UPF, Fast Food, dan Maraknya Penyakit di Usia Muda
Gaya Hidup | 2025-07-16 15:23:40
Riset yang dilakukan oleh Fix My Food dan UNICEF Indonesia menyebutkan bahwa sebanyak 43% kawula muda Indonesia sangat gemar mengonsumsi makanan tidak sehat. Banyak anak muda yang mengakumulasi visualisasi iklan makanan tersebut di media sosial. Apalagi iklan makanan itu dikemas semenarik mungkin dengan melibatkan wajah-wajah yang familiar, promosi yang menarik, dan mudah dijangkau atau ditemui dalam keseharian. Sayangnya, makanan-makanan itu hampir seluruhnya merupakan makanan olahan ultra yang tinggi akan garam, gula, lemak, dan bahan tambahan lainnya.
David Coloma selaku Nutrition Specialist UNICEF Indonesia memberikan data yang lebih mengejutkan. Setidaknya, sebanyak 85% produsen dengan merek besar justru mengiklankan produk untuk anak-anak yang tidak sesuai dengan standar WHO. Para kawula muda hanya merasa tertarik dengan tampian visualisasi makanan tersebut dan mereka hampir tidak pernah memikirkan efek jangka panjangnya. David juga berpendapat bahwa konsumsi terus menerus terhadap makanan yang tidak sehat akan meningkatkan risiko penyakit tidak menular seperti hipertensi dan diabetes. David juga menambabhkan bahwa keberadaaan makanan tak sehat ini yang selama ini menjadi faktor utama meningkatnya kasus-kasus kelebihan berat badan dan obesitas.
Berbagai jurnal kesehatan memnag telah banyak membuktikan bahwa makanan tak sehat seperti ultra-processed food (UPF) dan fast food memiliki dampak yang sangat signifikan terhadap kesehatan tubuh. Sebuah penelitian yang dilakukan dengan meliatkan 300.000 orang dari tujuh negara di Eropa membuktikan bahwa peningkatan konsumsi terhadap UPF dan makanan cepat saji meningkatkan risiko multimorbiditas yang tinggi, seperti kardiometabolik dan kanker. Penyakit jantung, diabetes, dan stroke menduduki posisi tertinggi sebagai imbas dari tinggi konsumsi terhadap UPF dan fast food.
Di Indonesia sendiri, penyakit-penyakit tidak menular yang harusnya diidap di usia senja, saat ini justru banyak diidap oleh anak-anak dengan usia yang masih sangat muda. Sulitnya anak-anak muda terpisah dengan UPF dan disinyaalir makanan cepat saji menjadi pemicu kuatnya keberadaan penyakit ini. Kondisi ini harusnya menjadi hal yang harus diperhatikan oleh pemerintah.
Ulah Sistem Kapitalisme
Keberadaan makanan-makanan yang tidak sehat dan derasnya arus iklan makanan tersebut tidak bisa dilepaskan dari kontrol negara. Negara mempunyai andil yang cukup besar dan kuat dalam mengatur, mengawasi, dan menerapkan peraturan untuk peredaran makanan-makanan tersebut. Namun sayangnya, negara dengan asas kapitalisme tampaknya lebih mementingkan korporasi dibandingkan kesehatan rakyatnya. Negara lebih memikirkan 'kesehatan' keuangan korporasi agar tetap langgeng membayar pajak dan tidak peduli terhadap kesehatan masyarakat.
Di sisi lain, kapitalisme dengan jargon 'modal sekecil-kecilnya dan keuntungan sebesar-besarnya', nyatanya memang membuat dunia usaha menjadi iklim yang tidak sehat. Banyak produsen makanan yang menggunakan bahan-bahan yang justru berbahaya bagi konsumen. Kasus zat berbahaya yang terdapat dalam sebuah roti kemasan yang sempat viral beberapa waktu lalu menjadi bukti yang terbantahkan. Selain itu, orientasi laba yang besar juga menjadikan para produsen menggunakan bahan-bahan dan mengolah makanan yang jauh dari kata sehat.
Kondisi ini diperparah dengan ketidakhadiran negara dalam melakukan edukasi kepada rakyat. Negara tidak pernah mengedukasi tentang pola makan bergizi bagi masyarakat. Rakyat dibiarkan mencari informasi sendiri, yang kadang justru berakhir dengan kebingungan. Ini belum lagi mencakup masalah kemiskinan yang melanda hampir sebagian besar penduduk di negara ini. Kemiskinan juga telah membuat masyarakat kesulitan untuk memperoleh makanan bergizi. Banyak keluarga yang lebih memutuskan untuk membeli makanan instan daripada bingung harus memenuhi gizi karena ketiadaan uang,
Pandangan Islam
Kesehatan merupakan kebutuhan asasi yang harus dimiliki oleh manusia. Oleh karena itu, Islam berpandangan bahwa kesehatan setiap individu dalam suatu negara harus dijaga. Kesehatan bukan hanya masalah individu, namun negara juga akan bertanggung jawab terhadap kesehatan seluruh warganya. Oleh karena itu, untuk mewujudkan kesehatan yang paripurna, beberapa langkah yang dapat dilakukan:
Pertama, negara akan melakukan edukasi terhadap seluruh warganya terkait pola makan bergizi. Memahamkan masyarakat terkait gizi yang dibutuhkan tubuh dan hal yang membahayakan kesehatan tubuh mereka. Langkah ini dapat dilakukan negara dengan mengandeng setiap fasilitas kesehatan juga instansi pendidikan.
Kedua, negara menetapkan regulasi yang ketat terhadap pabrik dan produsen makanan. Selain itu, negara juga harus melakukan fungsi pengawasan. Jika terdapat pelanggaran, negara berani memberikan sanksi yang tegas.
Ketiga, negara harus mampu menciptakan iklim yang mendukung bagi pencari nafkah agar mampu memenuhi pangan bergizi bagi keluarganya.
Akan tetapi, perlu diingat bahwa langkah ketiga di atas hanya bisa terelasiasi secara sempurna ketika negara ini tidak lagi menjadikan kapitalisme sebagai ideologinya. Ideologi kapitalisme inilah yang telah menumbuhkan perilaku-perilaku yang menghasilkan nakal yang lebih mementingkan keuntungan dibandingkan kesehatan. Kesehatan yang paripurna bagi seluruh masyarakat hanya bisa terwujud tatkala negara ini mau menerapkan syariat Islam secara kaffah dalam bingkai Khilafah Islamiyah.
Wallahu'alam bisawab []
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
