Kurikulum Berganti, Siswa Bingung: Saatnya Fokus pada Kualitas, Bukan Perubahan
Sekolah | 2025-07-15 14:02:55
Setiap kali terjadi penyesuaian pada kurikulum pendidikan, dampak paling signifikan dirasakan oleh siswa dan guru di dalam kelas. Mereka tidak hanya mengalami kesulitan dalam memahami materi baru, tetapi juga harus beradaptasi dengan pendekatan pengajaran yang seringkali berbeda dari sebelumnya. Dalam konteks ini, muncul pertanyaan penting yang perlu di renungkan: apakah perubahan-perubahan ini benar-benar meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, ataukah hanya menimbulkan kebingungan yang berkelanjutan?. Dengan mempertimbangkan pengalaman langsung para pendidik dan siswa, kita perlu mengevaluasi apakah langkah-langkah yang telah diterapkan sejauh ini benar-benar selaras dengan tujuan utama pendidikan, yaitu membina generasi yang siap menghadapi tantangan masa depan.
Dampak Perubahan Kurikulum pada Siswa dan Guru
Perubahan pada kurikulum dimaksudkan untuk mendorong pertumbuhan, tetapi dalam praktiknya, perubahan tersebut seringkali menimbulkan kesulitan baru. Penelitian yang dilakukan oleh (Anis Aprianti & Siti Tiara Maulia, 2023) yang berjudul “Kebijakan Pendidikan : Dampak Kebijakan Perubahan Kurikulum Pendidikan Bagi Guru Dan Peserta Didik” ditemukan bahwa sekitar 70% tenaga pendidik membutuhkan waktu sekitar 1-2 tahun untuk benar-benar memahami dan menerapkan kurikulum baru. Pada saat yang sama, siswa, terutama yang berada di jenjang pendidikan menengah, diharuskan untuk menyesuaikan diri dengan sistem yang secara tiba-tiba mengalami perubahan. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun tujuan mengubah kurikulum adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan, hal tersebut sebenarnya menimbulkan kesulitan yang signifikan bagi baik tenaga pendidik maupun peserta didik. Oleh karena itu, sangat penting bagi pihak berwenang yang berkompeten untuk menerapkan strategi yang lebih bertahap dan mendukung saat memperkenalkan perubahan pada kurikulum, sehingga semua pihak yang terlibat dapat beradaptasi dengan lebih sukses dan mencapai tujuan yang diinginkan.
Kurikulum Merdeka: Apakah Sudah Merdeka dari Masalah?
Kurikulum Merdeka dianggap sebagai sarana untuk memberikan otonomi yang lebih besar kepada sekolah dan siswa. Namun, di banyak daerah, terutama di mana sumber daya dan tenaga pendidik yang terampil kurang, kurikulum ini telah menjadi tantangan tambahan. Penelitian dari (Sri & Herawati, 2023) yang berjudul “Analisis Kesiapan Guru Sekolah Dasar Dalam Implementasi Kurikulum Merdeka” menunjukkan bahwa hanya 40% sekolah di Indonesia yang siap menerapkan Kurikulum Merdeka. Banyak sekolah, terutama di daerah pedesaan, masih kesulitan memenuhi persyaratan dasar seperti sumber daya pembelajaran dan pelatihan guru. Hal ini menunjukkan bahwa kurikulum yang di terapkan bisa dibilang belum siap untuk diberlakukan secara merata di Indonesia.
Apa yang Harus Dilakukan?
1. Evaluasi Mendalam Sebelum Melakukan Perubahan, setiap penyesuaian kurikulum harus didasarkan pada data dan penilaian yang mendalam, bukan sekadar keinginan untuk “memperbarui.”
2. Menekankan Kesiapan Guru dan Sekolah, seberapa efektif pun kurikulum tersebut, kurikulum baru tidak akan berdampak jika pendidik tidak dilengkapi dengan baik. Dukungan dan pengembangan harus menjadi fokus utama.
3. Memberikan Waktu untuk Transisi, perubahan tidak dapat terjadi secara instan. Berikan pendidik dan siswa waktu yang cukup untuk sepenuhnya memahami kurikulum baru sebelum diterapkan secara luas.
Secara penutup, sangat penting bagi kita untuk menyadari bahwa pendidikan merupakan investasi jangka panjang yang memerlukan pertimbangan yang serius. Mengubah kurikulum tanpa mempertimbangkan kesiapan dan keberlanjutannya hanya akan menimbulkan ketidakpastian yang merugikan bagi semua pihak terkait. Berhenti memperlakukan kurikulum sebagai objek eksperimen dan fokus pada peningkatan kualitas pendidikan yang sesungguhnya, dan memastikan membina generasi yang siap menghadapi tantangan masa depan. Dengan pendekatan yang bijaksana dan strategis dapat membangun fondasi yang kokoh untuk masa depan negara ini.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
