Gaza Makin Menderita, Penyadaran Umat Harus Segera!
Agama | 2025-07-26 21:21:23Hingga sekarang Gaza masih terus menjadi sasaran genosida dengan cara yang makin mengerikan. Krisis kemanusiaan di Gaza semakin memburuk dalam beberapa minggu terakhir. Lebih dari 88% wilayah Gaza kini masuk dalam zona militer atau perintah pengungsian. Anak-anak dan ibu hamil mengalami kekurangan gizi berat, dengan kasus malnutrisi pada anak di bawah lima tahun meningkat tiga kali lipat hanya dalam dua minggu terakhir. Laporan dari UNICEF dan Médecins Sans Frontières (MSF) memperingatkan bahwa banyak anak-anak kini hidup dalam ancaman kelaparan, minim air bersih, dan tidak mendapat layanan kesehatan memadai.
Hingga akhir Juli 2025, jumlah korban jiwa di Gaza dilaporkan telah melebihi 59.700 orang, termasuk ribuan anak-anak. Kementerian Kesehatan Gaza mencatat bahwa sejak konflik kembali memanas pada Maret lalu, lebih dari 8.300 orang tewas dan lebih dari 31.000 luka-luka. Bahkan sejak Mei, lebih dari seribu orang tewas saat mencoba mengakses bantuan pangan, menunjukkan betapa berbahayanya situasi kemanusiaan saat ini.
Bahkan, banyak pihak meyakini bahwa Gaza kini dijadikan sebagai ladang uji coba senjata oleh rezim Zionis. Berbagai laporan dan pengakuan saksi di lapangan menunjukkan adanya penggunaan senjata eksperimental yang meninggalkan luka bakar tidak biasa, serta kerusakan dahsyat yang tidak sebanding dengan ledakan konvensional. Hal ini memperkuat dugaan bahwa Israel memanfaatkan konflik ini untuk menguji efektivitas senjata baru terhadap populasi sipil, tanpa memperhatikan hukum humaniter internasional. Kekejaman tidak berhenti sampai di situ—taktik yang diterapkan oleh pasukan Zionis bahkan semakin tidak manusiawi, termasuk dengan menahan masuknya bantuan makanan, air bersih, dan obat-obatan ke Gaza. Tindakan ini sengaja dilakukan untuk membuat warga sipil, khususnya anak-anak dan perempuan, kelaparan secara perlahan hingga akhirnya meninggal dunia dalam kondisi menyedihkan.
Selain itu, cara lain yang digunakan untuk menekan dan melemahkan semangat hidup masyarakat Gaza adalah dengan menetapkan titik distribusi bantuan secara sepihak, lalu menyerang titik-titik tersebut saat warga berkumpul untuk mendapatkan makanan dan pertolongan. Serangan terhadap kerumunan orang yang sedang antre bantuan sudah terjadi berulang kali, menyebabkan ratusan korban jiwa hanya dalam satu insiden. Strategi semacam ini menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan bukan semata operasi militer, melainkan bagian dari upaya sistematis untuk menghabisi satu kelompok masyarakat—sebuah pola genosida yang terencana. Dunia internasional pun semakin menyuarakan kekhawatiran atas pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia yang terus terjadi di Gaza, namun hingga kini, penderitaan rakyat Palestina masih belum menemukan jalan keluar.
Dunia menyaksikan penderitaan yang begitu tragis, namun hanya sedikit tindakan tegas yang benar-benar diambil. Yang lebih memilukan, justru di tengah kepungan kekejaman ini, sebagian pemimpin negara-negara muslim tidak menunjukkan keberpihakan nyata terhadap Palestina. Mereka tidak menggerakkan kekuatan untuk menghentikan penjajahan atau mengusir Zionis dari tanah suci itu, melainkan memilih jalur diplomatik yang menjurus pada normalisasi hubungan dengan Israel.
Alih-alih berdiri bersama saudara seiman yang ditindas, sejumlah pemimpin muslim malah tampak bergandengan tangan dengan mesra bersama rezim penjajah. Mereka menjalin kerja sama ekonomi, membuka hubungan diplomatik, dan bahkan melakukan kunjungan resmi ke tanah yang masih digenangi darah rakyat Palestina. Sikap ini membuat banyak umat Islam di seluruh dunia merasa dikhianati. Para pemimpin tersebut bukan hanya diam dalam menghadapi kezaliman, tetapi juga berperan dalam menormalkan kekejian yang dilakukan terhadap warga Gaza.
Banyak pengamat internasional, organisasi hak asasi manusia, hingga tokoh-tokoh dunia telah melontarkan kritik keras terhadap tindakan brutal Zionis di Gaza. Mereka menyebut tindakan Israel sebagai pelanggaran berat terhadap hukum humaniter internasional, bahkan tak sedikit yang secara terang-terangan menyebutnya sebagai genosida. Laporan demi laporan dikeluarkan, resolusi-resolusi diajukan, dan kecaman-kecaman keras terus disuarakan di berbagai forum dunia. Namun sayangnya, semua itu nyaris berhenti pada kata-kata. Kritik-kritik tersebut tidak disertai dengan langkah konkret atau solusi nyata untuk menghentikan penderitaan rakyat Gaza.
Jadi umat Islam harus terus membangun dan menyuarakan narasi bahwa solusi hakiki bagi pembebasan Palestina bukan sekadar diplomasi atau kecaman, melainkan melalui jihad fi sabilillah dan tegaknya khilafah sebagai institusi politik yang mampu melindungi dan membela kaum Muslim di seluruh dunia. Setiap Muslim yang telah memahami akar persoalan ini—bahwa penjajahan atas tanah suci adalah buah dari ketiadaan kekuatan politik umat Islam—memiliki tanggung jawab untuk menyadarkan saudara Muslim lainnya agar tidak tertipu oleh solusi-solusi semu. Dengan membangun kesadaran kolektif dan memperkuat solidaritas berdasarkan akidah Islam, gerakan ini akan menjadi pijakan kuat untuk mengembalikan kejayaan umat dan membebaskan Palestina dari cengkeraman penjajahan secara total, bukan hanya sebagai wacana, tetapi sebagai realitas yang diperjuangkan bersama.
Terbentuknya kesadaran umum pada mayoritas umat akan menjadi kekuatan besar yang mendorong mereka untuk terus berjuang di jalan dakwah sesuai dengan thariqah (metode) yang dicontohkan Rasulullah ﷺ. Hanya dengan mengikuti langkah-langkah perjuangan yang dicontohkan beliau, umat Islam akan benar-benar sampai pada kemenangan hakiki yang diridhai Allah. Oleh karena itu, sangat penting untuk terus mengingatkan umat agar menjauhi jalan-jalan perjuangan yang menyimpang dari metode Rasulullah, seperti people power yang bersifat instan maupun jalur demokrasi dan parlemen yang justru menjerumuskan umat dalam sistem kufur. Sebaliknya, umat harus tetap istiqamah dalam dakwah ideologis yang bertujuan menegakkan syariat Islam secara kaffah dalam naungan khilafah, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad ﷺ dan para sahabatnya.
Para pengemban dakwah harus senantiasa istiqamah dan waspada terhadap berbagai ancaman yang dapat melemahkan atau menggagalkan perjuangan mereka, baik itu berupa bahaya kelas seperti tekanan ekonomi, sosial, dan politik, maupun bahaya ideologis berupa pemikiran-pemikiran asing yang bertentangan dengan Islam. Bahaya kelas bisa membuat para dai tergoda untuk mencari jalan aman atau kompromi dengan penguasa zalim, sementara bahaya ideologi dapat mengaburkan pemahaman umat dan mengalihkan mereka dari metode perjuangan yang benar. Kedua jenis bahaya ini harus diwaspadai secara serius karena keduanya memiliki potensi besar untuk memalingkan umat dari thariqah dakwah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, yakni jalan yang telah terbukti membawa perubahan hakiki dan meraih kemenangan Islam yang sejati.
Mereka harus meyakini sepenuhnya bahwa hanya dengan menempuh thariqah dakwah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam—bukan jalan-jalan lain yang pragmatis dan kompromistis—umat Islam akan meraih kemenangan yang hakiki. Keyakinan ini menjadi fondasi penting bagi para pengemban dakwah agar tidak goyah atau terpengaruh oleh tekanan, intimidasi, maupun godaan duniawi. Thariqah inilah yang akan menghantarkan umat kepada tegaknya kembali kehidupan Islam secara kaffah dalam naungan khilafah, serta menjadi kekuatan riil yang mampu membebaskan Palestina dan mengusir penjajah Yahudi dari bumi yang diberkahi. Maka, dengan semangat dan keyakinan yang lurus, perjuangan harus terus dilanjutkan hingga kemenangan Islam benar-benar terwujud atas izin Allah SWT.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
