Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image kurnia amelia

Mengajar dengan Cara Kreatif di Era AI: Antara Teknologi, Imajinasi, dan Harapan

Eduaksi | 2025-07-27 21:17:21
Dokpri

Dulu, guru adalah satu-satunya sumber ilmu. Kita duduk, dengar, dan mencatat. Sekarang? Dunia sudah berubah. Anak-anak lahir dengan jempol yang lincah scrolling layar, bukan sekadar membalik halaman buku. Dan disinilah tantangan (juga peluang) dunia pendidikan di Indonesia: bagaimana membuat proses belajar jadi relevan, menyenangkan, dan tetap bermakna dengan bantuan teknologi dan kecerdasan buatan.

Bukan, ini bukan cerita tentang mengganti guru dengan robot. Tapi tentang bagaimana guru bisa menjadi lebih hebat, lebih kreatif, dan lebih dekat dengan muridnya justru dengan memanfaatkan teknologi dan AI sebagai teman seperjuangan.

Bayangkan kelas yang nggak lagi kaku. Di mana anak-anak bisa belajar sejarah lewat game interaktif, atau memahami konsep matematika lewat animasi lucu. Di mana tugas menulis esai dibantu AI sebagai editor mini, yang bisa kasih saran tanpa menghakimi. Serius, siapa yang nggak semangat belajar kalau caranya seperti itu?

Peran Guru di Era AI

✅ Bukan lagi satu-satunya sumber ilmu✅ Tapi jadi mentor, pembimbing, dan inspirator✅ Menjembatani anak dengan teknologi

Beberapa sekolah di Indonesia sudah mulai mencoba. Ada yang pakai aplikasi Augmented Reality untuk pelajaran sains, ada juga yang bikin kuis interaktif lewat platform seperti Kahoot atau Quizizz. Bahkan ada guru-guru keren yang bikin konten edukasi di TikTok singkat, seru, dan langsung nyantol di kepala.

AI juga bisa bantu mengenali kebutuhan belajar siswa. Misalnya, kalau seorang anak terlihat kesulitan memahami materi tertentu, sistem bisa memberi rekomendasi latihan tambahan. Atau bahkan memberi tahu guru: “Eh, si Budi kayaknya butuh bantuan nih.”

Tapi, Nggak Semua tentang Teknologi

Tentu, kita nggak bisa tutup mata tidak semua daerah di Indonesia punya akses internet stabil, apalagi perangkat teknologi yang memadai. Di sinilah kreativitas guru diuji. Karena creative teaching bukan soal canggihnya alat, tapi bagaimana menyampaikan ilmu dengan cara yang menyentuh hati dan bikin anak ingin tahu lebih jauh.

Tanpa AI, tanpa internet. Tapi hasilnya? Anak-anak semangat dan nggak sabar datang ke sekolah. Teknologi memang penting, tapi rasa cinta dalam mengajar itu yang bikin ilmu nempel lama di hati murid.

Dengan semua informasi yang bisa diakses lewat internet dan AI, peran guru memang berubah. Bukan lagi sebagai satu-satunya sumber pengetahuan, tapi sebagai navigator. Penunjuk arah. Yang membantu anak-anak memilah mana informasi yang benar, mana yang menyesatkan.

Dan AI? Dia hanya alat. Sekeren-kerennya teknologi, dia tetap butuh manusia di baliknya yang punya empati dan intuisi. Yang bisa membaca bahasa tubuh anak yang sedang patah semangat. Yang tahu kapan harus menghibur, kapan harus menantang.

Menuju Pendidikan yang Lebih Manusiawi

Creative teaching dengan teknologi dan AI bukan berarti membuat sekolah jadi seperti laboratorium futuristik. Tapi tentang bagaimana membuat pembelajaran jadi lebih manusiawi: sesuai minat, kecepatan belajar, dan kondisi masing-masing siswa. Tentang memanusiakan proses belajar.

Bayangkan, anak-anak belajar dengan senyum. Guru-guru semangat karena punya banyak alat bantu. Orangtua ikut terlibat karena bisa memantau perkembangan lewat platform daring. Semua saling terhubung. Bukan sempurna, tapi saling menguatkan.

Pendidikan Indonesia punya jalan panjang, tapi juga potensi besar. Teknologi dan AI bisa jadi katalisator. Tapi pada akhirnya, yang paling penting tetap manusia: guru-guru yang mau belajar hal baru, murid-murid yang terus penasaran, dan sistem yang mendukung keberanian untuk berinovasi.

Berbicara mengenai Creative Teaching, pada tanggal 25 Juli 2025 - PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk kembali menyelenggarakan Indonesia Digital Learning (IDL) di tahun ke-13 ini di Cirebon, Jawa Barat. Kegiatan IDL 2025 dikemas dalam bentuk pelatihan Digital Deep Learning & Creative Teaching dengan Pemanfaatan Teknologi dan AI, yang bertujuan untuk mendukung penguatan kapasitas pendidik dalam mengimplementasikan pembelajaran berbasis teknologi secara kreatif.

Pelatihan yang mengusung tema "Guru Jabar Jago Digital" ini diikuti oleh 100 guru dari wilayah Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan. Kegiatan ini menjadi bukti nyata kolaborasi antara dunia pendidikan, pemerintah daerah, dan industri dalam mendorong terciptanya pembelajaran yang inovatif, inklusif, dan berorientasi masa depan yang berkelanjutan.

Mengajar kreatif dengan teknologi bukan hanya soal tools, tapi mindset. Siap mencoba hal baru, berani salah, lalu belajar dari sana. Karena di era AI ini, justru yang paling dibutuhkan adalah sentuhan manusia. Yang tak tergantikan oleh mesin: empati, kreativitas, dan cinta belajar seumur hidup.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image