Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Andhika Chandra Kias Chahyadi, S.Pd

JSA XXVII: Ketika Hak Anak Diperjuangkan Lewat Kebahagiaan

Pendidikan dan Literasi | 2025-07-30 02:42:39
Jambore Sahabat Anak XXVII pada tanggal 26-27 Juli 2025 di Bumi Perkemahan Ragunan, Jakarta.

“Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri” – Ki Hadjar Dewantara

Di tengah rimbunnya pepohonan, Jambore Sahabat Anak XXVII kembali membuka ruang aman bagi ratusan anak untuk bermain, belajar, dan berkarya. Kegiatan tersebut adalah bukti nyata kepedulian maupun komitmen bersama dalam memenuhi dan merayakan hak-hak anak.

Berdasarkan sejarahnya, kegiatan Jambore Sahabat Anak sudah ada sejak tahun 1997 yang merupakan bagian dari program Gerakan Sahabat Anak yang hadir untuk menyuarakan hak-hak anak. Menurut Konvensi Hak-hak Anak yang telah diratifikasi Indonesia melalui Keppres No. 36 Tahun 1990 bahwa anak memiliki hak untuk bermain (Pasal 31), mendapatkan pendidikan (Pasal 28), berpartisipasi (Pasal 12), dan tumbuh dalam lingkungan yang aman (Pasal 32-37). Kegiatan Jambore Sahabat Anak XXVII adalah contoh terkini sebagai bentuk dukungan dan implementasi terhadap konvensi tersebut.

Kegiatan Jambore Sahabat Anak dilaksanakan rutin setiap tahun dan memiliki tema yang berbeda setiap tahunnya. Pada tahun 2025 Jambore Sahabat Anak akan dilaksanakan untuk ke-27 kalinya pada tanggal 26-27 Juli 2025. Tema tahun ini adalah Indonesia Bercerita, alasannya Indonesia adalah representasi dari anak-anak Indonesia tanpa memandang suku, agama, status ekonomi, maupun latar belakang pendidikan. Kegiatan Jambore Sahabat Anak XXVII diketuai oleh Sri Hernita Barus yang memimpin ataupun mengkoordinasikan keseluruhan kegiatan.

“Tema tahun ini menyuarakan hak anak dalam pendidikan secara spesifik literasi, pemilihan tema Indonesia Bercerita merupakan kata kerja yang menggambarkan keberanian dan kesukaan akan literasi, dari membaca kemudian memahami apa yang dibaca. Adik-adik diajak untuk berpikir kritis dan berani menceritakan kembali apa yang mereka pahami dan refleksikan dari bacaan mereka secara lisan maupun tulisan.” Ucap Sri Hernita.

Kegiatan Jambore Sahabat Anak XXVII melibatkan partisipasi 560 anak-anak marginal dari berbagai wilayah di Jakarta yang merupakan anak-anak marginal binaan Komunitas Sahabat Anak, kemudian keterwakilan anak anak marginal di wilayah Bekasi, Depok, Bogor, Bandung, Wonosobo, dan Lampung karena memiliki semangat yang sama untuk pemenuhan hak anak-anak marginal.

Selain itu, terdapat 300 relawan berperan sebagai kakak pendamping yang bertugas mendampingi dan mengawasi anak-anak marginal selama kegiatan berlangsung. Kegiatan ini tentunya bisa berjalan atas dukungan dan kerja keras dari tim kepanitiaan dan pengisi acara yang berkolaborasi menyusun jalannya Jambore Sahabat Anak.

Kegiatan Jambore Sahabat Anak XXVII dilaksanakan selama dua hari satu malam. Anak-anak mengawali petualangan dengan yel-yel dilakukan secara bergiliran setiap kelompok tenda dan mereka akan disambut oleh panitia dan pengisi acara. Menurut Sri Hernita Barus selaku Ketua Pelaksana, kegiatan saat hari pertama yaitu satu kakak pendamping akan membersamai dua anak untuk memulai perjalanan petualangan mereka. Mereka memulai dengan petualangan literasi dalam bentuk workshop seputar membaca, bercerita, menulis, dan mendengarkan. Setelah itu dilanjutkan games edukatif, anak bermain sambil melatih fokus dan kerjasama tim. Setelah itu dilanjutkan menghias tenda dan sesi kakak dan adik.

Saat malam harinya terdapat susunan acara panggung hiburan, setiap kelompok tenda berkesempatan untuk menampilkan bakat atau karya mereka dalam bentuk tarian, drama, puisi, nyanyian dan sebagainya. Masih menurut Sri Hernita, saat hari kedua kegiatan dilanjutkan senam pagi, perayaan hari anak nasional, dan games edukatif. Pastinya games di hari kedua tidak kalah seru dengan hari pertama.

Pada kegiatan ini yang merasakan pembelajaran kolektif bukan hanya anak-anak yang belajar tetapi juga para kakak pendamping. Interaksi maupun sosialisasi antargenerasi berjalan secara setara, jadi kakak pendamping bukan sebagai pengatur, melainkan sebagai sahabat bertumbuh dengan berjalan bersama anak-anak marginal .

Tidak hanya bermain, anak-anak marginal juga diajak mengenal nilai-nilai penting seperti empati, kerja sama, sportifitas, kemandirian, kepercayaan diri, keberanian, serta rasa hormat terhadap diri sendiri dan orang lain. Melalui cerita-cerita yang mereka bagi, mereka tidak hanya menjadi pendengar, tetapi juga menjadi penulis kehidupan mereka sendiri, ini bentuk pengakuan bahwa suara anak adalah hal yang penting dan layak diperhitungkan sebagai contoh mereka berani untuk bermimpi menurut versi mereka masing-masing.

Dapat dikatakan Jambore Sahabat Anak XXVII adalah panggungnya anak-anak bebas berekspresi, berkreasi, dan berinteraksi dalam lingkungan yang mengedepankan penghargaan atas martabat dan potensi anak.

“Kemeriahan dan keceriaan Jambore Sahabat Anak XXVII selama 2 hari 1 malam diharapkan tidak berhenti sampai acara selesai karena tujuan utamanya adalah anak-anak menyadari bahwa mereka berharga dan semakin memahami hak dasar mereka dalam memperoleh pendidikan sehingga dapat terus melanjutkan proses pembelajaran dengan bersemangat, berani, dan optimis karena ada sahabat-sahabat yang selalu hadir mendukung mereka.” Ucap Sri Hernita.

Kegiatan Jambore Sahabat Anak XXVII ditutup dengan pembacaan deklarasi janji sahabat dan moment mengharukan ketika adik marginal memberikan tanda apresiasi kepada kakak pendamping yang sudah sepenuh hati menjadi sahabat selama kegiatan berlangsung.

“Pada kesempatan Jambore Sahabat Anak XXVII, salah satu bingkisan untuk mereka adalah buku jurnal yang berisi refleksi dari buku bacaan dan refleksi diri sehingga anak anak dapat secara praktis mengaplikasikan apa yang mereka dapatkan setelah mengikuti kegiatan tersebut. Untuk masyarakat umum, apapun kontribusi kita, sekiranya semangat, senyum, sapa, tawa, gembira dan tangis haru adik-adik memberikan kepada kita keyakinan bahwa usaha sekecil apapun akan berguna bagi mereka. Meyakinkan kepada kita bahwa semakin banyak yang terlibat, semakin besar impact yang bisa diberikan bagi anak-anak marginal. Perubahan tidak harus terlihat selalu besar tetapi yakinlah lewat konsistensi melakukan hal kecil, ada benih-benih yang akan bertumbuh menjadi buah-buah manis dan bisa dirasakan manfaatnya bagi banyak orang, salam sahabat!” ucap Sri Hernita.

Selaras dengan pendapat di atas, semoga setiap anak yang hadir, mereka akan pulang dengan rasa percaya diri yang tumbuh, hati yang gembira, dan harapan yang terus menyala untuk masa depan mereka yang gemilang. Melalui kegiatan ini, kita diingatkan bahwa perlindungan dan pemenuhan hak anak harus dilakukan secara konsisten. Mari kita upayakan secara bersama-sama melalui gerakan kolektif agar terus hadir, mendampingi, dan memberi ruang bagi anak-anak Indonesia untuk bertumbuh, belajar, dan berbahagia.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image