Menjaga Marwah Pendidikan Islam di Era Disrupsi
Pendidikan dan Literasi | 2025-07-18 13:46:09
Pendidikan Islam saat ini dihadapkan pada tantangan besar di tengah era disrupsi. Perubahan sosial dan teknologi yang begitu cepat mengharuskan pendidikan Islam tak hanya bertahan, tetapi juga relevan dan solutif terhadap persoalan zaman. Lantas, bagaimana nasib nilai-nilai keislaman jika sistem pendidikannya gagal beradaptasi?
Di satu sisi, pendidikan Islam mengusung nilai-nilai luhur, seperti adab, akhlak, dan ketauhidan. Di sisi lain, arus globalisasi dan digitalisasi menghadirkan nilai-nilai baru yang seringkali bertentangan. Ketika kurikulum terlalu fokus pada aspek kognitif, pendidikan Islam justru kehilangan ruhnya sebagai pembentuk karakter dan iman.
Pendidikan Islam semestinya tidak hanya menjadi ajang transfer pengetahuan agama semata, tetapi harus menanamkan pemahaman mendalam yang membentuk kepribadian Islami. Sayangnya, sebagian institusi pendidikan agama hari ini terjebak pada rutinitas formalitas dan pelajaran yang hafalan-sentris.
Selain itu, pendidikan Islam harus mampu mengintegrasikan teknologi sebagai sarana, bukan sebagai tujuan. Penggunaan platform digital seperti video pembelajaran, aplikasi Al-Qur’an interaktif, dan forum diskusi daring bisa menjadi pintu masuk generasi muda untuk kembali mencintai Islam, dengan bahasa yang mereka pahami.
Mengacu pada pandangan KH. Hasyim Asy’ari dalam kitab Adab al-‘Alim wa al-Muta‘allim, pendidikan sejati harus dibangun di atas fondasi adab dan keteladanan. Ketika adab hilang dari ruang kelas, maka keberkahan ilmu pun akan ikut memudar. Di sinilah urgensinya penguatan kembali peran guru sebagai murabbi (pendidik spiritual), bukan sekadar pengajar (mu'allim).
Namun, integrasi ini perlu tetap dikawal agar tidak menghilangkan esensi nilai-nilai spiritual. Pendidikan Islam bukan sekadar proses akademik, tapi jalan menuju pembentukan manusia yang bertakwa dan berakhlak. Oleh karena itu, orientasinya harus tetap pada pembentukan karakter, bukan sekadar nilai ujian.
Kini saatnya para pendidik, pemangku kebijakan, dan institusi pendidikan Islam bersinergi memperkuat peran PAI sebagai pilar peradaban. Pendidikan Islam harus menjawab tantangan zaman, tanpa kehilangan arah spiritualnya. Karena sejatinya, kemajuan teknologi hanya akan bermakna jika dibarengi dengan kemuliaan akhlak.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
