Menghidupkan Spirit Tasawuf untuk Mencegah Konflik Keagamaan
Agama | 2025-07-16 07:45:22
Di tengah riuh perdebatan agama di ruang publik, kita kerap melupakan satu jalan sunyi yang telah terbukti menjadi penyejuk sejarah: tasawuf. Ia bukan sekadar cabang ilmu, melainkan napas spiritual yang menenangkan, mempersatukan, dan mendamaikan umat.
Dalam forum Temu Konsultasi Pencegahan Konflik Paham Keagamaan Islam (15 Juli 2025), Prof. Dr. KH. Machasin, MA menekankan bahwa tasawuf dan tarekat dapat menjadi fondasi penting dalam membumikan Islam yang moderat dan rahmatan lil ‘alamin.
Tasawuf tidak hadir untuk menjauhkan manusia dari dunia, melainkan menyelaraskan hati dengan tindakan. Di tengah arus ekstremisme dan ketegangan antarkelompok, tasawuf mengajak kita kembali kepada inti: cinta, kedekatan kepada Tuhan, dan kemanusiaan universal.
Mencegah Konflik dari Dalam Diri
Konflik agama tak selalu disebabkan oleh doktrin yang salah, tapi oleh jiwa-jiwa yang kering—yang miskin empati, haus pengakuan, dan penuh prasangka. Di sinilah tasawuf bekerja: menyucikan batin, meredam ego, dan mempersatukan hati dalam kerendahan.
Tarekat sebagai jalan spiritual juga menyuplai energi sosial. Sejarah mencatat peran penting tarekat dalam menumbuhkan resistensi atas kolonialisme dan membentuk solidaritas umat. Kini, perannya bergeser: menjadi pengikat dalam menghadapi perpecahan identitas dan polarisasi paham.
Jalan Tengah: Syariat, Tarekat, Hakikat
Imam Al-Ghazali telah merumuskan pentingnya menyatukan syariat (ritual), tarekat (disiplin spiritual), dan hakikat (kedekatan batin). Inilah jalan Islam yang seimbang: menjalankan ibadah dengan benar, memurnikan niat, dan membentuk akhlak.
Indonesia memerlukan model keberagamaan seperti ini. Bukan yang bising dengan simbol, tapi yang dalam dengan makna. Bukan yang mudah memvonis, tapi yang sabar mengajak. Tasawuf bisa menjadi benteng terakhir dari ekstremisme yang tumbuh di atas kekosongan spiritual.
Belajar Melihat Kesamaan, Bukan Perbedaan
Prof. Machasin mengingatkan bahwa kita harus mulai melihat kesamaan-kesamaan yang menyatukan, bukan sibuk dengan perbedaan yang memecah. Moderasi dalam tasawuf adalah keseimbangan: mencintai Tuhan, menghormati sesama, dan tidak merasa paling benar sendiri.
Dalam situasi bangsa yang penuh riak sosial, tasawuf bukan hanya tradisi, tapi solusi.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
