Sambut Tahun Baru Hijriah dengan Jiwa Baru
Agama | 2025-07-11 09:52:39Tahun Baru Hijriah bukan cuma soal kalender yang berganti. Ia adalah panggilan jiwa untuk berhijrah — bukan sekadar pindah tempat, tapi berpindah dari gelap menuju cahaya, dari lalai menjadi sadar, dari maksiat menuju taat.
Di tengah gemerlap dunia dan cepatnya zaman, kita mudah sekali terseret arus rutinitas tanpa sempat berhenti sejenak untuk merenung: "Apa yang sudah aku lakukan selama ini? Untuk apa hidupku ini berjalan?"
Allah SWT mengingatkan kita dalam Surah Al-Hasyr ayat 18:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok.”
Ayat ini mengajak kita untuk melakukan muhasabah: menilai kembali perjalanan hidup kita, dan merancang langkah yang lebih baik ke depan. Bukan hanya demi dunia, tetapi juga demi kehidupan abadi di akhirat nanti.
Rasulullah ﷺ pun bersabda:
الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ، وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالْعَاجِزُ مَن أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا، وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ ) رواه الترمذي (
“Orang yang cerdas adalah yang mengintrospeksi diri dan beramal untuk kehidupan setelah mati. Sedangkan orang yang lemah adalah yang menuruti hawa nafsunya dan hanya berangan-angan kepada Allah.” (HR. Tirmidzi)
Ini bukan soal takut mati, tapi sadar hidup. Hidup bukan sekadar jalan-jalan di dunia yang sementara, tapi ladang amal untuk kehidupan selamanya.
Hijrah Adalah Simbol Perubahan
Hijrah Nabi dari Makkah ke Madinah adalah titik balik sejarah umat Islam. Tapi lebih dari sekadar peristiwa sejarah, hijrah adalah pesan perubahan. Ia adalah ajakan untuk meninggalkan hal yang buruk dan berani melangkah menuju kebaikan, meski tak selalu mudah.
Allah berfirman:
وَمَن يُهَاجِرْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يَجِدْ فِي الْأَرْضِ مُرَاغَمًا كَثِيرًا وَسَعَةً ۚ
“Barang siapa berhijrah di jalan Allah, niscaya akan menemukan tempat yang luas dan rezeki yang banyak.” (QS. An-Nisa: 100)
Hari ini, hijrah kita mungkin tak lagi berupa perjalanan fisik, tapi lebih pada perjuangan melawan diri sendiri: meninggalkan kebiasaan buruk, memperbaiki salat, menjaga lisan, menahan amarah, memaafkan, menuntut ilmu, dan memperbanyak amal jariyah.
Waktu Adalah Umur yang Berjalan
Imam Hasan Al-Bashri berkata, “Wahai anak Adam, sesungguhnya engkau hanyalah kumpulan hari. Setiap kali satu hari berlalu, maka sebagian dari dirimu ikut hilang.”
Waktu terus berjalan, tak menunggu kita siap. Maka sebelum umur habis, mari kita isi tahun ini dengan lebih banyak taubat, amal baik, dan kedekatan kepada Allah.
Mari jadikan Tahun Baru Hijriah ini sebagai titik tolak perubahan. Tinggalkan yang buruk, kuatkan iman, dan bangun masa depan yang lebih berkah, baik untuk diri sendiri, keluarga, maupun umat.
Semoga tahun ini menjadi tahun keberkahan, tahun kemenangan bagi Islam, dan tahun kebaikan bagi negeri kita tercinta. Aamiin.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
