Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image muhammad safwan

Kenapa Kita Sulit Mengenal Diri Sendiri? Ini Jawaban Sederhananya

Edukasi | 2025-07-10 22:59:04

Kenali dirimu sendiri." Kalimat sederhana yang sering kita dengar, bahkan menjadi nasihat utama dalam banyak buku motivasi, filsafat, hingga agama. Tapi, mengapa kalimat yang terdengar ringan ini justru begitu sulit dijalankan? Mengenal orang lain terkadang terasa lebih mudah dibanding memahami diri sendiri. Kita bisa menilai teman yang perfeksionis, keluarga yang sensitif, atau rekan kerja yang ambisius. Namun, saat pertanyaannya berbalik—“siapa dirimu sebenarnya?”—banyak dari kita terdiam.

  1. Kita Terlalu Sibuk Jadi Orang Lain Media sosial, ekspektasi orang tua, standar masyarakat—semuanya seakan membentuk cetakan tentang “siapa yang ideal.” Tanpa sadar, kita sibuk menyesuaikan diri agar bisa diterima dan diakui. Dalam proses itu, kita mengabaikan siapa diri kita sebenarnya. Alih-alih mendengar suara hati, kita lebih sering mendengar suara "like", "komentar", atau "standar kesuksesan" yang diciptakan orang lain.
  2.  Takut Menghadapi Kekurangan Mengenal diri berarti berani melihat sisi gelap dalam diri sendiri: ketakutan, kekurangan, luka, atau masa lalu yang tak ingin dikenang. Ini bukan hal yang mudah. Bahkan, banyak orang memilih pura-pura tidak tahu, agar tidak perlu berurusan dengan rasa sakit atau malu yang mungkin muncul.
  3.  Kita Berubah, Tapi Tak Pernah Sadar Manusia berkembang. Nilai, impian, dan kepribadian kita bisa berubah seiring waktu. Sayangnya, tidak semua orang meluangkan waktu untuk merenung atau mengevaluasi diri. Akibatnya, kita tetap mengidentifikasi diri dengan “versi lama” yang sebenarnya sudah tidak relevan.
  4. Kurangnya Waktu untuk Refleksi Di tengah hiruk pikuk dunia modern, waktu untuk diam dan merenung menjadi barang langka. Pekerjaan, tugas, target, notifikasi—semuanya menuntut perhatian terus-menerus. Padahal, mengenal diri hanya bisa dilakukan dalam keheningan dan kejujuran pada diri sendiri. Jadi, Apa yang Bisa Dilakukan? ● Luangkan waktu untuk merenung: Matikan notifikasi, duduklah sendiri, dan ajukan pertanyaan sederhana: Apa yang aku rasakan hari ini? Apa yang sebenarnya aku inginkan? ● Mulai menulis jurnal harian, meskipun hanya satu paragraf. ● Terbuka dengan kritik dan evaluasi, bukan untuk menyalahkan diri, tapi untuk tumbuh. ● Cari bantuan profesional bila perlu, seperti konselor atau psikolog.

Mengenal diri sendiri adalah perjalanan panjang, bukan destinasi instan. Tak apa jika belum sepenuhnya tahu siapa dirimu hari ini. Yang penting, kamu mau berjalan perlahan ke dalam diri sendiri—dan itu sudah langkah besar yang jarang orang berani lakukan.



 

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image