Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Asnan Purba

Sudahkan Kita Bersyukur?

Agama | 2025-01-30 11:55:10

Syukur adalah merupakan bentuk nyata dari rasa gembira terhadap nikmat yang didapat. Karena rasa syukur identik dengan kegembiraan dan rasa gembira tidak akan ada kalau tidak karena mendapatkan sesuatu yang menyenangkan.

Asnan Purba

Kata syukur secara etimologi adalah menyebutkan/menceritakan nikmat dan memuji sang pemberi nikmat (Allah swt). Sesuai dengan hadis Rasulullah saw:”Menceritakan nikmat itu adalah syukur dan meninggalkannya adalah kufur. (HR Ahmad dalam Musnadnya).

Adapun syukur secara terminologi adalah mempergunakan nikmat yang diberikan Allah swt kepada jalan yang disukai-Nya (taat) dan menjauhi hal-hal yang dibenci-Nya. Lain lagi halnya Syukur menurut Dr Imaduddin, yaitu memanfaatkan nikmat Allah swt sesuai dengan fungsinya dalam situasi dan kondisi secara optimal.

Dalam kehidupan sehari-hari sering kita mendapati orang-orang yang mampu diuji dengan kesabaran tetapi ketika diberi nikmat dia lupa akan nikmat tersebut dan jadilah ia kufur nikmat. Ada juga yang memahami syukur hanya dengan mengucapkan Alhamdulillah saja tanpa mengamalkan rasa syukur itu dalam tingkah laku kehidupan sehari-hari.

Bahkan ironisnya ada yang seakan-akan merasa tidak pernah diberi nikmat oleh Allah swt, sehingga segala nikmat atau rejeki yang didapatnya dianggap hanyalah jerih payahnya sendiri, yang akhirnya nikmat itu dihambur-hamburkan dan dipergunakan hanya untuk menambah murka Allah swt.

Nabi saw dalam suatu riwayat pernah melakukan sholat malam sampai kakinya bengkak-bengkak, melihat hal ini Siti Aisyah ra merasa heran lantas bertanya:”Ya Rasulullah mengapa engkau melakukan ibadah sedemikian rupa padahal engkau telah dijanjikan oleh Allah swt dengan pengampunan atas segala dosa-dosamu baik yang lalu ataupun yang sekarang? Rasulullah saw menjawab:”Tidak pantaskah aku menjadi hamba-Nya yang bersyukur. (HR Muslim)

Lantas bagaimanakah dengan diri kita sendiri? Sudahkah kita mensyukuri segala nikmat yang diberikan Allah swt kepada kita? Sudahkah kita mempergunakan nikmat kepada jalan yang diridhoi-Nya? Pernahkah kita merasa menyesal (berdosa) ketika tidak mempergunakan nikmat-Nya dengan baik?. Terkadang kita mampu untuk menahan kantuk sampai pagi ketika ada acara pesta atau kegiatan tetapi kita tidak pernah menahan rasa kantuk ketika melaksanakan sholat malam dan menjawab panggilan azan subuh. Apakah ini yang dinamakan bersyukur? Padahal kita diberi kehidupan dimuka bumi ini adalah merupakan nikmat dari Allah swt dan ibadah kita itulah sebagai perwujudan dari rasa syukur kepada-Nya. Adapaun ibadah yang kita lakukan tersebut sama sekali tidak ada keuntungan bagi Allah swt melainkan kembali kepada kita sendiri.

Begitu besarnya keutamaan syukur itu sehingga Allah swt dalam firman-Nya berjanji akan menambah nikmat yang diberikan-Nya jikalau kita bersyukur, tetapi jikalau kita kufur terhadap nikmat-Nya maka Dia akan berjanji pula akan memberikan kita azab/siksa yang pedih.

Kata “Menambah” diatas dapat kita jelaskan dengan mengambil contoh seperti seorang guru yang bersyukur atas segala ilmu yang didapatnya dan mengamalkan ilmunya dengan mengajarkan ilmu tersebut kepada muridnya dengan ikhlas, maka ia akan berusaha membaca dan memperluas pengetahuan dan wawasannya agar dapat dicerna oleh muridnya dengan baik, maka hal tersebut secara tidak langsung akan menambah pengetahuan dan wawasannya serta ilmunya akan mendapat berkah.

Kemudian orang yang bersedekah sebagai rasa syukur atas rejeki yang didapatnya, maka Allah swt memudahkan jalan/pintu-pintu rejekinya sehingga makin bertambah rejekinya, sebaliknya jika ia mengingkari nikmat tersebut dan mempergunakannya ke jalan maksiat maka terhambatlah pintu-pintu rejekinya dan diangkat berkah rejekinya dan tidak pernah merasa puas dan serba merasa kurang. Sebagaimana sabda Rasulullah saw yang berbunyi:”Sesungguhnya seorang hamba diharamkan baginya rejeki dengan dosa yang masih diperbuatnya. (HR Hakim )

Imam Al Ghazali menggambarkkan rasa syukur itu seperti satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan yang terdiri dari tiga rangkain yaitu: Ilmu, Hal dan Amal. Adapun Ilmu adalah pengetahuan dan pengakuan bahwa segala sesuatu itu berasal dari Allah swt baik itu musibah, nikmat, harta, dan lainnya. adapun sebab-sebab yang mengantarkan kita kepada hal-hal tersebut adalah perantara saja. Kita seringkali kebablasan atau salah kaprah terhadap peran seseorang sehingga kita menganggap bahwa tanpa peran orang tersebut hal yang kita cita-citakan tidak akan tercapai. Akhirnya rasa syukur itu ditujukan kepada perantara bukan kepada Pemilik yang sesungguhnya Allah swt dengan memberikan pengagungan serta penghormatan yang berlebih-lebihan kepadanya.

Kemudian apabila tahap pertama telah mantap dan teguh maka Allah swt akan menciptakan Hal (keadaan dan sikap dalam menerima nikmat tersebut) ini akan sangat berpengaruh sekali kalau Ilmu itu benar dan sesuai, hingga akhirnya akan tercipta rasa rasa gembira atas segala nikmat dan karunia yang dilimpahkan-Nya dengan selalu mengucapkan Alhamdulillah karena ia adalah Kunci dari rasa syukur.

Apabila Ilmu dan Hal keduanya telah baik dan benar dengan sendirinya akan menumbuhkan Amal (perbuatan syukur). Dimana Amal inilah merupakan realisasi dari syukur dalam bentuk nyata berupa tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Pada tahapan ketiga inilah seseorang bisa dinilai dengan jelas apakah ia benar-benar mensyukuri nikmat Allah swt atau tidak.

Kalau ketiga tahapan ini difahami dengan baik dan benar, serta diamalkan maka rasa syukur tersebut akan dihaturkan hanya kepada Allah swt dengan sebenar-benarnya, sehingga menjadi sebab bertambah dan berkahnya suatu rejeki bahkan menajdi berlipat ganda. Akan tetapi kalau ketiga tahapan tersebut tidak benar dan tidak sesuai ketentuan syariat maka yang terjadi adalah kekufuran terhadap nikmat itu sendiri sehingga azab dan murka Allah swt yang diterimanya. Sebagaimana firman Allah swt yang berbunyi: Jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS Ibrahim: 7)

Akhirnya kita hanya bisa berdoa mudah-mudahan kita termasuk kedalam hamba-hamba-Nya yang bersyukur dan tidak termasuk kedalam catatan yang diazab diakhirat kelak karena kekufuran kita. Ya Allah ampunkanlah hamba-Mu yang jarang bersyukur ini dan berilah karunia syukur-Mu dan cantumkanlah hamba-Mu ini kedalam golongan orang-orang yang Engkau kasihi dan berkahi, amin..

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image