Menguak Asa di Timur: Dua 'Garuda Terbang' dari Maluku-Papua, Sulsel Menanti?
Eduaksi | 2025-07-21 06:42:25
Kota Sorong – Di tengah hiruk pikuk upaya peningkatan kualitas pendidikan nasional, sebuah program bernama "Sekolah Garuda" muncul sebagai secercah harapan. Inisiatif ini digadang-gadang mampu mendongkrak mutu pendidikan di daerah-daerah yang selama ini mungkin kurang tersentuh.
Uniknya, dari sekian banyak wilayah di Indonesia, sorotan kali ini tertuju pada dua provinsi di ujung timur nusantara: Maluku dan Papua. Dua sekolah di sana terpilih menjadi bagian dari program transformasi "Garuda", sementara Sulawesi Selatan, kota yang merupakan pintu ke Indonesia Timur, justru tak menempatkan satu sekolahpun. Mengapa demikian?
Program Sekolah Garuda bukan sekadar bantuan biasa. Ini adalah sebuah pendekatan holistik untuk merevitalisasi sekolah, mulai dari infrastruktur, peningkatan kapasitas guru, hingga pengembangan kurikulum yang adaptif. Tujuannya tak lain untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang kondusif, menghasilkan lulusan yang kompeten, dan siap menghadapi tantangan masa depan.
Dua sekolah yang kini menyandang status "Garuda" adalah SMA Siwalima Ambon di Maluku dan SMA Averoes di Papua Barat Daya. Keduanya dipilih setelah melalui serangkaian penilaian ketat, mempertimbangkan potensi besar yang dimiliki, meski dengan segala keterbatasannya.
Dari Lautan Maluku Hingga Hijaunya Papua: Asa Baru Mengalir
Di SMA Siwalima Ambon, semangat baru terasa mengalir. Gedung-gedung sekolah yang sebelumnya mungkin terlihat usang, kini perlahan direvitalisasi (paling tidak semangat). Para guru (akan) mendapatkan pelatihan intensif, membekali mereka dengan metode pengajaran inovatif yang lebih relevan dengan perkembangan zaman.
"Kami sangat gembira dengan program ini. Anak-anak jadi lebih semangat belajar, dan kami sebagai guru juga merasa lebih termotivasi," tutur seorang Ibu guru, seorang guru senior di sekolah tersebut.
Fasilitas pendukung seperti perpustakaan mini dan sarana olahraga juga (mulai disiapkan dalam daftar) perbaikan, menciptakan lingkungan belajar yang lebih menyenangkan.
Tak kalah semangat, di SMA Averoes, program Sekolah Garuda disambut dengan tangan terbuka. Di tengah keindahan alam kota Sorong yang mendunia, upaya peningkatan kualitas pendidikan menjadi krusial. Program ini diharapkan dapat memutus rantai keterbatasan akses pendidikan berkualitas bagi anak-anak di pulau-pulau terpencil.
"Ini adalah kesempatan emas bagi kami. Kami ingin anak-anak di Tanah Papua juga bisa bersaing dengan anak-anak di kota besar," ungkap seorang bapak, saat dimintai tanggapan terkait terpilihnya SMA Averoes menjadi sekolah “elite”.
Fokus di sini juga meliputi penguatan kapasitas guru dalam mengajar mata pelajaran umum dan lokal, serta penyediaan teknologi pendukung pembelajaran.
Lalu, Mengapa Sulawesi Selatan 'Absen'?
Pertanyaan besar kemudian muncul: mengapa Sulawesi Selatan, sebuah kota besar dengan potensi yang tak kalah, tidak memiliki perwakilan dalam program Sekolah Garuda kali ini? Apakah ini murni karena kriteria pemilihan yang sangat spesifik, atau ada pertimbangan lain yang belum terungkap ke publik?
Pihak penyelenggara program, yang merupakan inisiatif dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, belum memberikan penjelasan detail mengenai ketiadaan perwakilan dari Sulawesi Selatan. Namun, dapat dilihat dalam senarai yang ada bahwa pemilihan ini didasarkan pada data indeks kualitas pendidikan, tingkat urgensi kebutuhan, dan mungkin juga kesiapan sekolah-sekolah di wilayah tersebut untuk mengikuti program yang cukup intensif ini.
Bisa jadi, fokus utama program memang ditujukan untuk daerah-daerah yang sudah siap dan juga mendorong untuk penyelesaian tantangan aksesibilitas yang lebih besar, seperti Maluku dan Papua. Namun, tentu saja, ini tidak berarti Sulawesi Selatan diabaikan.
Berbagai program peningkatan mutu pendidikan lain tetap berjalan di sana. Ada Yayasan Latimojong yang mendorong wujudnya SMA Tinggi Moncong, dan SMA 17 (Makassar). Begitu pula KKSS telah memulai pembangunan sekolah unggulan.
Sekolah Averoes Sorong: Pelita Pendidikan di Ujung Timur
Di luar program Sekolah Garuda, ada inisiatif pendidikan lain yang tak kalah pentingnya dalam menyemai asa di timur Indonesia. Salah satunya adalah Sekolah Averoes di Kota Sorong, Papua Barat Daya. Meskipun sebelum tergabung dalam program Sekolah Garuda yang spesifik disebutkan di atas, Averoes adalah contoh nyata bagaimana lembaga pendidikan, baik swasta maupun yayasan, berkontribusi signifikan dalam mencerdaskan anak bangsa.
Sekolah Averoes, yang dikenal dengan fokusnya pada pendidikan karakter dan penguasaan ilmu pengetahuan, telah menjadi salah satu pelita di Kota Sorong. Dengan kurikulum yang komprehensif dan pendekatan pembelajaran yang inovatif, Averoes berusaha menciptakan lulusan yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki moral dan etika yang kuat.
Fasilitas (dengan keterbatasan yang ada dan bukanlah kemewahan) dan tenaga pengajar yang berdedikasi menjadi daya tarik tersendiri bagi orang tua yang ingin memberikan pendidikan terbaik bagi anak-anak mereka. Keberadaan sekolah-sekolah seperti Averoes, bersama dengan program pemerintah seperti Sekolah Garuda, menunjukkan bahwa upaya peningkatan mutu pendidikan di timur Indonesia terus bergemuruh.
Kehadiran Sekolah Garuda di Maluku dan Papua, serta eksistensi sekolah-sekolah berkualitas seperti Averoes di Sorong, adalah bukti nyata komitmen untuk meratakan akses dan kualitas pendidikan di seluruh pelosok Tanah Air. Partisipasi pendidikan Indonesia, melalui pelbagai institusi menjadi pelita yang terus memberi optimisme.
Harapannya, langkah awal ini akan menjadi pemicu bagi lebih banyak inisiatif, baik dari pemerintah maupun pihak swasta, untuk terus berinvestasi pada masa depan generasi muda. Agar kelak, tak ada lagi anak bangsa yang terpinggirkan dalam meniti jalan pendidikan, di mana pun mereka berada. Termasuk di Sulawesi Selatan, yang mungkin saja di gelombang program selanjutnya akan turut "terbang" bersama para "Garuda" lainnya.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
