Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ismail Suardi Wekke

Baubau: Jejak Maritim, Peradaban Benteng, dan Masa Depan Bahari di Jantung Sulawesi Tenggara

Sejarah | 2025-07-24 20:30:46
Baubau (Photo Republika)

Di penghujung jazirah tenggara Pulau Sulawesi, terhampar sebuah kota yang menyimpan jejak panjang peradaban maritim dan kejayaan masa lalu: Kota Baubau. Lebih dari sekadar kota pelabuhan, Baubau adalah simpul sejarah yang menghubungkan masa lalu dengan ambisi masa depan, sebuah titik temu budaya dan alam yang menawan di tepian Laut Banda.

Sebagai bekas ibu kota Kesultanan Buton, Baubau memiliki warisan tak ternilai yang terukir dalam setiap sudutnya. Namun, yang paling menonjol dan menjadi ikon kota ini adalah Benteng Keraton Buton. Bukan sekadar tembok kokoh, benteng ini adalah saksi bisu kejayaan sebuah kerajaan maritim yang pernah merajai perairan Nusantara bagian timur.

Megahnya Benteng Keraton Buton: Mahakarya Arsitektur Tak Bertuan

Benteng Keraton Buton, dengan luas sekitar 22 hektare, digadang-gadang sebagai salah satu benteng terluas di dunia. Yang menarik, benteng ini dibangun tanpa menggunakan semen atau perekat modern lainnya. Hanya disusun dari batu-batu alam yang dipadukan dengan teknik konstruksi tradisional yang presisi, menjadikannya sebuah mahakarya arsitektur yang menakjubkan. Para peneliti dan sejarawan masih terkagum-kagum bagaimana masyarakat Buton di masa lampau mampu membangun struktur sebesar dan sekokoh ini.

Benteng ini tidak hanya berfungsi sebagai pertahanan, melainkan juga sebagai pusat pemerintahan, kebudayaan, dan kegiatan spiritual kesultanan. Di dalamnya terdapat berbagai peninggalan bersejarah seperti Masjid Agung Kesultanan Buton, Makam Raja dan Sultan Buton, serta Balai Kedaton. Kompleks benteng ini seolah menjadi kapsul waktu yang mengantarkan kita kembali ke era dimana armada-armada kapal Buton hilir mudik mengarungi samudra, membawa rempah dan peradaban.

Peran Benteng Keraton Buton sebagai jantung pertahanan dan pusat peradaban tak lepas dari posisi strategis Buton di jalur perdagangan rempah-rempah. Kesultanan Buton dikenal sebagai salah satu kekuatan maritim yang disegani, mampu mengendalikan jalur pelayaran penting dan menjalin hubungan dagang dengan berbagai kerajaan di Nusantara hingga mancanegara. Keberadaan benteng ini adalah bukti nyata kemampuan adaptasi dan inovasi masyarakat Buton dalam menghadapi tantangan zaman.

Warisan Maritim dan Kehidupan Pesisir

Sejarah Baubau tidak bisa dilepaskan dari laut. Sebagai kota pesisir, kehidupan masyarakat Baubau sangat erat dengan aktivitas bahari. Nelayan tradisional dengan perahu-perahu kecilnya masih menjadi pemandangan sehari-hari di Teluk Baubau. Pasar-pasar tradisional pun ramai dengan hasil laut segar yang menjadi penopang ekonomi lokal.

Potensi kelautan Baubau sangat besar, mulai dari perikanan, budidaya rumput laut, hingga pariwisata bahari. Keindahan bawah lautnya, dengan terumbu karang yang masih terjaga dan keanekaragaman biota laut, mulai menarik perhatian para penyelam dan penggemar snorkeling. Pulau Kadatua, dengan pantai berpasir putih dan air jernihnya, menjadi salah satu destinasi yang menjanjikan.

Namun, potensi ini juga membawa tantangan. Isu-isu lingkungan seperti sampah plastik dan penangkapan ikan yang tidak bertanggung jawab menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah dan masyarakat setempat. Upaya edukasi dan konservasi menjadi krusial untuk menjaga kelestarian ekosistem bahari yang menjadi urat nadi kehidupan Baubau.

Baubau di Era Modern: Kota Multikultural dan Pusat Pertumbuhan Baru

Memasuki era modern, Baubau terus berbenah diri. Sebagai kota otonom, Baubau kini menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dan pendidikan di wilayah selatan Sulawesi Tenggara. Berbagai sektor berkembang, mulai dari perdagangan, jasa, hingga pariwisata. Infrastruktur kota terus ditingkatkan, mencerminkan ambisi Baubau untuk menjadi kota metropolitan yang modern namun tetap mempertahankan kearifan lokalnya.

Keberagaman suku bangsa dan budaya menjadi ciri khas Baubau. Selain mayoritas suku Buton, kota ini juga dihuni oleh suku Wolio, Muna, Bugis, Jawa, dan berbagai suku lainnya, menciptakan mozaik sosial yang harmonis. Keberadaan Universitas Dayanu Ikhsanuddin dan beberapa perguruan tinggi lainnya menjadikan Baubau sebagai pusat pendidikan yang menarik minat pelajar dari berbagai daerah.

Pemerintah Kota Baubau saat ini fokus pada pengembangan potensi pariwisata sebagai salah satu lokomotif ekonomi. Selain Benteng Keraton Buton, beberapa objek wisata lain yang sedang dikembangkan antara lain Pantai Nirwana, Air Terjun Tirta Rimba, dan berbagai situs sejarah lainnya. Pengembangan infrastruktur pendukung seperti hotel, restoran, dan fasilitas transportasi terus digencarkan untuk menyambut wisatawan.

Meski memiliki potensi besar, Baubau juga menghadapi sejumlah tantangan. Ketersediaan air bersih, pengelolaan sampah, dan pengembangan sumber daya manusia yang kompeten menjadi pekerjaan rumah yang perlu terus diatasi. Selain itu, upaya promosi pariwisata Baubau secara lebih luas ke pasar nasional dan internasional juga perlu digencarkan.

Namun, dengan semangat kebersamaan dan kerja keras, Baubau memiliki harapan besar untuk menjadi kota yang lebih maju, sejahtera, dan berkelanjutan. Warisan sejarah dan kekayaan alamnya menjadi modal berharga untuk menatap masa depan. Baubau, dengan benteng megahnya dan laut yang membiru, bukan hanya tentang masa lalu yang gemilang, tetapi juga tentang masa depan bahari yang penuh janji.

Sebagai penutup, Baubau adalah representasi nyata dari sebuah kota yang mampu beradaptasi dengan perubahan zaman tanpa melupakan akarnya. Ia adalah permata di ujung timur Indonesia, menanti untuk terus dijelajahi dan dipahami.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image