Langkah Nyata Telkom Bikin Guru Nggak Ketinggalan Zaman
Teknologi | 2025-07-27 23:16:36
Kadang, aku suka mikir, gimana ya rasanya jadi guru zaman sekarang? Dulu, cukup bawa papan tulis, kapur, dan semangat. Tapi sekarang? Tantangannya jauh lebih kompleks.
Bukan cuma harus mengajar, tapi juga dituntut paham teknologi, ngerti platform digital, bisa ngulik tools presentasi, bahkan tahu cara kerja AI. Di sisi lain, murid-murid makin kritis dan cepat bosan kalau metode ngajarnya itu-itu aja. Jadi, kalau gurunya nggak ikut upgrade, bisa-bisa kelas jadi kayak podcast tanpa pendengar.
Dan di tengah tantangan itu, aku ngelihat ada satu hal yang bikin hati sedikit lega: hadirnya Indonesia Digital Learning (IDL) 2025 dari Telkom. Jujur, pas pertama denger soal IDL 2025 ini, aku langsung mikir: Wah, akhirnya ada dukungan konkret buat guru-guru kita!
Acara ini digelar Telkom Regional II dengan melibatkan 100 guru dari Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan. Temanya pun keren banget: “Guru Jabar Jago Digital” dan ini bukan cuma tagline kosong.
Aku membayangkan para guru yang mungkin awalnya grogi pegang laptop, sekarang malah belajar cara pakai AI buat bikin kelas lebih menarik. Dari yang sebelumnya ngandelin buku cetak, sekarang udah ngerti cara bikin materi visual interaktif, atau bahkan bikin quiz pakai teknologi.
Bayangin kalau pelatihan semacam ini bisa terus merata ke seluruh Indonesia. Nggak kebayang betapa canggih dan siapnya generasi masa depan kita nanti.
Kalau Guru Upgrade, Murid Pasti Dapet Dampaknya
Buat aku pribadi, digitalisasi pendidikan itu bukan tentang seberapa keren alatnya, tapi seberapa kreatif pemanfaatannya. Dan kuncinya ada di guru.
Kalau gurunya melek digital, ngerti cara ngajarin secara kreatif, murid pasti ikut terdorong buat eksplorasi. Bukan cuma nunggu dikasih, tapi aktif nyari tahu. Dan ini penting banget, apalagi di era di mana informasi berlimpah tapi skill menyaring informasi masih minim.
Apa yang dilakukan Telkom lewat IDL ini menurutku langkah yang keren banget. Bukan cuma kasih pelatihan, tapi juga ngasih akses buat guru dapet sertifikasi digital resmi dari BNSP. Artinya, mereka diakui secara profesional, bukan cuma sekadar ikut-ikutan tren.
Telkom Tahu Cara Menjawab Tantangan Pendidikan Masa Kini
Aku cukup sering lihat perusahaan besar yang support pendidikan, tapi nggak semuanya benar-benar ngerti akar masalahnya. Telkom beda.Mereka nggak cuma nyodorin solusi digital, tapi juga bantu build capacity para pendidik.Dikasih ilmunya, alatnya, sampai pengakuannya dalam bentuk sertifikasi.
Dan yang aku suka, semua ini dilakukan bukan cuma di kota besar, tapi juga menyasar daerah-daerah yang justru butuh percepatan digital.
Aku percaya banget, kalau digitalisasi pendidikan ini mau berhasil, ya harus dimulai dari para gurunya dulu. Karena merekalah garda terdepan dalam mencetak generasi yang melek teknologi dan tetap punya hati.
Mimpi Pendidikan Digital Indonesia, Pelan Tapi Pasti
IDL 2025 ini menurutku bukan cuma agenda tahunan biasa. Ini bagian dari proses panjang buat membangun ekosistem pendidikan yang adaptif dan relevan. Telkom udah kasih contoh konkret gimana kolaborasi antara dunia industri dan pendidikan bisa saling dorong dan saling jaga.
Karena pendidikan bukan urusan satu pihak aja. Dan digitalisasi nggak bisa dikerjain sendirian.
Yang aku harapkan, makin banyak program kayak gini. Bukan cuma dari Telkom, tapi dari berbagai pihak. Biar guru nggak merasa jalan sendiri, dan murid bisa tumbuh dengan semangat belajar yang sesuai zaman.
Semoga langkah baik ini terus berlanjut. Karena dari guru yang paham digital, akan lahir generasi yang nggak cuma pintar, tapi juga siap menghadapi dunia yang terus berubah.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
