Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Lidya Fitrian

Dari Kapur Warna ke AI : Transformasi Creative Teaching di Ruang Kelas

Teknologi | 2025-07-27 13:24:17

Masih ingat suasana kelas saat guru menulis di papan tulis dengan kapur? Tulisan judul biasanya dibuat pakai kapur merah, poin-poin penting pakai biru atau hijau. Warna-warni kapur itu bukan sekadar hiasan, tapi cara guru untuk membuat pelajaran terasa hidup dan menarik. Suasana belajar pun jadi lebih menyenangkan karena papan tulis tidak hanya hitam putih.

Tapi di balik warna-warni itu, ada satu hal yang sering dilupakan: debu dari kapur yang mengepul setiap kali papan dihapus. Debunya melayang-layang di udara, menempel di tangan, di baju, bahkan bikin sebagian guru dan siswa batuk atau bersin. Itulah kenyataan sehari-hari di ruang kelas dulu. Kadang, debunya begitu banyak sampai papan tulis seperti dilapisi kabut tipis, membuat tulisan tak lagi terbaca jelas.

Waktu berlalu, kapur digantikan oleh spidol dan whiteboard. Kemudian hadir laptop, proyektor, dan internet. Kini, dunia pendidikan melangkah lebih jauh lagi masuk ke era digital, di mana teknologi dan kecerdasan buatan (AI) menjadi bagian dari proses belajar-mengajar. Dan perubahan ini tidak bisa dihindari. Guru yang dulu bertumpu pada buku cetak, kini harus siap berselancar di dunia digital.

IDL 2025: Mendorong Guru Jabar Jago Digital

Untuk mendukung para guru beradaptasi dengan perkembangan ini, Telkom Regional II menyelenggarakan Indonesia Digital Learning (IDL) 2025 di Cirebon. Pelatihan ini mengangkat tema “Guru Jabar Jago Digital” dan diikuti oleh 100 guru dari wilayah Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan.

Fokus utamanya adalah bagaimana guru bisa memanfaatkan teknologi dan AI secara kreatif dalam proses pembelajaran. Pelatihan ini tidak hanya bicara soal cara menggunakan teknologi, tapi juga bagaimana teknologi bisa membuat proses belajar menjadi lebih menyenangkan, bermakna, dan relevan dengan zaman.

Bayangkan, guru-guru yang dulunya menulis di papan dengan kapur kini belajar membuat materi digital, merancang kuis interaktif, hingga mengeksplorasi tools berbasis AI. Dari ruang kelas penuh debu kapur, mereka kini masuk ke dunia yang serba digital, namun tetap dengan semangat yang sama: ingin membuat siswa tertarik belajar.

Tak hanya itu, pelatihan ini juga membuka ruang bagi para guru untuk saling bertukar pengalaman, ide, dan strategi mengajar yang segar. Proses belajar jadi lebih dinamis dan kolaboratif, seolah-olah energi baru sedang tumbuh di dunia pendidikan.

Belajar Tak Lagi Satu Arah

Salah satu yang ditekankan dalam pelatihan ini adalah konsep deep learning, yaitu pendekatan belajar yang menekankan pemahaman mendalam, bukan sekadar menghafal. Teknologi hadir untuk mendukung itu. Dengan bantuan alat-alat digital, guru bisa menyusun materi sesuai kebutuhan siswa, membuat simulasi, bahkan memberi feedback secara real-time.

Pendekatan ini membuat pembelajaran tak lagi satu arah. Siswa tak hanya duduk dan mendengarkan, tapi juga aktif mencoba, mengeksplorasi, dan berkolaborasi. Guru berperan sebagai fasilitator yang mendampingi, bukan hanya sebagai penyampai materi.

Metode ini bisa membuat siswa lebih mudah memahami konsep, karena pembelajaran berbasis teknologi sering kali bersifat visual, interaktif, dan bisa dipelajari ulang kapan saja. Guru pun lebih leluasa menyusun strategi belajar yang disesuaikan dengan karakter masing-masing siswa.

Kolaborasi Jadi Kunci

Apa yang dilakukan Telkom melalui IDL ini tidak berdiri sendiri. Ada dukungan dari pemerintah daerah dan dinas pendidikan, yang menunjukkan bahwa transformasi digital di sektor pendidikan adalah kerja bersama. Teknologi tak akan berguna jika tak dipadukan dengan sentuhan manusia. Dan guru tak akan maksimal berkembang jika tak diberi ruang untuk belajar.

Kolaborasi seperti ini adalah contoh nyata bahwa pendidikan adalah tanggung jawab banyak pihak. Ketika guru diberi kesempatan untuk berkembang, maka siswa pun ikut tumbuh bersama mereka. Bahkan masyarakat sekitar pun merasakan dampaknya, karena pendidikan yang kuat akan menciptakan generasi yang lebih siap menghadapi tantangan masa depan.

Komitmen yang Konsisten

Program IDL bukan hal baru. Telkom sudah menggelarnya selama 13 tahun. Dari tahun ke tahun, IDL terus beradaptasi dengan kebutuhan zaman, menyesuaikan dengan tantangan yang dihadapi guru di lapangan.

Yang menarik, IDL 2025 juga memberikan kesempatan bagi para guru untuk mendapatkan sertifikasi teknologi digital dari BNSP. Ini menjadi modal penting, bukan hanya untuk pengakuan profesional, tetapi juga untuk mendorong rasa percaya diri guru dalam menghadapi dunia yang makin digital.

Komitmen seperti ini menunjukkan bahwa transformasi pendidikan digital bukan hanya soal fasilitas, tapi juga soal membangun kapasitas dan semangat para pengajar. Ketika guru terus belajar, maka siswa pun tak akan pernah berhenti ingin tahu.

Masa Depan Pendidikan Ada di Tangan Guru

Kita tidak tahu teknologi seperti apa yang akan muncul lima atau sepuluh tahun ke depan. Tapi satu hal pasti: peran guru tetap penting. Teknologi bisa membantu, tapi tetap dibutuhkan sentuhan manusia untuk membimbing, mengarahkan, dan membentuk karakter.

Guru yang dulu harus kreatif dengan kapur warna-warni, kini belajar untuk kreatif dengan teknologi. Dan itu bukan perubahan kecil. Itu adalah lompatan besar yang menunjukkan bahwa guru Indonesia siap tumbuh dan berkembang.

IDL 2025 bukan akhir, tapi langkah lanjutan dari perjalanan panjang menuju pendidikan yang lebih relevan, adaptif, dan manusiawi. Karena pada akhirnya, tak peduli secanggih apa teknologinya, masa depan pendidikan tetap dimulai dari ruang kelas, dan dari semangat seorang guru.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image