Kesadaran Kesehatan Mental Meningkat: Curhat, Healing, dan Terapi Jadi Bagian dari Gaya Hidup Sehari-hari
Gaya Hidup | 2025-07-25 15:12:55
Kesehatan mental kini bukan lagi topik yang hanya dibicarakan saat krisis datang. Di tengah ritme hidup yang semakin cepat dan tekanan sosial yang tak kunjung usai, banyak orang termasuk mahasiswa mulai sadar pentingnya menjaga kondisi psikologis mereka.
Istilah-istilah seperti burnout, overthinking, hingga inner child kini tak asing terdengar dalam obrolan sehari-hari. Aktivitas seperti journaling, meditasi, hingga konseling online perlahan menjadi bagian dari gaya hidup yang dianggap wajar dan bahkan penting.
Selvia Devanov Soucy, mahasiswi jurusan Komunikasi di LSPR Jakarta, mengungkapkan bahwa kesadaran mental health di lingkungan sekitarnya semakin terasa dalam dua tahun terakhir. “Dulu ngobrol soal cemas atau stres itu kayaknya aneh, sekarang malah jadi hal yang sering dibahas bareng teman,” ujarnya saat ditemui usai sesi workshop kampus bertema self-love, Jumat (25/7/2025).
Menurut Selvia, semakin banyak mahasiswa yang mulai terbuka tentang pengalaman mereka menghadapi tekanan akademik, sosial, hingga keluarga. Tak sedikit pula yang memutuskan menjalani terapi atau menggunakan layanan konseling daring karena merasa lebih nyaman berbicara dengan profesional.
“Buat aku pribadi, journaling dan sesi konseling online cukup ngebantu. Enggak harus nunggu parah dulu baru minta bantuan,” tambah Selvi.
Fenomena ini turut didukung oleh kampus-kampus yang mulai menghadirkan ruang diskusi seputar kesehatan mental, misalnya, berbagai kegiatan seperti seminar, mental health campaign, hingga peer support session menjadi wadah bagi mahasiswa untuk saling mendengarkan dan belajar mengenali diri sendiri.
Media sosial pun ikut berperan besar. Banyak konten bertema self-care, coping mechanism, hingga affirmations harian bermunculan di Instagram dan TikTok. Konten-konten ini tak hanya mengedukasi, tapi juga menciptakan rasa koneksi bahwa “kita gak sendiri”.
Saat ini, menjaga kesehatan mental bukan lagi dianggap lemah atau aneh. Justru, langkah-langkah kecil seperti istirahat sejenak dari layar, curhat ke orang yang dipercaya, atau sekadar bilang “aku capek” menjadi bentuk keberanian untuk jujur pada diri sendiri.
“Sekarang orang-orang makin sadar kalau waras itu penting, dan itu butuh usaha juga kayak tubuh, jiwa juga butuh dirawat,” tutup Selvia.
Kesadaran ini jadi sinyal baik bahwa masyarakat mulai bergerak ke arah yang lebih peduli dan suportif. Kesehatan mental bukan soal gengsi atau pencitraan, tapi tentang menjaga diri tetap utuh di tengah hiruk-pikuk dunia yang tak pernah diam.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
