Kampungku tak Lagi Hijau
Sastra | 2025-07-11 16:01:30“sam kamu kenapa kok nangis ?” tanya pemuda berpeci hitam dengan kemeja lusuh yang bau jalan seperti tidak dicuci 7 hari
“ ternyata kita salah jon, pohon habis ku tebang dan ku jual di kota tenyata tak bisa tumbuh lagi” saut samian
“kamu loh yang bilang kalau kita tebang pohon nanti di bawah ada kotak harta karun” jawab jon
“ mulut mu jangan sembarangan, berkhayal ya kamu sejak kapan aku bilang ada harta karun yang punya harta itu bukan karun tapi presiden peci hitam”
“ya udah terserah yang jelas kita sekarang mau pulang kemana kalau kamu nangis disini?
“ pulang ? gak bisa kita pulang kan disini tandus tidak ada tempat berteduh tidak ada lagi rimbunnya pohon untuk bersembunyi dari hujan
“ya udah kalau gitu kita ambil dulu hartanya di bawah akar mati itu “
“ guoooblok diajak bicara kok gak paham terus”
“ loh kok kamu kayak penceramah blangkon pake kata itu”
“ya kita sama lo sama gak punya empati kepada sekitar”
“kalau tau sama kenapa diikuti kesalahannya”
“kamu juga udah tau salah masih didengerin”
dua orang ini saling menatap dan tertawa bersama
ya sudah kita mati disini saja berdua mumpung gak ada yang lihat
dan dua orang itu masuk kelubang di sebelah akar yang sudah gersang itu dan terkuburlah mereka bersama tanah dan akar pohon kering
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
