saya diberikan penempatan pada wilayah Sahabat Anak Cijantung, hal yang pertama kali saya lakukan adalah datang langsung pada kegiatan pembelajaran di hari minggu untuk berkenalan langsung dengan para kakak-kakak volunteer dan adik-adik di sana agar nantinya kami saling kenal mengenal dan bisa bekerjasama. Kami berfokus untuk persiapan Jambore dimulai dari pembuatan yel-yel, persiapan tenda, dan menentukan tampilan yang akan dibawa oleh adik-adik SACI. Tantangan pertama sebelum ke Jambore ialah mengenal karakter dari adik-adik yang akan didampingi lalu bagaimana kultur mereka agar saya dapat memposisikan nyaman bersama mereka pastinya saat acara berlangsung kami jadi lebih paham dan bisa mengimbangi mereka. Saat acara berlangsung kami disambut oleh kakak-kakak panitia dan sangat excited karena banyak peserta yang hadir. Semoga kedepannya kegiatan ini dapat berjalan konsisten dan dapat lebih banyak dukungan dari berbagai pihak karena kita tahu bahwa anak-anak adalah tunas bangsa dan semua anak punya hak yang sama, pesan untuk adik-adik terus bermimpi setinggi mungkin karena mimpi itu gratis dan berusahalah karena menggapai mimpi tidak hanya cukup dengan doa tetapi juga dengan usaha.” Ucap Anita.
“Kebetulan 50% adik SACI yang ikut Jambore SA tahun ini sudah pernah mengikuti Jambore di tahun sebelumnya. Jadi mereka sudah cukup mempersiapkan apa dan yang perlu diberikan informasi detail yaitu adik yang baru pertama kali ikut. Terkait adik-adik yang saya dampingi kebetulan mereka pernah ikut di tahun sebelumnya, jadi sudah mengenal mereka secara personal. Tantangan yang saya hadapi adalah bagaimana mengatur fokus mereka ketika mengikuti rangkaian kegiatan, terutama mengikuti sesi workshop. Cukup banyak adik-adik yang kelelahan karena berjalan dari pos ke pos berikutnya dalam kondisi terik matahari. Kemudian mereka kadang membuat keusilan ketika baris berbaris, dan melakukan tindakan spontanitas tanpa kakak pendamping. Saat sesi kakak dan adik kami banyak membahas hak-favorit mereka seperti makanan, games, warna kesukaan, dan hobi. Kami juga bercerita tentang cita-cita dan harapan mereka di masa mendatang, salah satu adik yang saya dampingi ia bercita-cita menjadi influencer, sementara satunya lagi ingin menjadi polwan. Harapan saya semoga adik peserta Jambore tahun ini , menyadari penuh bahwa mereka berharga, punya kesempatan yang sama dengan anak-anak yang lain untuk mendapatkan pendidikan dan perlindungan dari orang dewasa. Selain itu, karena tema ini Indonesia Bercerita, saya harap adik-adik memiliki minat yang besar akan literasi, karena cerita dongeng dan legenda di Indonesia sangat banyak, dan saya berharap seluruh cerita rakyat tersebut tidak punah dan terwarisi kembali di generasi mereka.” Ucap Chila.
“Kebetulan saya dalam JSA XXVII hanya mendampingi satu adik, dan ia pernah mengikuti Jambore di tahun sebelumnya. Saya hanya memperhatikan apakah si adik konsentrasi atau serius saat berlatih gerak lagu JSA, dan latihan yel-yel. Untuk adik yang saya dampingi tidak ada persoalan serius karena adik ini patuh dan tidak suka keluyuran. Tantangan yang saya hadapi ketika ada beberapa adik lain yang meminta saya menemani ke toilet di jam mandi karena harus mengantri. Ada adik yang tidak sabar sehingga ada yang menunggu dan ada yang pindah ke toilet yang lain. Saat sesi kakak adik, adik diberi tugas oleh Tim Acara, yaitu mencurahkan harapan adik melalui visual gambar di atas kertas. Adik yang saya dampingi menggambar rumah dan berkata ingin menjadi orang sukses. Setelah mengikuti kegiatan ini harapan saya kegiatan ini dapat diteruskan setiap tahunnya, saya sudah mengikuti ketiga kalinya ikut sebagai kakak pendamping, setiap selesai acara saya selalu menanyakan apakah mereka senang dan semua menjawab mereka senang sambil wajahnya berbinar dan tersenyum. Kata mereka banyak memperoleh pengalaman yang menyenangkan. Ajang Jambore harusnya bisa berdampak bagi psikologis adik-adik SACI. Jambore harus bisa menambah kepercayaan diri mereka, membangun kemandirian, merekatkan persaudaraan, dan menjadi pribadi yang ceria.” Ucap Andro.
Itulah cerita yang hadir selama kegiatan Jambore Sahabat Anak XXVII. Selain itu, mari kita saksikan karya si Jampang, berkat kolaborasi semua pihak, mereka berhasil mencapai nominasi juara hias tenda. Masih membahas si Jampang yang merupakan tokoh cerita rakyat Indonesia. Tenda tersebut dinamakan si Jampang , dengan hiasan bernuansa Betawi, dipenuhi ornamen buatan tangan adik-adik dan sentuhan dari para kakak pendamping, tenda ini mencuri perhatian banyak peserta maupun panitia. Dengan dihiasi kembang kelapa dengan warna warni yang cerah, papan nama Si Jampang dengan ukuran besar, serta boneka maskot si Jampang karya Sahabat Anak Cijantung menjadikan tenda ini terasa hidup dan bercerita. Salah satu adik bernama Apri berperan sebagai maskot si Jampang dengan menggunakan pakaian yang sama dengan si Jampang, ia memimpin kelompok dalam yel-yel dan baris berbaris.
Keberhasilan Si Jampang sebagai pemenang hias tenda terbaik, ternyata ada sosok intelektual dibalik ide maskot dan kreativitas tenda, yaitu adalah Andro sebagai kakak pendamping.
“Tentang hias tenda, konsep dasarnya saya ingin membuat area tenda si Jampang seolah sebagai perguruan silat. Konsep ini saya presentasikan kepada kakak-kakak pendamping. Dimana perguruan silat terdapat bendera dan papan nama yang khas. Karena si Jampang, dekorasi menyesuaikan isi dari cerita tokoh tersebut yaitu khas dengan warna hitam. Saya menggunakan warna hitam sebagai warna bendera dengan tulisan si Jampang warna kuning sebagai kontras, ditulis adik-adik agar mereka berpartisipasi. Karena Si Jampang hidup di masa lalu maka tenda dihias seolah sebuah gua ditumbuhi dedaunan dan akar-akaran yang bergelayutan menggunakan daun karton dan akar dari kertas sampul daun plastik sebagai pelengkap agar nampak ceria dan khas asal Si Jampang maka ditambahkan dekorasi ala-ala Betawi yaitu kembang Mayang atau kembang kelapa kemudian gambar topeng etnik yang diwarnai oleh adik-adik dikerjakan bersama oleh adik-adik sebagai seolah di situ area latihan silat digelar terpal warna hitam sekalian untuk tempat istirahat Kakak pendamping dan adik-adik jadi sebenarnya dalam satu hari tenda dipadukan penampilan kekinian dengan masa lalu.” ucap Andro.
Demikian itu adalah cerita dan karya dari si Jampang yang merupakan tenda dari komunitas Sahabat Anak Cijantung yang terlibat dalam Jambore Sahabat Anak XXVII. Keberhasilan yang sudah diraih kemudian dapat dijadikan sebagai pemantik semangat untuk semua pihak agar terus mempertahankan kepedulian dan konsistensi upaya mewujudkan hak-hak anak khususnya anak Indonesia maka dari itu kami mengajak kepada pembaca agar dapat turut andil baik di komunitas sekitar rumahnya atau ketika pelaksanaan Jambore sahabat anak di tahun mendatang, salam sahabat!
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
